Breaking News:

Sederhana namun Sarat Sejarah! Inilah 5 Makanan dari Zaman Penjajahan, No 1 jadi Favorit Presiden

Perang memaksa rakyat Indonesia dulu mengonsumsi makanan yang bisa ditemukan di sekitar saja. Apa saja?

destinesiawisata.blogspot.co.id
Tiwul 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari

TRIBUNTRAVEL.COM - Hari kemerdekaan Indonesia tinggal menunggu dua hari lagi.

Perjuangan meraih kemerdekaan yang dirasakan masyarakat Indonesia zaman peperangan sangat berat.

Tak hanya peluh dan air mata, bahkan para pejuang sampai berkorban nyawa.

Masa-masa yang berat juga berdampak pada makanan yang dikonsumsi masyarakat.

Perang memaksa mereka mengonsumsi makanan yang bisa ditemukan di sekitar saja.

Atau mengonsumsi sejumlah bahan makanan yang sangat sederhana, mengingat nasi sangat susah didapatkan waktu itu.

Lalu, seperti apa saja sih mereka?

Simak deretan kuliner zaman perjuangan yang TribunTravel.com rangkum dari berbagai sumber berikut ini.

1. Sate Kere (Solo)

Sate kere
Sate kere (Tribun Jogja/ Hamim Thohari)
2 dari 4 halaman

Sate kere, seperti namanya, 'kere' yang berarti miskin, merupakan makanan yang pada zaman dahulu hanya dikonsumsi oleh kaum papa.

Terbuat dari sisa makanan yang diolah dengan bumbu kacang, misalnya usus, jeroan, dan tempe gembus, yaitu tempe yang terbuat dari ampas kedelai.

Pasalnya, pada zaman penjajahan, orang Belanda makan daging, sedangkan bagian jeroannya malah diberikan ke orang Indonesia.

Terlepas dari namanya, kuliner Solo ini jadi makanan favorit Presiden Joko Widodo, lho.

2. Janeng (Nanggroe Aceh Darussalam)

(risehtunong.blogspot.co.id)

Menurut sejarahnya, janeng merupakan makanan yang dijadikan bekal perjalanan, tak terkecuali saat perang melawan penjajah.

Janeng merupakan sejenis umbi yang biasa tumbuh di daerah hutan Aceh.

Pada masa penjajahan, boh janeng atau buah janeng juga dijadikan makanan pengganti beras.

Biasanya juga diolah menjadi Krabe Janeng, dengan ditambahi kelapa, garam, dan gula.

3. Keumamah (Nanggroe Aceh Darussalam)

3 dari 4 halaman

Keumamah merupakan ikan asin yang bentuknya kaku dan sering dijadikan lauk pada masa perjuangan.

Pasalnya, olahan ikan ini bersifat tahan lama sehingga dapat dibawa pejuang saat bergerilya.

Biasanya, keumamah juga dikonsumsi bersama asam sunti, semacam asinan yang terbuat dari belimbing wuluh.

4. Nasi Uduk (Jakarta)

(indonesiakaya.com)

Siapa sih yang tak kenal dengan kuliner satu ini?

Nasi uduk memang sangat populer, layaknya nasi padang atau nasi kuning.

Tahukah kamu, kata 'uduk' itu berarti 'susah'?

Dinamakan demikian, karena nasi uduk menjadi makanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia saat zaman penjajahan dan keadaan ekonomi yang susah.

Nasi uduk merupakan beras putih yang dimasak memakai santan dan dibumbui dengan beberapa rempah seperti daun serai, jahe, merica, dan pala.

5. Tiwul (Jawa Tengah & Yogyakarta)

(destinesiawisata.blogspot.co.id)
4 dari 4 halaman

Mengingat betapa sulitnya keadaan ekonomi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, mereka terpaksa memanfaatkan bahan-bahan yang ada untuk dijadikan makanan.

Tiwul, satu di antaranya.

Utamanya berasal dari daerah Pegunungan Kidul, tiwul terbuat dari umbi ketela pohon dan dijadikan pengganti nasi.

Mengingat kandungan karbohidratnya yang tinggi, tiwul sering dijadikan pasokan energi bagi para pejuang atau masyarakat yang direkrut kerja paksa.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
Jawa TengahNanggroe Aceh DarussalamJokowi
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved