Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizky Tyas
TRIBUNTRAVEL.COM - Mendengar nama Anyer, hal pertama yang terlintas di pikiran kalian pasti wisata pantainya yang indah.
Di balik segala keindahannya itu, Anyer juga menjadi saksi bisu sejarah bangsa Indonesia.
Ialah menara suar yang diyakini sebagai titik nol pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda, Herman Willem Daendels.
Jalan Anyer-Panarukan atau Jalan Daendels dikenal telah memakan banyak korban selama pembangunannya.
Penduduk pribumi diharuskan kerja paksa menyelesaikan jalan yang membentang dari ujung barat hingga ujung timur pulau Jawa ini.
Meski begitu, ada beberapa fakta lain di balik proses pembangunan jalan sepanjang seribu kilometer ini.
Berikut beberapa fakta di balik jalan Anyer Panarukan yang fenomenal pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
1. Pekerja diberi upah
Pembangunan jalan dimulai dengan membuat jalur Bogor-Cirebon yang menembus gunung dengan mengerahkan hingga 1.100 tenaga kerja.
Pihak Belanda menyediakan dana untuk upah pekerja dan para mandor, serta ransum.
Selain upah, pekerja juga diberi beras dan garam.
Sistem pembayarannya dilakukan melalui residen yang diberikan kepada bupati, barulah dibayarkan pada pekerja.
Sayangnya, catatan catatan pembayaran dari bupati kepada pekerja tidak pernah ditemukan.
2. Dibangun untuk kepentingan ekonomi dan militer

Dengan infrastruktur yang memadai maka transportasi dan pengiriman komoditas jadi lebih cepat dan efisien.
3. Proyek dijalankan di bawah pimpinan militer

Berada di bawah pimpinan militer, proyek ini dijalankan menggunakan peralatan dan persenjataan berat seperti meriam untuk meruntuhkan bebatuan padas.
Selain itu, para pekerja juga tidak lagi terancam dengan serangan binatang buas.
4. Awal mula berlakuknya sistem wajib kerja

Ketika pembangunan mencapai Karangsembung, muncul beberapa masalah di antaranya dana yang telah habis dan lahan yang ternyata masih milik Sultan Cirebon.
Daendels kemudian menekan Sultan Cirebon agar menyerahkan tanahnya.
Daendels juga mengumpulkan para pemimpin pribumi untuk menyediakan tenaga kerja tambahan.
Sistem baru yang digunakan adalah kerja wajib untuk raja dengan alasan rakyat menempati tanah miliki raja.
Maka, rakyat wajib menyerahkan upeti dengan bekerja.
5. Pembangunan Jalan Daendels menelan ribuan korban

Proyek ini memakan 12 ribu korban dalam waktu beberapa tahun, bahkan disebut sebagai genosida dalam sejarah kolonialisme di Indonesia.
Tapi di sisi lain, jalan ini juga memberi dampak sangat besar bagi perekonomian di pulau Jawa saat itu hingga sekarang.
Pembangunan jalan Anyer Panarukan juga melahirkan pergerakan penduduk ke berbagai kota.