Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizkianingtyas Tiarasari
TRIBUNTRAVEL.COM - Sampah merupakan masalah besar bagi kehidupan di planet ini.
Tak hanya manusia, tapi kehidupan flora dan fauna juga ikut terancam, baik yang hidup di darat maupun di laut.
Seperti yang terjadi di Pulau Henderson, Inggris.
Pulau ini merupakan tempat bagi spesies yang terancam punah, termasuk burung petrel dan crake Henderson, serta pantainya adalah sarang bertelur bagi penyu hijau.
Sayang, kini ancaman yang mereka hadapi semakin berat.
Aktivitas manusia telah mengubah apa yang seharusnya menjadi pulau surgawi itu menjadi tempat sampah.
Lebih dari 37 juta potongan sampah plastik, seberat 17 ton terdampar tepian pantainya.
Bahkan 68 persen dari sampah plastik tersebut terkubur sedalam 4 inci atau 10 cm di bawah pasir.


Secara keseluruhan, setiap meter persegi pantai memiliki ratusan potongan plastik.
Termasuk sikat gigi, pelampung, jaring ikan tua, kantong plastik dan wadah kosmetik yang sebagian besar diproduksi dalam beberapa dekade terakhir.
Lantas dibuang oleh orang-orang yang tinggal ribuan mil jauhnya dari Pulau Henderson.
Jennifer Lavers dari University of Tasmania dan Alexander Bond dari Royal Society for the Protection of Birds melaksanakan proyek penelitian di pulau tersebut
Mereka menulis dalam sebuah prosiding di National Academy of Sciences, "Kami mendokumentasikan jumlah puing sampah dan tingkat akumulasinya di Pulau Henderson, sebuah pulau terpencil dan tak berpenghuni di Pasifik Selatan."
"Kepadatan jumlah sampah di sana merupakan yang tertinggi yang pernah dilaporkan, mencapai 671,6 item sampah per meter persegi di permukaan pantai.'
Pulau-pulau terpencil memang tidak pernah mengalami 'pembersihan.'
Jadi jumlah plastik merupakan indikasi bagaimana sampah telah menumpuk dari seluruh dunia, dibawa oleh arus laut untuk kemudian terdampar di pantai Henderson.
Kepada Daily Mail, Jennifer mengatakan telah mempelajari plastik laut di pulau-pulau terpencil selama satu dekade.
"Saya telah melihat banyak plastik dalam perjalanan saya, termasuk di beberapa tempat paling terpencil - tapi Pulau Henderson berada di tingkat tertinggi"
"Jumlah plastik di Pulau Henderson benar-benar mengkhawatirkan dan bisa membuat kamu tersesat."



Sebuah studi pada tahun 1991 tentang polusi plastik pada dua pulau karang terpencil lainnya, Ducie dan Aeno, di daerah tersebut digambarkan 'sangat menakutkan.'
Bahkan cenderung mewakili berapa banyak polusi plastik yang ada hampir tiga dekade yang lalu.
Namun jumlah ini masih kurang dari 1 buah plastik per meter persegi, sangat jauh dibandingkan Pulau Henderson sekarang.
Para peneliti memperkirakan, mengingat pulau-pulau tersebut mengalami kondisi yang sama.
Sejak tahun 1991, tingkat plastik meningkat antara 7 dan 80 persen setiap tahunnya.
Meskipun tidak dihuni dan berjarak ribuan mil dari peradaban manusia, mengingat begitu banyaknya sampah di sana, Pulau Henderson merupakan tempat yang paling terpolusi di bumi.
Pulau Henderson memang tidak mudah dicapai.
Bahkan jarak dengan pulau berpenghuni terdekat, Pitcairn, adalah 60 mil atau 100 kilometer jauhnya.
Saking banyaknya plastik di tempat itu, menimbulkan pemandangan miris.

Yaitu ketika ada seekor kepiting pertapa menggunakan wadah kosmetik Avon berwarna biru sebagai cangkangnya.
Jennifer berkata, "awalnya memang terlihat lucu, tapi bukan kehidupan seperti ini yang kita inginkan bagi para makhluk laut tersebut."
Karena plastik itu rapuh dan beracun.
Terlebih lagi, sampah dapat mengancam tempat-tempat penyu hijau bersarang di pantai, karena sampah menghalangi penyu betina untuk bertelur.
Maka dari itu, dibutuhkan pendidikan untuk mencegah orang mengotori pantai atau membuang sampah sembarangan.
Atau bisa juga mengurangi penggunaan plastik.
Kesimpulan dari penelitian Jennifer dan koleganya, Alexander, menyatakan, "Meskipun jarang dikunjungi manusia, pulau Henderson dan pulau-pulau terpencil lainnya mungkin akan 'tenggelam' akibat meningkatnya sampah dunia."