Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Polusi udara sudah jadi 'makanan sehari-hari' bagi warga yang tinggal di perkotaan.
Asap kendaraan bermotor dan pabrik mengubah udara menjadi berwarna lebih pekat dan mengandung karbonmonoksida dan radikal bebas yang tinggi.
Saking berbahayanya, polusi udara juga disebut sebagai 'pembunuh tak kasat' mata.
Bahkan disebutkan, ada lebih dari 80 persen penduduk yang tinggal di area perkotaan terpapar polusi udara yang melebihi batas tingkatan yang ditentukan oleh WHO.
Oleh karenanya, mengingat pada tahun 2050 nanti ada dua per tiga dari total populasi global yang tinggal di daerah perkotaan, maka kebutuhan akan udara bersih tentu menjadi sangat mendesak.
Memang sih, satu di antara cara paling efektif untuk memperoleh udara yang bersih adalah dengan menanam pohon.
Melihat terbatasnya lahan terbuka di perkotaan, menanam pohon menjadi alternatif yang sulit.
Namun ada satu instalasi yang dapat mengatasi problem pencemaran udara ini, yaitu CityTree.

Dilansir dari laman cnn.com, CityTree merupakan sebuah instalasi mobile yang dapat menghilangkan berbagai zat polutan dari udara.
CityTree sudah dipasang di beberapa kota besar di dunia seperti Oslo, Brussels, Hongkong, dan Paris.
Setiap CityTree berukuran tinggi 4 meter, lebar hampir 3 meter dan tebalnya 2,19 meter.
Dibuat dengan dua versi, CityTree dengan atau tanpa bangku.
ebuah display juga disertakan di badannya untuk memasang informasi atau iklan.
Meskipun namanya ada kata 'tree', CityTree sejatinya bukanlah pohon, melainkan kumpulan atau kultur lumut.
"Kultur lumut memiliki luas permukaan daun yang jauh lebih besar daripada tanaman lainnya."

"Hal itu berarti ada lebih banyak polutan yang terfilter," kata Zhengliang Wu, satu di antara pendiri Green City Solutions.
'Pohon' ini memiliki manfaat lingkungan yang bisa disamakan dengan hutan.
Satu buah CityTree setara dengan dampak yang ditimbulkan dari menanam 275 pohon di kawasan perkotaan.
Permukaan lumut yang luas ini dapat menghilangkan debu, gas nitrogen dioksida dan ozon dari udara.

Instalasi ini bahkan tidak memerlukan perawatan yang banyak karena dilengkapi dengan solar panel untuk menyuplai listrik.
Sementara air hujan ditampung dalam sebuah reservoir dan dialirkan ke tanah.
Untuk memonitor kondisi kesehatan lumutnya, CityTree memiliki sensor yang dapat mengukur kelembapan tanah, kualitas air, dan temperatur udara.
"Kami juga memiliki sensor polusi di dalam instalasi CityTree, yang membantu memantau kualitas udara setempat dan memberi tahu seberapa efisien 'pohon' tersebut." kata Zhengliang.
Penciptanya mengatakan masing-masing CityTree mampu menyerap sekitar 250 gram bahan partikulat per hari.
Ia juga berkontribusi pada penangkapan gas rumah kaca dengan cara menghilangkan 240 metrik ton CO2 per tahun.
Ide mengenai CityTree dimulai 11 tahun yang lalu, saat masih belajar di Dresden University of Technology, Zhengliang bertemu mahasiswa teknik mekanik, Victor Splittgerber dan seorang arsitek Dénes Honus.
Setelah lulus, mereka mengadakan sebuah workshop di universitas mengenai desain perkotaan yang berkelanjutan dan berfokus pada cara-cara baru untuk mengatasi masalah lingkungan di wilayah kota.
Empat tahun yang lalu, ketiganya bertemu dengan Peter Sänger, lulusan manajemen produksi untuk hortikultura, dan setelah gagasan proyek CityTree pun lahir.
Saat ini, hambatan birokrasi merupakan tantangan utama yang mereka hadapi.
"Kami memasangnya (CityTrees) di Modena, Italia, dan semuanya telah direncanakan dan diatur, tapi sekarang kota ini merasa ragu mengenai lokasi yang dapat kami pasangi CityTree karena alasan keamanan," kata Zhengliang.
Keempatnya juga memiliki rencana untuk mengenalkan CityTree ke kota-kota di berbagai negara berpenghasilan rendah seperti India, yang cenderung memiliki tingkat polutan yang tinggi.
Sejauh ini, sekitar 20 CityTrees telah berhasil dipasang dan masing-masing seharga sekitar 25 ribu dolar AS atau sekitar Rp 325 juta.

Meskipun demikian, ada keraguan tentang instalasi ini.
Gary Fuller, pakar pencemaran udara di King's College London, berpendapat konsep pemurni udara perkotaan mungkin terlalu ambisius.
"Bahkan meskipun sudah memiliki pembersih udara yang sempurna, membersihkan udara di sekitarnya masih terbilang sangat sulit," katanya kepada CNN.
Polusi dari knalpot mobil, misalnya, bisa tersebar secara vertikal beberapa kilometer ke udara.
"Akan lebih baik lagi jika menghentikan pencemaran dari awal, bisa dimulai dari membersihkan armada bus kota," tambahnya.
Namun, penemu CityTree mengatakan, mereka telah menyadari hal ini dan memilih lokasi pemasangan CityTree dengan hati-hati.
"Kami sengaja memilih tempat di mana polusi berat akibat lalu lintas yang buruk dan terbatasnya aliran udara."
"Kami juga menguji sistem ventilasi untuk menciptakan aliran udara sendiri yang mengarahkan polusi ke CityTree."
Zhengliang juga berpendapat, CityTree masih merupakan satu bagian dari teka-teki yang lebih besar.
"Tujuan utama kami adalah menggabungkan teknologi dari CityTree ke bangunan yang ada,"
"Dan kami bermimpi menciptakan infrastruktur iklim sehingga bisa mengatur jenis udara dan juga suhu yang ada di daerah kota," katanya.