TRIBUNTRAVEL.COM - Aktivitas Gunung Merapi dalam kurun waktu sepekan kemarin dinyatakan normal.
Meskipun demikian, pendakian hanya disarankan sampai Pasar Bubrah karena kondisi morfologi puncak yang rawan longsor.
Dari hasil pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) tanggal 3 hingga 9 Februari 2017, secara visual cuaca Merapi cerah pada pagi hari.
Sementara siang dan malam hari berkabut disertai mendung dan badai.

A. Pengamatan visual melalui kamera Stasiun Deles. Foto diambil pada 6 Februari 2017
pukul 09.11 WIB dan sketsa (garis merah) didelineasi dari foto tanggal 27 Oktober 2016
pukul 05.11 WIB.
B. Grafik data pemantauan Gunung Merapi menggunakan metode seismik
C. Deformasi tiltmeter Stasiun Selokopo Atas, EDM Reflektor Kaliurang 2, dan baseline GPS
Selo–Pasarbubar.
D. Grafik curah hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi. (Dok BPPTKG)
Pada Minggu (5/2/2017) pukul 09:10 WIB, BPPTKG memantau adanya asap berwarna putih, tebal dengan tekanan gas lemah dan tinggi maksimum 25 meter arah timur di Pos Pengamatan Kaliurang.
Adapun kondisi morfologi Merapi saat ini belum menunjukkan adanya perubahan.

Dilihat dari aktivitas kegempaan, pekan ini tercatat dua kali gempa guguran (RF) dan enam kali gempa tektonik (TT) di Gunung Merapi.
Kemudian dari pantauan secara instrumental menggunakan tiltmeter, EDM dan GPS, deformasi Gunung Merapi masih normal dan tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan.

Dalam kurun waktu itu pula, hujan terpantau terjadi di seluruh pos pengamatan.
Intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada Jumat (3/2/2017) di Pos Jrakah, dengan jumlah curah hujan 24 mm/jam selama 40 menit.
Meskipun demikian, BPPTKG tidak mencatat adanya penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka aktivitas Merapi saat ini masih dalam tingkat normal.

Namun, BPPTKG menyarankan agar pendakian hanya dilakukan sampai Pasar Bubrah, kecuali untuk keperluan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
Hal ini disebabkan kondisi morfologi puncak yang saat ini rawan terjadi longsor.
BPPTKG juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap ancaman banjir lahar dingin, karena hujan masih sering terjadi di seputar Merapi. (Tribun Jogja/say)