Laporan Wartawan Tribun Jogja, Gilang Satmaka
TRIBUNTRAVEL.COM - Kebanyakan orang mengatakan, binatang yang satu ini menjijikkan.
Habitatnya di tempat lembap persawahan membuat orang-orang ogah bertemu dengan hewan yang satu ini.
Namun di tangan Kang Wisang Surono, bekicot dan keong yang dianggap menjijikkan, menjadi satu menu kuliner lezat dan sangat nikmat.
Kang Wisang merupakan seorang pengolah, sekaligus pemilik tempat makan dengan menu hidangan lezat yang menyajikan beberapa menu bekicot dan keong.
Olahan-olahan menu bekicot dan keong yang disajikan kang Wisang antara lain adalah sate, rica-rica, tongseng, dan gulai.
"Menu olahan bekicot dan keong yang dibuat di sini baru dibuat menjadi empat, rencananya saya juga akan membuat menu bekicot dan keong lombok ijo," ungkap Wisang.
Tempat pengolahan sekaligus tempat makan berbagai menu olahan bekicot dan keong tersebut baru dibuka pada Februari 2017.
"Dulunya saya bekerja di sebuah rumah makan nasi goreng, lalu saya keluar dan mencoba mengolah menu bekicot dan keong tersebut," kata dia.
"Di kampung saya dulu bekicot dan keong hampir setiap hari dikonsumsi," ujar pria yang berasal dari Nganjuk tersebut.
Alat-alat untuk mengolah daging bekicotpun masih sangat sederhana.
Bekicot dan keong yang direbus terlebih dahulu, diletakkan di dalam ember besi yang berada di atas tungku tanah liat.
Bahan bakarnya pun masih menggunakan serabut kelapa.
Alat-alat sederhana tersebut malah membuat aroma yang khas pada setiap menu hidangan bekicot dan keong.
Menurut Wisang, perharinya ia bisa menjual hingga 230 porsi dari segala menu olahan bekicot dan keong seperti sate, rica-rica serta tongseng.
"Saya menargetkan harus habis dalam sehari dan porsinya sudah saya pres karena kalau tidak habis, akan mengurangi kualitas daging bekicot dan keong," kata dia.
Olahan-olahan menu bekicot dan keong yang disajikan kang Wisang antara lain adalah sate,
rica-rica, tongseng dan gulai. (Tribun Jogja/Gilang Satmaka)
Tempat pengolahan sekaligus tempat makan yang terletak di Dusun Somorai RT 5 RW 16 Margoagung, Seyegan, Sleman, tersebut memiliki nuansa pedesaan yang sangat asri dan sejuk.
Heningnya tempat makan serta suara burung khas pedesaan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Walau begitu Wisang ingin membuka warung makannya di daerah Godean.
"Banyak pengunjung yang menikmati suasana pedesaan di tempat ini, dan mengusulkan untuk memperlebar tempat makan di tempat ini," ujar Wisang.
"Karena saya rasa tempat ini terlalu sempit, saya akan membuka warung makan khusus bekicot dan keong di Godean."
Pada bulan pertama sejak ia membuka tempat pengolahan dan tempat makan tersebut melalui media sosial, Wisang mengaku sempat keteteran karena membludaknya pesanan.
Olahan-olahan menu bekicot dan keong yang disajikan kang Wisang antara lain adalah sate,
rica-rica, tongseng dan gulai. (Tribun Jogja/Gilang Satmaka)
Ia juga mengaku ikhlas dalam merintis usahanya sejak awal.
"Dulu waktu awal-awal saya mulai membuka tempat ini, saya pernah mengantarkan hanya satu porsi bekicot gulai hingga ke daerah Maguwoharjo," papar Wisang.
Dia mengaku tidak memikirkan biaya bensin sama sekali, tetapi ia hanya mau menu olahannya tersebut bisa dirasakan oleh orang yang memesan.
Rasa kelezatan olahan bekicot dan keong kang Wisang tidak diragukan lagi.
Olahan bumbu rempah-rempah yang dicampur dengan berbagai bumbu tradisional, membuat menu tersebut sangat nikmat.
Daging bekicot dan keong yang lembut, serta kenyal sangat cocok disantap dengan nasi hangat.
Olahan menu bekicot dan keong juga dicampur beberapa sayur mayur seperti, timun dan tomat, membuat sensasi kelezatan sendiri bagi para pengunjung.
Menu berkuah seperti tingseng dan gulai bekicot keong menjadi sajian nikmat di tengah-tengah udara sejuk pedesaan di tempat makan tersebut.
Saat ini tempat pengolahan dan tempat makan tersebut masih dibantu warga sekitar.
Walau begitu pesanannya mulai dari rumah sakit JIH, UPN, hingga Institut Seni Indonesia yang berada di kawasan Sewon Bantul.
Selain itu ia menerima pesanan untuk katering dan untuk peserta outbond di Desa Wisata Grogol.
Untuk menu berbagai macam olahan bekicot dan keong harganya berbeda-beda.
Satu porsi sate bekicot dan keong dihargai sebesar Rp 10.000.
Menu lain seperti tongseng, rica-rica dan gulai harganya berkisar antara Rp 8 ribu hingga Rp 9 ribu.
Menurut Wisang, daging bekicot dan keong memiliki kasiat yaitu omega 3 yang tinggi.
"Satu porsi daging bekicot atau keong, kasiatnya sama dengan satu lembar daging merah, dan lemaknya hanya satu persen", ujar Wisang.
Ia juga mengatakan, daging bekicot dan keong dapat membantu meningkatkan daya ingat anak-anak, karena protein yang kandungannya sama dengan minyak ikan hiu.
Untuk menuju ke tempat tersebut pengunjung bisa melewati jalan raya Cebongan menuju ke arah Seyegan.
Hingga sampai perempatan Seyegan belok ke kanan ikuti jalan hingga bertemu gapura Margoagung.