Laporan Wartawan Pos Kupang, Frans Krowin
TRIBUNTRAVEL.COM, LEWOLEBA - Nama Pulau Siput bukan baru untuk orang Lembata, Nusa Tenggara Timur, nama ini ada sejak dulu kala.
Banyaknya siput di pulau ini juga bukan hal yang baru untuk masyarakat kabupaten ini.
Seluruh orang Lembata sudah tahu akan hal tersebut.
Yang mungkin tak diketahui masyarakat setempat adalah pulau berpasir putih dengan luas lebih dari dua kali lapangan sepak bola itu, merupakan satu-satunya pulau di dunia yang sangat kaya akan siput.
Keberadaan pulau ini pun sungguh unik, hanya terlihat saat air laut surut dan akan tenggelam bila air laut pasang naik.
Ketika air laut surut, masyarakat berbondong-bondong menuju pulau itu untuk berkarang alias mencari siput untuk dikonsumsi.
Sebaliknya bila air laut akan naik, maka masyarakat yang sedang berkarang harus segera kembali.
Sebab risiko sangat fatal bila seseorang terlambat naik ke perahu motor untuk kembali ke Lewoleba.
Letak pulau ini memang tak jauh dari bibir pantai Kota Lewoleba.
Hanya saja untuk menggapainya harus menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh tak lebih dari tiga menit.
Bila air laut surut, perahu motor selalu siap mengantar menuju pulau tersebut.
Pulau ini amat mempesona.
Pasirnya putih bak kristal, air lautnya jernih, bersih dan membiru.
Bila melihat ke arah Lewoleba, tampak jelas betapa wajah indahnya kota itu.
Perahu nelayan berbaris-baris membingkai kota, pasir putihnya berkelok-kelok dengan sedikit tanaman bakau.
Tampak pula pohon nyiur yang melambai-lambai dikibas angin laut.
Selama ini, hanya ada dua aktivitas bila masyarakat menuju pulau ini.
Pertama, memilih siput yang berhamburan di permukaan pasir.
Kedua, memancing ikan dengan cara berdiri di tepi pasir pada zona paling dalam.
Selebihnya tidak lagi, karena warga dihantui berbagai hal, mengingat pulau ini letaknya di tengah laut.
Padahal, keunggulan dari pulau yang suka "muncul tenggelam" ini, adalah seseorang akan sangat leluasa mengabadikan detik-detik sang surya kembali ke peraduannya.
Momen sunset dari Pulau Siput itu seolah tiada tandingan, karena ketika matahari makin redup di balik barisan pegunungan, tampak perahu motor nelayan juga perahu motor antarpulau, masih mondar mandir sambil menebar buih putih di perairan Lembata.
Mungkin tak banyak orang percaya dengan gambaran panorama alam dari Pulau Siput ini, tapi itulah kenyataannya.
Oleh karena itu, bila tiba di Lembata bersamaan dengan air laut surut, rasanya sia-sia jika tidak segera menuju ke sana.
Kemolekan Pulau Siput hanya dapat dirasakan apabila menapakkan kaki di pulau tersebut.
Untuk menggapai pulau itu, seseorang hanya menghabiskan uang Rp 5.000, yakni Rp 2.500 untuk ongkos menuju pulau terendah di dunia itu dan Rp 2.500 lagi untuk ongkos kembali ke Lewoleba.
Hanya dengan biaya yang murah itu, bisa menikmati keindahan yang tak terkira nilainya.
Dengan demikian, tidak berlebihan bila mulai saat ini rencanakan waktu untuk berlibur ke Lembata.
Bila sudah berada di daerah ini, bisa menikmati tradisi penangkapan ikan paus, menikmati keindahan alam di Bukit Cinta, panorama alam Waijarang, dan lainnya.
Bila punya kemahiran berenang, bersiap-siaplah untuk melakukan diving di Nuhanera, menikmati indahnya alam bawah laut di tempat itu.
Hanya dari Nuhanera, akan menemukan rahasia alam yang tiada duanya.