TRIBUNTRAVEL.COM - Kedai makan Rice and Shine menghadirkan gaya makan yang telah populer di Jepang sejak tahun 70-an.
Kedai makan yang berlokasi di Ngesrep, Semarang ini menggunakan hot plate sebagai alas makan.
Hot plate dipakai untuk meletakkan nasi bersanding dengan aneka pilihan lauk kaya protein seperti beef grill dan chicken crispy.
Ison, pemilik kedai mengatakan, untuk menu beef original, pengunjung bisa berkreasi menentukan sesuai selera tingkat kematangan daging yang tersaji di hot plate.
Jenis menu beef original, kata Ison, merupakan menu unggulan kedai yang mulai buka sejak April 2016.
Menu tersebut terdiri dari nasi yang diberi garlic butter ditambah black pepper yang dihidangkan di atas hot plate.
Ditaruh pula daging sapi yang telah dimarinasi.
Ada juga telur setengah matang sebagai pelengkap.
(Tribun Jateng/Shela Kusumaningtyas)
"Untuk beberapa varian menu, kami menawarkan produk dengan daging sapi dan telur mentah," kata Ison.
"Jadi, konsumen akan memasaknya sendiri di atas hot plate."
"Selain itu, penyajian di atas hot plate membuat makanan akan tetap panas."
Pengunjung bebas mengukur tingkat kematangan menu yang akan disantap.
Menu-menu lain umumnya menggunakan telur mentah yang dituang di hot plate.
Ison mengungkapkan, terkadang ketika hidangan sampai di meja konsumen, telur menjadi matang atau setengah matang.
Konsumen sebenarnya boleh meminta telur yang disuguhkan sudah matang atau telur mentah yang hendak dibubuhkan sendiri.
di Rice and Shine (Tribun Jateng/Shela Kusumaningtyas)
Terdapat empat saus yang bisa pengunjung pilih untuk disiramkan di menu pesanannya yaitu black pepper, brown sauce, Japannese curry, dan spicy cream.
Dikatakan Ison, menu yang menggunakan saus spicy cream menjadi favorit para pengunjung kedai yang mulai beroperasi dari pukul 16.00 hingga pukul 21.30 WIB.
Alumnus mahasiswa Ilmu Komunikasi Undip ini menyebut, konsep yang diusung kedainya bahkan belum ada di kawasan Tembalang dan sekitarnya.
Nama Rice and Shine diadopsi dari idiom terkenal yakni Rise and Shine yang diplesetkan.
Ison sengaja memakai itu agar lebih mudah diterima pasar dan idiom tersebut sudah tidak asing di telinga masyarakat. (Tribun Jateng/Shela Kusumaningtyas)