Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum
TRIBUNTRAVEL.COM - Banyak orang ingin mempelajari ilmu tentang umur panjang, dan dalam beberapa kasus ekstrem, seperti kaisar Tionghoa pertama, Qin Shi Huang, berusaha keras menemukannya.
Tentu saja, tidak ada yang bisa memberikan obat mujarab semacam itu.
Dia meninggal di usia 49, pada 210 SM, dan seperti yang diungkapkan oleh beberapa sumber, dia mungkin menggunakan cinnabar, sesuatu yang akan memperpendek hidupnya, bukan memperpanjangnya.
Bagi wanita kelahiran Italia, Emma Martina Luigia Morano, lahir pada 29 November 1899 dan meninggal pada usia 117 di April 2017, resep berumur panjang ternyata jauh lebih sederhana.

Menjelang ulang tahunnya yang terakhir pada November 2016, Morano telah menjawab beberapa pertanyaan tentang kunci umurnya yang panjang saat berada di rumahnya di Verbania, sebuah kota di utara Italia yang terletak di dekat Danau Maggiore dan dekat dengan perbatasan Swiss.
"Saya makan dua butir telur sehari, dan hanya itu. Dan kue kering. Tapi saya tidak banyak makan, karena saya tidak punya gigi, "jawab wanita tua itu, seperti dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com.
Morano mulai mengkonsumsi telur sejak dia menderita anemia pada usia 20 tahun.
Seorang dokter telah menasihatinya kemudian wanita ini mulai mengkonsumsi tiga butir telur setiap hari, dua mentah dan lainnya matang.
Dia rupanya terjebak pada rutinitas ini selama sebagian besar sisa hidupnya - periode hampir sembilan dekade.

Jika dihitung, wanita Italia ini sudah makan sekitar 100.000 telur, jumlah besar yang menjadikannya masuk dalam Guinness World Record keduanya.
Menurut Guinness, dia dinyatakan sebagai tertua di dunia yang pernah hidup di Mei 2016.
Dia juga dianggap sebagai orang terakhir yang lahir pada abad ke-19.
Pernyataan Morano mengungkapkan hidupnya yang panjang tak selalu harus memperhatikan tips populer.

Seperti mengkonsumsi sayur dan buah.
Sebab dirinya tidak pernah terlalu banyak memasukkan sayuran dan buah dalam menu makanannya.
Menurut Bava, dokter Morano, yang telah merawat kesehatannya selama tiga dekade terakhir hidupnya, dia memakan dua telur mentah untuk sarapan dan telur dadar untuk makan siang saat bertemu dengannya.
Awalnya Morano secara teratur memilih ayam untuk makan malam, meski pada tahun-tahun terakhir, dia berhenti makan daging apa pun karena tidak menyukai rasanya.
Juga, karena seseorang mengatakan kepadanya jika memakan daging dapat menyebabkan kanker.
Morano, anak tertua dari delapan bersaudara, bisa mencapai umur panjang seperti itu karena genetika.
Kedua saudaranya juga mencapai usia 100 tahun, dan juga ibu mereka, yang meninggal pada usia 91.
Morano memang pernah menikah.
Namun, sebagian besar hidupnya dihabiskan seorang diri.
Kabarnya, pasangan pertamanya meninggal dunia saat Perang Dunia Pertama ketika dia berusia pertengahan dua puluhan.
Dia telah berpisah dari suami keduanya, bernama Giovanni Martinuzzi, pada 1937, saat dia berusia akhir tiga puluhan.
Pernikahan kedua menjadi yang terburuk, di mana Morano kehilangan, anak laki-lakinya yang meninggal pada usia enam bulan.
Seperti yang diingat Morano, dia benar-benar mengusir suami keduanya, tidak mengikuti prosedur perceraian biasa.
Terkait pekerjaan, wanita Italia itu bekerja sebagai juru masak sampai pensiun.
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Morano menghadapi kesulitan dalam berbicara, dan pendengarannya juga tidak terlalu baik.
Namun secara keseluruhan, kesehatannya sangat baik.

Saat dirinya jatuh sakit, wanita ini sangat bertekad untuk tidak meninggalkan rumahnya untuk diperiksa di rumah sakit.
Sebagai gantinya, perawatan dilakukan di rumah termasuk transfusi darah dan infus.
Sejak penglihatannya mulai rabun , Morano berhenti menonton televisi.
Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, tidur atau duduk di kursi berlengan yang nyaman dari tempat dia memberikan wawancara terakhirnya, dan di mana dia juga menarik napas terakhirnya pada usia 117 tahun.