Breaking News:

Ramadan 2017

Cuaca Siang Hari Capai 40 Derajat Celcius, Apa Rasanya Berpuasa Ramadan di Kota Bremen?

Sama halnya dengan kota-kota lain di Benua Eropa, cuaca musim panas pada siang hari di Bremen mencapai paling tinggi 40 derajat celcius.

Penulis: Sinta Agustina
Editor: Sinta Agustina
Shutterstock
Bremen, Jerman. 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina

TRIBUNTRAVEL.COM - Terletak di Jerman barat laut, Kota Bremen berbatasan langsung dengan Hamburg, Niedersachsen, Lüneburg, dan Oldenburg.

Sebagai kota kedua terbesar di Jerman barat laut, Bremen menjadi pusat kebudayaan dan perekonomian di Jerman bagian utara.

Baca: Sulit Temukan Masjid hingga Dipandang Heran Saat Ibadah, Apa Rasanya Hidup di Eropa?

Selain itu, Bremen juga menjadi tempat tinggal bagi sejumlah pelajar dari berbagai negara yang melanjutkan pendidikan di kota kecil itu.

Sama halnya dengan kota-kota lain di Benua Eropa, cuaca musim panas pada siang hari di Bremen mencapai paling tinggi 40 derajat celcius.

frtraveller
Istimewa/Muhammad Arfian Riyadi

"Musim panas di sini (Bremen, red) siang harinya pernah mencapai 40 derajat (celcius, red), tapi minimal 32-37 derajat (celcius, red)," kata Muhammad Arfian Riyadi, mahasiswa asal Indonesia yang berkuliah di Bremen.

Mahasiswa jurusan Internationaler Studiengang Global Management di Hochschule Bremen ini menuturkan bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim panas.

"Sudah dua kali menjalankan bulan Ramadan di sini, dan itu selalu bertepatan dengan musim panas," kata laki-laki yang kerap disapa Fian ini.

Berada di wilayah utara, umat Muslim di Kota Bremen diharuskan berpuasa selama 19 jam.

2 dari 2 halaman

Puasa dimulai dari pukul 03.00 sebelum matahari terbit hingga pukul 21.00 saat matahari tenggelam.

Lalu, bagaimana rasanya berpuasa di Kota Bremen?

"Selain harus melewati teriknya matahari, kita juga harus menjaga pandangan dan menahan hawa nafsu," ujar Fian kepada TribunTravel.com melalui pesan Whatsapp, Jumat (16/6/2017).

Mahasiswa asal Saningbakar, Solok, Sumatera Barat itu menjelaskan selama musim panas biasanya warga Bremen selalu memakai pakaian minim untuk menghalau cuaca yang panas.

Kepada TribunTravel, Fian mengaku saat bulan Ramadan, para mahasiswa di Bremen juga akan banyak merelakan waktunya untuk 'melek' semalaman.

"Mendadak berubah menjadi makhluk nokturnal, dikarenakan waktu buka puasa dan sahur mepet, yang di antaranya juga ada salat tarawih," jelas Fian.

Meskipun begitu, Fian tak menjadikan hal tersebut sebagai suatu masalah ataupun beban.

Fian berpikir, jika menjadikannya sebagai beban, maka nantinya akan mengeluh dan tidak ikhlas dalam menjalankan ibadah puasa.

"Namanya ibadah, seharusnya masalah seperti apapun pasti nggak akan jadi beban kok," tutup Fian.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Travel
Tags:
JermanBremenHamburg Yann Sommer
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved