Breaking News:

Arkeolog Ini Temukan Kerangka Penumpang Kapal Batavia berusia 400 Tahun, Kisah Dibaliknya Mengerikan

Kapal kargo Batavia berangkat dari Belanda pada Oktober 1628, menuju Jakarta, Indonesia, dengan lebih dari 300 awak dan penumpang.

mentalfloss.com
Temukan Kerangka Penumpang 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Ambar Purwaningrum

TRIBUNTRAVEL.COM - Kapal kargo Batavia berangkat dari Belanda pada Oktober 1628, menuju Jakarta, Indonesia, dengan lebih dari 300 awak dan penumpang.

Untuk beberapa alasan yang masih belum diketahui, kapal menyimpang dari jalur ke selatan dan menabrak sebuah karang atol sekitar 50 mil sebelah barat pantai Australia.

Apa yang terjadi selanjutnya sangat mengerikan.

Sedikitnya 125 penumpang tewas dalam pembantaian paling brutal dan misterius di dunia.

Dilansir TribunTravel.com dari laman mentalfloss, dalam sebuah cerita yang ditayangkan di 60 Minutes Australia, koresponden Liam Bartlett melakukan perjalanan ke "pulau horor" dimana tim ilmuwan Australia dan Belanda berhasil menemukan kerangka hampir berusia 400 tahun.

(mentalfloss.com)

Kerangka ini berada di pulau Beacon dan terkubur di dalam pasir.

Kondisinya masih terpelihara dengan baik.

Mereka berharap penemuan ini dapat mengungkapkan apa yang menyebabkan pembantaian massal tiba-tiba pada orang dewasa dan anak-anak.

"Kami sedang berhadapan dengan seorang psikopat dan beberapa peristiwa yang cukup mengerikan," kata Alistair Paterson, seorang arkeolog di University of Western Australia dan pemimpin tim penelit.

2 dari 4 halaman

"Tidak ada yang seperti itu dalam sejarah Belanda atau sejarah Australia."

The Batavia, merupakan kapal unggulan dari Belanda East India Company.

Sayang, komandan, Francisco Pelsaert, dan kapten, Ariaen Jacobsz, saling membenci satu sama lain.

Jacobsz bersekongkol dengan wakil Pelsaert, Jeronimus Cornelisz, untuk mengambil kendali dari kapal dan muatannya berupa perak dan lukisan berharga.

Namun sebelum pemberontakan bisa terungkap, kapal menabrak karang di pagi hari pada 4 Juni 1629.

Sekitar 100 orang tewas dalam kecelakaan, sementara hampir 200 terperangkap di pulau.

Sayang pulau yang mereka temukan itu tanpa memiliki pohon satupun.

Hanya terdiri dari gurun pasir tanpa air dan makan.

Pelsaert dan Jacobsz mencoba berlayar untuk mencari bantuan.

(mentalfloss.com)

Mereka harus menempuh jarak 2.000 mil dengan perahu untuk bisa sampai ke Australia.

3 dari 4 halaman

Sementara itu di pulau, hanya tinggal Cornelisz dan penumpang yang selamat.

Awalnya, Cornelisz mengorganisir jatah makanan dan tempat tinggal bagi para korban di Pulau Beacon sebagai cara.

Namun kemudian, dia mulai menimbun senjata dan kapal untuk digunakan sendiri.

Dia memerintahkan para pengikutnya yang kuat dan sehat untuk menakuti yang lain.

Sebagian besar perempuan dan anak-anak tewas karena siksaan dan kelaparan.

Meskipun demikian beberapa perempuan tetap hidup sebagai budak seksual, menurut laporan Bartlett.

Tak sampai di situ saja, setelah hampir semua penumpang tewas akibat kekejamannya, dia bersama dengan anak buahnya, berusah mencapai sebuah pulau terdekat.

(mentalfloss.com)

Di sana dia bertemu dengan seorang pelaut bernama Wiebbe Hayes dan kawanannya.

Cornelisz berusaha mengancurkan Hayes.

Saat Hayes mulai terdesak, kapal penyelamat yang dipimpin oleh Pelsaert dan Jacobsz muncul.

4 dari 4 halaman

Segera Hayes dan Cornelisz, masing-masing mengirim seseorang untuk mencegat kapal sekaligus meminta pertolongan.

Untungnya, pihak Hayes berhasil mencapai kapal penyelamat.

Akhirnya hanya 80 dari 300 penumpang yang selamat dan tiba di Jakarta.

Cornelisz, tidak pernah menunjukkan sedikit penyesalan atau menawarkan penjelasan atas kekejamannya.

Dia dihukum gantung bersama dengan anak buahnya.

Sementara tulang yang ditemukan arkeolog menjadi bukti bagaimana kekejaman Cornelisz terhadap penumpang kapal.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
BelandaBataviaTribunTravel.com Beskap Andries Noppert
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved