TRIBUNTRAVEL.COM - Jika di Jawa Barat ada Cibaduyut dan di Jawa Timur terdapat Tanggulangin sebagai sentra industri kulit, Yogyakarta juga memiliki sentra industri kulit, yakni Manding.
Berada di Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo Manding Sabdodadi, Bantul, kawasan ini telah dikenal sebagai penghasil kerajinan kulit sejak tahun 1957.
Beragam kerajinan mulai dari dompet, tas, sepatu, sandal, jaket, dapat anda temukan di sini.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Dikatakan Jumakir selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Manding, saat ini terdapat sekitar 42 rumah rumah produksi, dan 48 showroom penjualan kerajinan kulit.
Showroom tersebut berjajar rapi sepanjang jalan di desa Manding dengan mudah akan kita temukan berbagai macam kerajinan yang terpajang apik di setiap etalase toko.
Mulai dari sepatu, tas, sendal, jaket, ikat pinggang, topi, dompet, serta berbagai aksesori yang terbuat dari kulit antara lain, gantungan kunci, gelang, kalung dan pigura.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Soal harga sangat bervariasi.
Model serta bentuk juga mempengaruhi harga, semisal untuk produk berbahan dasar murni kulit seperti jaket kulit antara Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta.
Sepatu mulai dari Rp70 ribu hingga Rp1 juta, tas mulai Rp100 ribu hingga Rp1 juta. Berbagai macam dompet kulit mulai dari Rp50-250 ribu.
Murah
Produk-produk yang lebih murah juga tersedia, namun tentu dengan komposisi bahan kulit dan sintetis.
Misalnya gantungan kunci mulai dari Rp5000, sandal mulai Rp35.000, tas mulai dari Rp50.000, serta ikat pinggang mulai Rp10.000.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Sedang untuk rumah produksi yang berjumlah 42, letaknya berada di tengah permukiman.
Saat ini, selain memproduksi barang-barang dari kulit, masyarakat Manding juga membuat barang kerajinan dari eceng gondok, pandan, serat alam, dan bahan sintetis.
Selain wisata belanja, di Manding juga terdapat wisata edukasi.
"Kami melayani kunjungan wisatawan yang ingin melihat secara langsung bagaimana proses pembuatan barang kerajinan dari kulit," ujar Jumakir.
Wisatawan bahkan bisa langsung balajar membuat barang kerajinan, seperti dompet, tas, alas sepatu, dan nanti hasil karya mereka bisa dibawa pulang.
Dijelaskan Jumakir, awal mula Manding bisa menjadi pusat kerajinan kulit terbesar di Yogyakarta adalah dari tiga orang yang belajar membuat dan memperbaiki pelana kuda di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.
"Saat itu pada tahun 1947, tiga pemuda kampung Manding belajar mengolah kulit di sana. Selain belajar memperbaiki membuat dan pelana kuda, ketiga orang tersebut belajar secara otodidak bagaimana membuat kerajinan lainya. Awal mula yang dibuat adalah ikat pinggang warok yang berukuran besar. Setelah belajar kurang lebih selama 10 tahun, akhirnya mereka pulang dan mulai membuka usaha di rumah," cerita Jumakir.

Tribun Jogja/Hamim Thohari
Saat ini kerajinan kulit Manding tidak hanya dipasarkan di desa tersebut tetapi juga dipasarkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, bahkan banyak juga yang dikirim ke luar negeri.
Akses menuju Manding sangat mudah.
Bila dari arah kota Jogja silahkan kearah selatan mengikuti Jalan Parangtritis, sesampainya di kilometer 11 akan ada perempatan lampu merah yang disebelah kanannya terdapat gapura besar bertuliskan sentra industri kerajinan kulit Manding.
Perjalanan ke sana bisa ditempuh dengan kendaraan umum dari kota Jogja, melalui terminal Giwangan carilah bus kecil jurusan jogja-parangtritis, kira-kira ongkos sekali jalan Rp5000, atau bisa dengan menggunakan taksi, tentu saja agak sedikit mahal kira-kira Rp50.000 dari pusat kota Yogyakarta.
Menggunakan kendaraan pribadi akan lebih leluasa mengatur waktu, tidak terikat jam angkutan kendaraan yang ada.
Berita ini sebelumnya telah dimuat di Tribun Jogja dengan judul Desa Manding Surga Bagi Pemburu Kerajinan Berbahan Kulit.
Subscribe Channel YouTube TribunTravel.com: