Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sri Juliati
TRIBUNTRAVEL.COM - Satu kebiasaan orang Indonesia saat Lebaran adalah mendatangi destinasi untuk berwisata bersama keluarga.
Nah, bila traveler mudik ke wilayah Solo dan sekitarnya, ada satu tempat wisata yang bisa dikunjungi saat libur Lebaran nanti.
Arahkan kendaraanmu ke timur atau sekitar 40 Km dari Solo untuk menuju Candi Cetho.
Berlokasi di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Candi Cetho merupakan candi bercorak agama Hindu yang diduga kuat dibangun di akhir era Kerajaan Majapahit.
Menurut catatan sejarah, candi ini diperkirakan berdiri sekitar abad 14.
Hal ini didasarkan dari adanya sengkalan angka tahun yang terpahat pada gapura teras VII yang berbunyi goh wiku hanahut iku (1397 Saka/1475 Masehi).
Yang membuat candi ini unik adalah seni bangunan yang berteras seperti pundek berundak dengan susunan 13 teras meninggu ke arah puncak.
Selain itu, bentuk arca-arcanya masih sanagt sederhana dan belum menunjukkan ciri kedewaan.
Candi Cetho memiliki ukuran panjang 190 m dan lebar 30 m serta berada di ketinggian 1496 mdpl.
Tak heran, bila Candi Cetho disebut sebagai warisan leluhur di lereng barat Gunung Lawu.
Nah, jika traveler belum pernah ke Candi Cetho, berikut delapan hal yang harus kamu tahu.
1. Berada di atas kebun teh Kemuning
Butuh waktu dua jam dari Solo untuk sampai ke Candi Cetho.
Meski terbilang cukup lama, namun kamu akan dimanja dengan panorama lereng Gunung Lawu yang tak biasa saking indahnya.
Apalagi, candi ini berada di atas kebun teh Kemuning yang kerap disebut sebagai Puncak-nya Jawa Tengah.
Sehingga tak hanya menikmati kemegahan Candi Cetho, traveler juga dapat melihat hamparan kebun teh nan hijau, sejauh mata memandang.
2. Siapkan kendaraanmu
Medan untuk menuju Candi Cetho terbilang sangat menanjak.
Oleh karena itu, bila memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor, pastikan siap tempur.
Tenang, jalur menuju Candi Cetho sudah berupa jalan mulus beraspal dengan banyak penanda yang akan memandumu.
3. HTM Rp 7000
Siapkan uang Rp 7000 untuk membayar tiket masuk ke Candi Cetho.
Sementara untuk wisatawan mancanegara dikenai Rp 25 ribu.
Juga dana sukarela untuk perawatan kain kampuh yaitu kain motif kotak-kotak hitam-putih yang dikenakan pengunjung.
4. Wajib mengenakan kain kampuh
Hingga saat ini, Candi Cetho masih digunakan sebagai tempat peribadatan umat Hindu.
Untuk menghormatinya, pengunjung wajib mengenakan kain kampuh selama di kompleks candi.
Pengelola sudah menyiapkan kain ini dan siap memasangkannya pada pengunjung.
Ingat, jangan dibawa pulang, ya.
5. Bisa membuktikan keperawanan
Inilah satu kisah mistis dan dipercaya banyak orang tentang Candi Cetho.
Di depan gapura masuk, ada sepasang arca penjaga yang dinamakan Nyai Gemang Arum.
Sementara pada pintu masuk utama bangunan candi, terdapat relief kemaluan wanita.
Pada teras ke tiga, terdapat susunan batu yang membentuk kura-kura raksasa.
Di depan batu kura-kura tersebut, terdapat simbol phallus (alat kelamin laki-laki) sepanjang dua meter.
Konon, relief ini dipercaya bisa membuktikan keperawanan seseorang.
Namun kini, relief itu dipagari sehingga pengunjung tidak boleh masuk ke dalam area tersebut.
6. Tak seperti candi pada umumnya
Bila dilihat dari bentuknya, Candi Cetho tidak seperti candi di Indonesia pada umumnya.
Candi Cetho justru mirip dengan candi pada masa peradaban bangsa Inca, suku Maya di Amerika Latin.
Beberapa kajian ganjil lain pun bermunculan.
Patung-patung yang ada di Candi Cetho tidak menggambarkan orang Jawa pada masa itu.
Namun, justru mirip sosok orang Sumeria, Viking, Romawi, atau Yunani.
7. Jalur pendakian Gunung Lawu
Selama ini, banyak pendaki yang mengenal Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang sebagai titik mula pendakian Gunung Lawu.
Namun, sejak beberapa tahun lalu, Candi Cetho dibuka untuk jalur pendakian menuju Gunung Lawu.
Meski memiliki trek yang lebih panjang dan melelehkan, namun jalur pendakian via Candi Cetho menyimpan banyak keindahan.
Di antaranya Bulak Peperangan yang merupakan padang sabana yang konon jadi arena perang pasukan Kerajaan Majapahit melawan pasukan Kerajaan Demak.
Masih di area Bulak Peperangan, juga akan ditemui Sendang Tapak Menjangan yang terdapat air kala musim penghujan.
Bila beruntung, traveler dapat melihat rusa di sekitaran jalur ini.
8. Oleh-oleh teh kopi
Karena melewati Kebun Teh Kemuning, jangan lupa, sepulang dari Candi Cetho, beli teh rasa kopi atau jahe sebagai oleh-oleh.
Harganya cuma Rp 9 ribu per bungkus.