Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Penerbangan Malaysia Airlines MH370 telah menjadi satu misteri terbesar saat ini.
Meskipun upaya besar oleh pemerintah dari tiga negara telah dikerahkan, belum ada yang diketahui tentang penerbangan tersebut.
Penerbangan yang berasal dari Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, terbang untuk mencapai tujuan Bandara Internasional Beijing di China pada 8 Maret 2014.
Namun hanya setelah 38 menit pertama penerbangan, transmisi dengan penerbangan itu hilang dan dipercaya telah jatuh di Samudra Hindia selatan.
Pemerintah Malaysia, China, dan Australia mencari sisa-sisa pesawat yang membawa 239 penumpang.
Namun, kemungkinan menemukan seseorang yang hidup sangat mustahil terjadi.
Dilansir TribunTravel.com dari laman viralsection.com, selama 3 tahun, operasi pencarian dilakukan.
Sayang karena belum mendapatkan hasil, pada Januari 2017, ketiga pemerintah akhirnya membatalkan operasi pencarian.
Saat ini, Ocean Infinity, perusahaan teknologi Amerika, telah melakukan upaya sejak Januari untuk menemukan sisa-sisa MH370 yang hilang.
Namun, telah diklaim oleh insinyur mekanik Australia Peter McMahon bahwa dia berhasil menemukan bangkai pesawat menggunakan Google Earth.
Jauh sebelum penghentian pencarian, tim gabungan pada Mei dan Desember 2015, menemukan dua bangkai kapal di dasar laut.
Keduanya telah diidentifikasi sebagai kapal layar pedagang dari abad ke-19.
Mereka digunakan untuk mengangkut kargo batubara.
Tim menemukan mereka pada jarak 2.300 km dari pantai di kedalaman antara 3.700 dan 3.900 meter.
Selain itu, kapal ini ditemukan dengan jarak 36 km satu sama lain.
Kedua kapal telah diperiksa oleh Museum Australia Barat dan sesuai data, kapal-kapal itu berada di rute perdagangan Roaring 40an.
Perbedaan antara kedua kapal adalah yang satu memiliki lambung besi sementara yang lain memiliki lambung kayu.
Saat diamati, ditemukan bahwa satu kapal tenggelam karena peristiwa bencana seperti ledakan sementara yang lainnya tidak banyak kerusakan.
Kurator arkeologi maritim, Ross Anderson berkata," Penelitian sejarah ke semua kapal dagang abad 19 yang hilang di perairan Internasional tidak lengkap sehingga kamu tidak dapat menentukan identitas masing-masing kapal. Namun kami mempersempit kemungkinan untuk beberapa kandidat utama berdasarkan informasi yang tersedia dari sumber-sumber perkapalan yang didominasi Inggris."
Kapasitas awak dari satu kapal adalah 15 dan untuk yang lainnya, itu adalah 30 tetapi kedua kapal membawa orang tambahan seperti kata Anderson," Lalu, seperti sekarang, hilangnya begitu banyak kehidupan akan berdampak buruk pada keluarga maritim dan masyarakat."
Meski kini keberadaan Malaysia Airlines MH370 belum ditemukan, namun penemuan ini tetap menjadi sesuatu yang penting.