Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sri Juliati
TRIBUNTRAVEL.COM - Sejak 2012, nama Gunung Andong kian meroket dan jadi favorit di kalangan pendaki.
Hal ini tak lepas dari pengaruh media sosial yang menampilkan keindahan Gunung Andong dari berbagai sudut.
Pada tahun-tahun tersebut, banyak pendaki yang membagikan potret lanskap Gunung Andong yang begitu memesona dan membuat siapa saja ingin lekas menjejakkan kaki di puncaknya.
Alhasil, nyaris setiap akhir pekan, hampir 500-an pendaki mendatangi gunung yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tersebut.
Bicara soal ketinggian, Gunung Andong memang tak termasuk dalam jajaran gunung dengan julukan tertinggi.
Bahkan masih kalah jauh dibanding gunung-gunung 'tetangganya' misal Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, bahkan Gunung Prau.
Tinggi Gunung Andong 'hanya' 1726 mdpl dan ramah untuk pendaki pemula.
Namun, jangan pernah meremehkan!
Sebab mendaki Gunung Andong rasanya seperti mendaki gunung dengan ketinggian di atas 2000an mdpl.

Istimewanya lagi, banyak bonus yang ditawarkan Gunung Andong dan sukses bikin siapapun gagal move on!
Minggu (18/3/2018) kemarin, TribunTravel.com menjajal syahdunya Gunung Andong via basecamp Dusun Sawit, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
Sebenarnya, ada enam basecamp sebagai titik mula pendakian Gunung Andong: Dusun Sawit, Dusun Pendem, Dusun Gugik, dan Dusun Temu di Kecamatan Ngablak.
Serta dua lainnya di Dusun Kudusan dan Dusun Sekararum Kembangan, Kecamatan Grabag.
TribunTravel.com memilih via Dusun Sawit karena lebih populer, ramai pendaki, serta aksesnya yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum.

Semula, tim yang terdiri dari dua orang ingin mendaki pada Sabtu (17/3/2018).
Sayang, hujan yang turun terus-menerus sejak siang hingga malam, membuat kami ragu untuk tetap mendaki atau bertahan di basecamp.
Selain itu, dengan kondisi hujan yang tak kunjung henti, jelas membuat jalur pendakian lebih licin serta keraguan mendapatkan tempat untuk membangun tenda.
Akhirnya, kami pun memutuskan untuk bertahan dan menginap di basecamp untuk mendaki keesokan harinya tanpa perlu berkemah alias tek tok.
Tenang saja, fasilitas penunjang di area basecamp tergolong lengkap.
Ada masjid, toilet yang representatif, area parkir, serta banyaknya warung yang bisa menjadi tujuan pendaki untuk melengkapi kebutuhan mendaki gunung.
Bahkan di area basecamp juga terdapat Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Taruna Jaya Giri yang merupakan inisiatif dari warga Dusun Sawit sejak 2016.
"Harapannya, ya bisa dimanfaatkan warga dan pendaki, ketimbang nggak ngapa-ngapain saat nunggu mau muncak, bisa baca-baca buku," kata seorang pengurus basecamp Gunung Andong via Dusun Sawit, Sutikno Aji.
Jangan lupakan juga soal keramahan warga yang siap kapan saja membantu para pendaki, baik sebagai guide pemandu pendakian, porter, maupun tim SAR.
Keesokan harinya, Minggu (18/3/2018) usai salat Subuh, kami bergegas memulai pendakian dan membawa perlengkapan secukupnya, misalnya air minum, camilan, buah, kotak P3K, serta jaket.
Di pos registrasi, setiap pendaki harus melapor sebelum melakukan pendakian dan akan mendapat peta jalur pendakian.
Pendaki juga akan ditarik retribusi Rp 6 ribu untuk tiket masuk serta Rp 2 ribu untuk kas Dusun Sawit, serta tarif parkir motor.
Usai melapor di pos registrasi, pendaki akan disambut dengan adanya gapura unik yang terbuat dari ratusan botol.

Sutikno Aji mengatakan, gapura unik itu merupakan kreativitas warga yang memanfaatkan sampah botol air mineral bekas yang dibuang pendaki.
"Gapura ini sudah ada sejak Agustus 2017," kata dia.
Dari gapura hingga gerbang pendakian jalan yang dilalui pun masih landai karena merupakan jalan desa.
Baru terlihat menanjak, usai melewati gerbang pendakian dan warung pertama.

Trek pertama yang harus dilalui pun berupa tangga dengan pemandangan ladang milik warga serta pemandangan berupa hutan pinus hijau.
Karena berupa tangga, siapkan tenaga karena trek seperti ini lebih banyak menguras tenaga.
Kami pun sempat berhenti sejenak untuk mengatur pernapasan serta menstabilkan langkah.
Usai melewati tangga tersebut, jalur pendakian berganti menjadi jalan setapak berupa tanjakan namun tetap masih mudah dilalui hingga melewati Pos 1 Kemuning, Pos 2 Dewandaru, dan Pos 3 Watu Wayang.
Ditambah di trek yang cukup menanjak dari Pos 2 menuju Pos 3, sudah disediakan pegangan berupa tali agar memudahkan pengunjung untuk mendaki.
Selain itu, di setiap pos juga terdapat shelter yang bisa digunakan pendaki untuk sekadar beristirahat, meluruskan kaki setelah 'dihajar' track tanjakan.

Namun, ada satu hal yang harus diperhatikan saat mendaki Gunung Andong, terlebih bagi mereka yang pernah ke sana.
Pasalnya, ada perubahan jalur pendakian karena jalur pendakian sebelumnya tertutup longsor yang terjadi pada Februari lalu.
Perubahan jalur ini ada di tengah jalan menuju Pos 1 Kemuning, tepatnya di kawasan camp area.
Tak usah khawatir, sebab sudah ada papan penunjuk serta jalan setapak yang memandu pendaki menuju jalur pendakian selanjutnya.

Bonus besar menanti setiba di Pos 2 Dewandaru, tak lain gagahnya Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang begitu jelas di mata.
Sementara di ufuk timur, Matahari perlahan mulai terbit, mengganti awan hitam menjadi oranye cerah, sinarnya mulai menyusup ke sela-sela pohon pinus.
Pemandangan seperti ini menambah keeksotisan di jalur pendakian Gunung Andong serta jadi semangat tersendiri untuk lekas sampai ke puncak.
Usai track menanjak dan panjang di sepanjang Pos 2 Dewandaru menuju Pos 3 Watu Wayang, kami tak sabar menikmati bonus yang kembali dihadirkan.
Di Pos 3, pendaki dapat melihat pemandangan luas hingga batas cakrawala.
Dari sini pula, masih terlihat Gunung Merapi dan Gunung Merbabu serta Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sebagai bonus tambahannya.
Termasuk puncak Gunung Andong yang seakan melambai-lambai, menunggu kami untuk didatangi serta langit yang pagi itu, begitu cerah.
Syahdu!
Sempat meluruskan kaki sejenak dan mengatur napas, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Trek dari Pos 3 Watu Wayang menuju Puncak kembali berupa tangga bebatuan khas Gunung Andong.

Lelah tak lagi dihiraukan sebab sudah terhibur dengan pemandangan yang membuat siapa saja ingin lekas sampai di puncak.
Tak selang berapa lama, kami sudah sampai di Puncak Makam dan disambut dengan banyaknya tenda pendaki.
Total waktu yang kami habiskan untuk sampai ke puncak Gunung Andong sekitar 1 hingga 1,5 jam.
Disebut Puncak Makam sebab di kawasan itu terdapat makam Kiai Abdul Faqih atau yang dikenal dengan Ki Joko Pekik, tokoh yang dihormati masyarakat sekitar.
Sejenak menikmati pemandangan di sana, kami melanjutkan dengan naik sedikit lagi menuju Puncak Jiwa, yang merupakan titik tertinggi di Gunung Andong.

Di puncak Gunung Andong, pemandangan ala 360 derajat terhampar di depan mata.
Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Prau, Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, serta puncak Gunung Andong lainnya, Puncak Alap-alap, bisa terlihat semua hanya dengan memutar badan!
Termasuk deretan perbukitan yang membentang di sana panorama Magelang serta daerah lain, begitu jelas terlihat dari puncak Gunung Andong.
Sampai di titik ini, ingin rasanya menghentikan waktu untuk sejenak, demi bisa menikmati segala keindahan yang telah dihadirkan.
Tak ingin terganggu dengan keriuhan apapun, hanya ada langit dan pemandangan semenakjubkan ini.
Ah, benar-benar keindahan dan kenikmatan yang hakiki.

Gunung 'Bintang Lima' di Pulau Jawa

Predikat gunung bintang lama sepertinya pantas disematkan pada Gunung Andong.
Bagaimana tidak, pemandangan yang dihadirkan sungguh membuat traveler seperti di surga: indah dan syahdu.
Termasuk jalur pendakian, bonus, hingga fasilitasnya penunjang yang akan membuat siapa saja ingin kembali ke Gunung Andong.
Seperti Arief Triyanto, pendaki asal Bantul, DI Yogyakarta yang mengaku, mendaki Gunung Andong untuk melepas rindu pada ketinggian.
Karyawan swasta ini kepincut dengan keindahan dan pesona Gunung Andong yang fotonya banyak tersebar di Instagram.
"Pemandangannya bagus, apalagi di puncak pas pagi hari, bisa dapat lautan awan kalau beruntung," ujar dia.

Istimewanya lagi, selama di puncak Gunung Andong, pendaki tetap bisa terhubung dengan media sosial.
Ya, tak seperti gunung lain yang susah sinyal atau malah tak ada sinyal sama sekali, di Gunung Andong, traveler tetap masih bisa internetan.
Bahkan sejak di jalur pendakian, traveler tetap bisa mengunggah foto di Instagram, update status di Facebook, atau chat via WhatsApp.
Apalagi saat berada di puncak, semakin kencang bahkan 4G!
Dari pengalaman TribunTravel.com, ada dua provider yang cukup membantu pendaki tetap terhubung dengan internet, yaitu Telkomsel dan XL Axiata.
Masih di area puncak, bagi pendaki yang malas memasak atau membawa logistik, tenang saja ada warung milik warga setempat yang akan memenuhi kebutuhan perut.
Warung ini menjajakan beragam makanan dan minuman, tentu dengan harga yang sepadan dengan usaha para penjual dalam mendaki.

Bagaimana dengan fasilitas mata air di jalur pendakian Gunung Andong?
Pengurus basecamp Gunung Andong via Dusun Sawit, Sutikno Aji menjelaskan, longsor yang terjadi pada 11 Februari 2018 lalu menutup sebagian jalur pendakian dari Pos 2 ke Pos 3.
Termasuk mata air yang berada di pinggir jalur pendakian.
Oleh karena itu, wajib bagi pendaki untuk membawa atau menyiapkan persedian air untuk keperluan mendaki sejak dari basecamp.
"Sebenarnya di bawah Puncak Makam, ada mata air, tetapi tidak terlalu bersih," kata Sutikno Aji.
Dengan segala fasilitas dan bonusnya, rasanya tak muluk-muluk untuk bilang, Gunung Andong adalah gunung 'bintang lima.' (*)