TRIBUNTRAVEL.COM - Ojek merupakan alat transportasi darat yang sudah lama dan umum digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Transportasi dengan kendaraan roda dua ini biasanya dipatok harga mulai Rp 15 ribuan.
Namun, ojek sekarang sudah semakin maju.
Penumpang tidak perlu susah payah menawar harga.
Di era modern ini, ojek online semakin diminati karena tarifnya lebih spesifik berdasarkan jarak tempuh.
Tapi, adakah di antara travelers yang naik ojek sampai habis Rp700 ribu?
Kira-kira jarak tempuhnya sejauh apa ya, kok ongkosnya setara tiket pesawat?
Ojek termahal di Indonesia yang harganya mencapai Rp 700 ribu ternyata benar-benar ada.
1. Bukan ojek antar pulau atau antar provinsi, tapi hanya antar kecamatan
Sebuah video yang beredar di dunia maya beberapa waktu lalu menjadi perhatian netizen karena memperlihatkan tarif ojek yang sangat mahal.
Ojek yang melintasi jalan berlumpur menuju Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan itu tarifnya mencapai Rp 600 ribu atau Rp 1,2 juta pulang pergi
Video tersebut langsung menjadi viral dan menuai berbagai tanggapan dari netizen.
Pasalnya, kondisi jalan yang berlumpur ini sudah puluhan tahun setelah Indonesia merdeka tidak pernah mendapat perhatian dari Pemerintah.
2. Jarak antara Kecamatan Sabbang (pangkalan ojek) dan Kecamatan Seko 126 kilometer
Bukan karena jarak tempuh, mahalnya tarif ojek itu lantaran medan jalan yang ekstrem, jalan rusak, dan super melelahkan.
Warga yang tinggal di Kecamatan Seko pun harus memodifikasi motornya menjadi trail agar bisa melalui jalan berlumpur dan berkubang.
3. Mendaki gunung demi beli kebutuhan pokok
Selain berlumpur, warga di Kecamatan Seko yang ingin membeli kebutuhan pokok juga harus mendaki gunung dan melewati beberapa anak sungai.
Tampak pada video yang beredar di medsos, warga Luwu Utara yang membeli kebutuhan pokok harus menempuh perjalanan hingga dua hari.
4. Menginap di tengah perjalanan adalah hal yang sudah biasa bagi warga

Dilansir dari Kompas.com(1/4/2018), Kecamatan Seko adalah daerah terpencil di Kabupaten Luwu Utara.
Di kecamatan ini, ada 12 desa yang letaknya di Pegunungan Kambuno yang berada 2.985 meter di atas permukaan laut.
5. Sudah ada bandara perintis di pusat kecamatan
Dari Kecamatan Masamba menuju kecamatan Seko, warga lebih terbiasa menggunakan ojek motor ojek.
Padahal, pemerintah telah membangun fasilitas bandara perintis yang berada di pusat Kecamatan Seko.
Namun, jadwal penerbangan hanya dua kali seminggu, itu pun tidak pasti sehingga warga tidak memilih transportasi pesawat.
Selain itu, pesawat jenis Casa hanya bisa mengangkut maksimal 24 orang sehingga warga harus membeli tiket jauh-jauh hari.
6. Tarif ojek lebih mahal dari pesawat
Tarif pesawat Masamba-Seko sebesar Rp180 ribu.

Meskipun pesawat lebih murah, ojek seharga Rp 600 ribu terpaksa menjadi pilihan.
Pasalnya, ojek di kecamatan ini punya frekuensi lebih sering dan selalu ada.
7. Waktu perjalanan dengan ojek paling cepat 8 jam
Menurut seorang warga Kecamatan Seko, Ullang yang dikonfirmasi via telepon selularnya mengatakan, kondisi jalan di Kecamatan Seko tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah.
Dia berharap, pembangunan jalanan di Kecamatan Seko bisa di perbaiki oleh Pemerintah.
"Sudah puluhan tahun Indonesia merdeka, tapi jalanan di Kecamatan Seko tidak pernah diperbaiki. Kami warga terpencil makin tersingkirkan dengan kondisi fasilitas yang tidak pernah diperbaiki," katanya.
"Paling cepat kami tiba di Perkampungan Seko, itu 8 jam dari pangkalan ojek Sabbang, namun tidak jarang kami harus menginap di tengah perjalanan kalo turun hujan. Itu tarif ojeknya Rp700 ribu," ungkapnya.
8. Tarif yang dipatok juga tergantung kondisi cuaca
Jika dalam kondisi normal, tarif ojeknya seharga Rp600 ribu.
Namun, saat kondisi cuaca buruk, hujan, tarifnya naik Rp700ribu.
(TribunTravel.com, Rizky Tyas)