TRIBUNTRAVEL.COM - Manakah tempat terpanas di dunia?
Kebanyakan pasti langsung menyebutkan Gurun Sahara.
Yup, jawaban tersebut tidaklah salah.
Sebagai tempat terpanas dapat dipastikan salju tak akan turun di sana.
Namun kenyataan berbeda malah terjadi belum lama ini.
Tepatnya pada Minggu (07/01/2018), sebuah fenomena langka terjadi di Gurun Sahara.
Sahara diselimuti salju setebal 40 sentimeter.
Fenomena ini tentu menimbulkan tanya bagi banyak orang, bagaimana bisa wilayah terpanas di dunia tertutup salju yang identik dengan dingin.
Apalagi bukit pasir merah tersebut diselimuti salju bertepatan dengan cuaca ekstrem di belahan dunia lain.
Lalu apa yang menyebabkan Sahara tertutup salju?
Ternyata peristiwa langka ini disebabkan oleh tekanan tinggi di Eropa.
Tekanan tinggi tersebut menyebabkan udara dingin bergerak dari Afrika Utara ke Gurun Sahara.
Dilansir dari Forbes, Senin (08/01/2018), massa udara dingin tersebut kemudian naik 3280 kaki ke ketinggian Ain Sefra, sebuah kota yang dikelilingi oleh Pegunungan Atlas dan mulai bersalju pada Minggu pagi.
Ain Sefra sendiri dikenal sebagai "pintu gerbang ke padang pasir" yang memiliki suhu rata-rata 37,6 derajat celcius selama bulan Juli.
Hal itu membuat penduduknya lebih terbiasa dengan panas ekstrem dibanding salju.
Tapi salju yang turun di Sahara ini tidak bertahan lama karena menjelang sore suhu naik 5 derajat celcius.
Sebenarnya, peristiwa Sahara ditutupi salju bukan sekali ini terjadi.
Sebelumnya, gurun sahara pernah mengalami hal ini pada 1979, 2016, dan 2017.
US Geological Survey (USGS) mencatat bahwa salju tidak jarang terjadi di dataran tinggi Afrika.
Tapi mereka juga mengatakan salju "jarang jatuh" di tepi padang pasir.
"Meskipun suhu musim dingin [Ain Sefra] diketahui turun ke suhu 30 derajat, salju sama jarangnya dengan suhu dingin yang terjadi karena curah hujan di sana hanya beberapa sentimeter setiap tahunnya," kata agensi tersebut dikutip dari Huffington Post, Rabu (09/01/2018).
Meski begitu, Stefan Kropelin, seorang ahli geologi di Universitas Cologne, Jerman menyebut hampir tidak mungkin menghitung berapa kali turun salju di Sahara.
"Sahara sama besarnya dengan Amerika Serikat, dan hanya ada sedikit stasiun cuaca," kata Kropelin dikutip dari New York Times, Rabu (09/01/2018).
"Jadi konyol mengatakan bahwa ini adalah yang pertama, kedua, ketiga kalinya turun, karena tidak ada yang tahu berapa kali salju turun di masa lalu kecuali mereka berada di sana," imbuhnya.
Berita ini telah dimuat di Kompas.com dengan judul Mendadak Diselimuti Salju Setebal 40 Cm, Ada Apa di Sahara?