Breaking News:

Populerkan Tagline ‘The Light of Aceh’, Disbudpar Lakukan Branding Melalui Kemasan Oleh-oleh

Kuliner khas daerah setempat menjadi salah satu pilihan favorit pelancong. Jika ingin berburu penganan khas Aceh, datanglah ke Lampisang.

Editor: Sinta Agustina
iloveaceh.org
Branding 'The Light of Aceh' atau 'Cahaya Aceh' oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati

TRIBUNTRAVEL.COM, ACEH - Kembali dari pelesiran tanpa menenteng oleh-oleh adalah sebuah kesalahan.

Kuliner khas daerah setempat menjadi salah satu pilihan favorit pelancong.

Jika ingin berburu penganan khas Aceh, datanglah ke Lampisang.

Kawasan yang terletak di lintas Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh, Desa Lampisang, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar itu memang dikenal sebagai sentra oleh-oleh.

Atas nama kepraktisan, yang menjadi satu gaya khas traveler, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, merancang dan membagi-bagikan kotak-kotak khusus untuk mengemas penganan khas tersebut.

Sebanyak 2.000 kotak kue dibagikan secara cuma-cuma kepada para pedagang.

“Tujuannya untuk pembinaan agar penjual kue membuat pengepakan yang bagus sekaligus untuk branding ‘Cahaya Aceh’. Kali ini kami bagi-bagi 2.000 kotak kue untuk 50 pedagang di Lampisang, rencana tahun depan akan dilanjutkan ke daerah lain,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Usaha Disbudpar Aceh, Amiruddin Tjoet kepada Serambi Indonesia, Rabu (8/2/2017).

Menurut Amiruddin, pembinaan dalam hal packaging penting agar tidak memunculkan kesan asal jadi.

Selain itu, hal tersebut memberi manfaat kepraktisan yaitu mudah saat dibawa.

Branding tagline baru yaitu 'The Light of Aceh' atau  ‘Cahaya Aceh’ lewat oleh-oleh kuliner yang ditenteng para pelancong tentu akan membuat wisata Aceh lebih akrab dengan wisatawan.

Rupa-rupa Penganan

Seperti halnya daerah lain, Aceh juga mempunyai oleh-oleh khas untuk ditenteng sebagai buah tangan.

Jika berkesempatan melawat ke provinsi paling barat Indonesia tersebut, maka kawasan Lhoknga yang dikenal sebagai sentra kue kering khas Aceh adalah tempatnya.

Terdapat sekitar 20-an toko oleh-oleh yang khusus menjual aneka kue kering yang berjejer di sepanjang lokasi yang terletak di Jalan Banda Aceh-Lhoknga.

Berjarak sekitar 7 km dari pusat kota Banda Aceh dan menempati lokasi strategis tepat di lintasan jalan ke arah Meulaboh, Aceh Barat.

Kekhasan kue kering Aceh yaitu bisa disimpan hingga berbulan-bulan dalam suhu ruang.

Sebut saja dodol dan meusekat yang awet disimpan hingga dua bulan, hal ini dimungkinkan lantaran penganan tersebut dimasak selama berjam-jam di atas api.

Keduanya menggunakan bahan baku utama berupa tepung dan gula pasir yang dimasak di dalam wajan dengan cara diaduk terus-menerus selama proses memasak.

Ada juga makanan semi kering yang berumur sekitar semingguan yaitu, bolu ikan (bhoi) dan bakpia Sabang.

Disebut bolu ikan lantaran bolu ini menggunakan cetakan ikan, seperti halnya roti buaya suku Betawi.

Namun dalam ukuran yang lebih kecil, sehingga porsinya cocok dimakan sekali lahap.

Citarasanya gurih dengan tekstur yang agak keras dibanding bolu kebanyakan.

Sementara bakpia Sabang hadir dalam berbagai varian isi yaitu pandan, kacang hijau, kacang merah, dan kopi.

Bagi penyuka penganan renyah pengisi mulut anda bisa menjatuhkan pilihan pada bada reuteuk, seupet, keukarah, dan rempeyek.

Kesemuanya dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang sehingga teksturnya crispy.

Tags:
AcehMeulabohSerambi Indonesia Khanduri Blang Rusli Bintang Suku Mante
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved