Breaking News:

Miris! Bukan Backpacker tapi Fenomena Begpackers Lagi Marak, Modal Nekat dan Bikin Malu

Masih ingatkah dengan para traveler di Thailand yang mengaku sebagai backpacker namun kehabisan uang lebih memilih untuk menjual hasil potretnya?

Penulis: Apriani Alva
Editor: Apriani Alva
Aj+
Fenomena Begpackers 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Apriani Alva

TRIBUNTRAVEL.COM - Traveling keliling dunia dengan cara gratis memang menjadi mimpi bagi para traveler dengan budget rendah.

Berbagai cara dilakukan dengan menumpang di hostel atau asrama yang kemudian dibayar dengan membersihkan kamar mandi atau WWOOF-ing.

WWOOF adalah sebuah organisasi yang menjadi wadah bagi umat traveler dunia yang ingin memberikan bantuan tenaga pada pertanian lokal di suatu negara.

Kelebihan traveling dengan cara seperti ini mampu membaur dnegan masyarakat sekitar.

Sayangnya di era media sosial, crowdfunding dan hastag yang viral, mimpi memiliki perjalanan dengan budget rendah telah bergeser.

Masih ingatkah dengan para traveler di Thailand yang mengaku sebagai backpacker namun kehabisan uang lebih memilih untuk menjual hasil potretnya?

Fenomena traveler pengemis ini dikenal dengan sebutan begpacker.

Orang-orang memutuskan bepergian dengan gaya backpacker namun memiliki angaran pengemis, memintas sumbangan dan barang gratis dari penduduk setempat atau sesama pelancong.

Mereka ada yang mencari tambahan uang dari mengemis menjual barang seperti hasil foto untuk tujuan melanjutkan perjalanan.

2 dari 3 halaman

Satu hal yang disayangkan adalah mereka melakukannya di negara-negara yang pendapatan rata-ratanya lebih rendah dari biaya traveling mereka.

Dilansir TribunTravel.com dari laman quartzy.qz.com, para begpacker banyak ditemui di Asia Tenggra.

Beberapa pristiwa yang begpackers ini terjadi pada akhir 2017.

Berbagai foto beredar di media sosial yang menimbulkan dua persepsi, pro dan kontra.

Mungkin pada situasi tertentu, seperti ketika tarveler kehilangan paspor dan uangnya, mungkin masih bisa dikatakan wajar.

Namun jika traveler melakukannya dengan sengaja karena tak ada planning yang tepat, hal ini adalah sebuah kenekatan.

Thailand bahkan melaporkan tahun lalu para pejabar meminta para turis asing yang datang harus memiliki sejumlah uang minimum sebelum memasuki negara tersebut.

Bisa mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk bepergian keliling dunia menjadi tradisi yang sangat dihormati.

Semakin hemat dalam mengeluarkan uang saat jalan-jalan maka dianggap pintar mengelaola perjalanan.

Tapi bila memurtuskan bepergian dengan modal nekat saja, adalah sebuah masalah yang besar.

3 dari 3 halaman

Di era media sosial berkuasa, dimana jalan-jalan seolah adalah kebutuhan hidup.

Apalagi jika bisa mendapatkan gambar yang memperlihatkan hotel mewah dengan segala fasiltasnya akan menjadi sebuah foto yang indah dipamerkan di akun Instagram.

Meski begitu, gaya traveling backpacker tetap banyak digandrungi karena menyimbolkan kesederhanaan dan planning yang tepat.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
ThailandAsia TenggaraTribunTravel.com Milk Bun Mew Suppasit
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved