Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Setiap tahunnya, umat Islam memliki perayaan tahun baru yang jatuh pada 1 Muharram.
Tahun ini, umat muslim merayakan pergantian tahun, yakni Tahun Baru Hijriah pada Rabu (20/8/2017).
Mengingat ajaran Islam sudah masuk di Indonesia, maka layaknya tahun baru pada umumnya, beragam perayaan digelar untuk merayakan momen ini.
Ada beberapa tradisi lokal yang diadakan untuk merayakan tahun baru umat Islam ini.
Di Jawa, tahun baru ini juga dikenal sebagai Malam 1 Suro (Muharram).
Tradisi tersebut pun tidak hanya terbatas di Pulau Jawa, tapi juga di luar Jawa.
Beberapa kegiatan juga dilakukan untuk menyambut tahun baru, seperti tirakatan, lek-lekan (begadang/tidak tidur semalam suntuk), menyepi, dan kungkum (berendam).
Mengingat keanekaragaman budaya di seluruh Nusantara, beberapa daerah di Indonesia juga punya tradisi tersendiri untuk merayakan Tahun Baru Hijriah.
Untuk melihat ulasan singkat mengenai tradisi perayaan tahun baru Islam, kamu bisa cek di bawah ini.
1. Kirab Kebo Bule - Keraton Surakarta

Di Surakarta, perayaan tahun baru Islam digelar dengan kirab kebo bule.
Dalam tradisi ini beberapa ekor kebo bule (kerbau berwarna putih) diarak keliling kota.
Kerbau-kerbau ini dipercaya sebagai turunan Kebo Bule Kyai Slamet dan dianggap keramat.
Kerbau-kerbau tersebut berperan sebagai Cucuking Lampah (pemandu kirab) dan diikuti oleh para kerabat keraton yang membawa pusaka.
Baru kemudian di barisan belakang ada masyarakat Solo dan sekitarnya.
Kirab ini biasa digelar pada tengah malam, biasanya masyarakat sudah berkumpul di tepi jalan yang dilewati rombongan kirab.
Yang unik dari tradisi ini, para warga menanti momen di mana mereka dapat menyentuh badan kebo bule dan berebut untuk mendapatkan kotorannya yang katanya dapat membawa berkah.
2. Tradisi Mubeng Beteng - Keraton Yogyakarta

Tradisi Mubeng Beteng merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam 1 Sura.
Tradisi Mubeng Beteng dilakukan oleh ratusan abdi dalem mengelilingi Keraton Yogyakarta dan diikuti oleh warga.
Selama mengelilingi benteng, mereka harus melakukan tapa bisu (tidak berbicara ataupun bersuara) serta tidak makan, minum, atau merokok.
Dalam mengelilingi benteng, jarak yang ditempuh mencapai lima kilometer.
3. Upacara Tabot - Bengkulu

Upacara Tabot merupakan tradisi perayaan tahun baru Islam di Bengkulu untuk mengenang kepahlawanan serta meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali Abu Thalib.
Upacara Tabot masih mendapat pengaruh dari upacara Karbala di Iran.
Perayaan ini telah dilakukan sejak tahun 1685 oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal juga sebagai Imam Senggolo.
Masyarakat kota Bengkulu percaya apabila perayaan ini tidak mereka selenggarakan maka akan terjadi musibah atau bencana.
Tak heran, perayaan Tabot ini penuh dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual.
4. Ledug Suro - Magetan, Jawa Timur

Pada tahun baru hijriah, masyarakat Magetan menggelar tradisi Ledug Suro dengan ngalub berkah bolu rahayu.
Tradisi ini dipercaya dapat membawa rizki.
Sama seperti tradisi 1 Suro lainnya, Ledug Suro sangat dinanti-nati warga.
Upacara ini diawali dengan kirab Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang nantinya menjadi sasaran rebutan warga.
Pasalnya, bolu rahayu tersebut dipercaya mendatangkan berkah.