Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Dunia ini seringkali dilanda fenomena yang disebut bencana alam.
Sebutan itu ditujukan untuk peristiwa alam yang mengakibatkan kerugian, baik kerugian secara materi maupun korban jiwa.
Ada beberapa bencana alam yang maha dahsyat yang pernah terjadi, sebagaimana dirangkum TribunTravel.com berikut ini.
1. Badai Salju Besar
Badai salju yang besar dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian hebat.
Satu contohnya adalah badai salju besar terakhir yang terjadi di Pantai Timur Amerika pada 1996 silam.
Salju setebal empat kaki atau sekitar 120 centimeter beserta hembusan angin kencang mengakibatkan kondisi yang berbahaya.
Belum lagi, badai salju ini disusul oleh angin kencang dan banjir.
Ketika salju mencair, timbul pula bencana tanah longsor dan banjir besar.
2. Supervolcano (gunung berapi super)
Sebuah supervolcano besarnya ribuan kali dibandingkan gunung berapi biasa.
Tak heran, kekuatan merusaknya jauh lebih dahsyat.
Ketika fenomena supervolcano terjadi, desakan magma yang naik dari inti Bumi menuju kerak untuk menemukan 'hotspot' dan meletus.
Cerro Galán di Provinsi Catamarca, Argentina, adalah kaldera terbesar di dunia.
Kaldera ini terbentuk oleh letusan gunung berapi super sekitar 2,2 juta tahun yang lalu.
Diperkirakan, letusan tersebut tercatat dengan Volcanic Explosivity Index atau Indeks Ledakan Vulkanik 8 (VEI-8).
Letusan dengan skala VEI 8 adalah peristiwa alam yang sangat besar.
Letusan ini dapat melontarkan setidaknya berbagai material sebanyak 1.000 kilometer kubik.
Pengaruh dari letusan supervolcano dapat mencapai ribuan kilometer lebih dan dapat mengaburkan seluruh negara atau wilayah selama berhari-hari.
3. Mega-tsunami
Sebuah mega-tsunami berbeda dari tsunami biasa karena gelombang awalnya jauh lebih besar.
Gelombang mega-tsunami dapat mencapai hingga 100 meter di laut dalam.
Gelombang tertinggi yang pernah tercatat terjadi pada 9 Juli 1958 di Lituya Bay, Alaska.
Gelombang itu setinggi 524 meter.
Ini disebabkan kombinasi bencana alam.
Mega-tsunami di Lituya dimulai dengan gempa bumi 7,7 SR, kemudian gempa bumi ini menyebabkan longsor.
Setelah itu, danau gletser pun menyusut dan menyebabkan gelombang raksasa setinggi sekitar 600 meter.
4. The Dust Bowl dan Black Sunday (Badai 10 Tahun)
Akibat kekeringan, pertanian yang tidak bertanggungjawab, dan pertanian selama beberapa dekade tanpa adanya rotasi tanaman, timbul serangkaian badai debu yang melanda Amerika Serikat pada 1930an.
Fenomena ini dapat dianggap sebagai satu badai besar yang berlangsung dari 1930 hingga 1940an.
Selama kekeringan tahun 1930-an, tanpa 'jangkar' alami untuk menjaga tanah tetap berada di tempatnya, tanah kering berubah menjadi debu, dan bertiup ke arah timur dan selatan dengan bentuk berupa awan gelap besar.
Kadang-kadang awan menghitamkan langit di sepanjang jalan menuju kota-kota di Pantai Timur seperti New York dan Washington, DC.
Sebagian besar tanah berakhir diendapkan di Samudera Atlantik, terbawa angin yang berhembus.
Badai debu yang sangat besar ini diberi nama seperti "Black Blizzards" dan "Black Rollers" dapat mengurangi jarak pandang hingga beberapa kaki (sekitar satu meter).
The Dust Bowl mempengaruhi 100.000.000 hektar tanah, berpusat pada wilayah dari Texas dan Oklahoma, dan wilayah lain yang berdekatan, yakni New Mexico, Colorado, dan Kansas.
5. Gelombang Panas Eropa tahun 2003
Pada 2003, sebagian wilayah Eropa dilanda gelombang panas hebat.
Sebenarnya, mengingat musim panas di Eropa suhu udara masih terhitung sejuk, kebanyakan rumah yang dibangun selama kurun waktu 50 tahun terakhir di benua tersebut tidak dilengkapi pendingin udara.
Sehingga, saat gelombang panas tahun 2003 terjadi, banyak korban yang berjatuhan.
Di Prancis sendiri, korban jiwanya mencapai 14.802 orang yang kebanyakan merupakan penduduk lansia di panti jompo.
Gelombang panas ini mengeringkan sebagian besar wilayah Eropa dan memicu sejumlah kebakaran hutan besar di Portugal, serta mengakibatkan 2.000 orang tewas.
Sekitar 300 orang juga tewas di Jerman, di mana cuacanya selalu dingin.
Suhu udara tertinggi yang tercatat selama gelombang panas ini mencapai 106,7 derajat Fahrenheit atau 525 derajat Celsius di Swiss.
Gelombang panas ini juga menyebabkan gletser-gletser di Pegunungan Alpen mencair dan mengakibatkan banjir besar.