Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap traveler pasti sudah merencanakan daftar aktivitas traveling yang menyenangkan di setiap tempat yang dikunjungi.
Baik itu bersantai di pantai, hiking atau trekking, berenang, atau mencoba menjelajahi area hutan yang masih rimbun.
Tapi terlepas dari segala keasyikan aktivitas traveling tersebut, pastinya ada satu hal yang setiap orang inginkan dari liburan mereka.
Yakni, bisa pulang kembali ke rumah dengan selamat.
Sebagian destinasi wisata tak memiliki hambatan apapun, namun sejumlah tempat favorit para turis ternyata memiliki sisi membahayakan yang tersembunyi di balik keindahannya.
Tak jarang, destinasi semacam itu bisa mengakibatkan insiden berbahaya atau yang lebih buruk lagi, menelan nyawa.
Lalu mana saja sih tempat-tempat keren tujuan wisata yang mematikan itu?
Kamu bisa simak deretannya berikut, sebagaimana dilansir TribunTravel.com dari laman Daily Mail.
1. Mont Blanc, Prancis

Mont Blanc merupakan satu di antara puncak tertinggi di Benua Eropa dan memiliki ketinggian 5.000 meter dan kecepatan angin mencapai 95 kilometer per jam.
Tak heran gunung ini menjadi satu dari spot berbahaya bagi para pendaki.
Dari sekitar jumlah rata-rata 20 ribu orang pendaki per tahunnya, ada sekitar 30 hingga 70 kasus kematian yang terjadi.
Tak hanya itu, ada banyak juga kasus pendaki cedera dan terluka saat mencoba menaklukkan puncak gunung ini.
2. Grand Canyon, Arizona, AS

Ada sekitar 4,5 juta pengunjung setiap tahunnya di situs alam dengan bentang luas sepanjang 227 mil atau 365 kilometer ini.
Namun menurut daftar statistik taman nasional Grand Canyon, rata-rata ada 12 kasus kematian pengunjung dalam satu tahun.
Penyebab kematiannya pun beragam, mulai dari kelelahan, udara panas, dehidrasi, kondisi medis, bunuh diri, hingga tergelincir dari tepi tebing.
Hingga kini, sudah ada 685 laporan kasus kematian yang terjadi di Grand Canyon.
3. Teahupoo, Tahiti

Dengan ombak yang bisa mencapai tinggi 3 hingga 7 meter, Teahupoo dimasukkan ke dalam daftar 10 ombak paling mematikan di dunia.
Ombak di Teahupoo memiliki bentuk yang unik, berkat adanya batuan karang yang dangkal yang hanya terletak 20 inchi di bawah permukaan air, mengakibatkan bentuk ombak yang berlubang.
Sejak tahun 2000, ada 5 laporan kasus kematian yang terjadi di sini, menurut harian The Australian.
4. Jalur Kokoda, Papua Nugini

Jalur ini sempat menjadi sangat populer saat Perang Dunia II, dan sejak itu banyak orang Australia yang mengenang para prajurit yang tewas di sini.
Jalur Kokoda memiliki panjang 60 mil (96 kilometer) telah menyebabkan kematian 6 trekker dari Australia ada lebih dari 50 orang yang harus dievakuasi dari sana, menurut SBS World News.
Jalur ini terdiri dari berbagai medan yang meliputi dataran hutan, sungai, dan pegunungan.
Dan bahaya terbesar yang mengancam di Jalur Kokoda berasal dari penyakit yang berkaitan dengan pencernaan, terjatuh dari medan, dan gigitan nyamuk yang membawa penyakit malaria.
5. Half Dome di Taman Nasional Yosemite, California, AS

Bagian dari tebing bebatuan di Yosemite National Park yang disebut Half Dome ini memiliki ketinggian lebih dari 1.500 meter.
Namun sisi vertikal finalnya yang hanya setinggi 120 meter inilah tempat di mana banyak pendaki mengalami kecelakaan atau kehilangan nyawa.
Sudah ada sekitar 60 orang yang tewas di Half Dome, dan banyak yang tergelincir saat berada di bebatuan basah di bagian dasar tebing yang disebut Death Slabs.
Di sini, ada juga kasus pendaki yang tewas akibat tersambar petir.
6. Skellig Michael, Irlandia

Skellig Michael adalah sebuah pulau yang terletak di Samudera Atlantik di wilayah Kerry di Irlandia.
Ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1996, karena ada biara Kristen kuno di tempat tersebut, yang didirikan pada suatu titik antara abad ke 6 dan 8.
Ada 600 tangga yang berusia lebih dari 1000 tahun mengarah ke sisi terjal dari pulau berbatu ini, dan seringkali licin dan sangat berbahaya.
Pada 2009, adanya dua kasus kematian menyebabkan digelarnya peninjauan terhadap kondisi keselamatan di pulau ini.
Namun, hingga kini masih belum ada pegangan tangan atau pagar di tangga batu itu untuk membantu pendakian tersebut.