Breaking News:

Yammie Pathuk - Jual 100 Mangkok per Cabang, Inilah Resep Rahasia Mi Legendaris Sejak 1999

Setiap mangkoknya berisikan yammie buatan sendiri berbentuk pipih, potongan ayam, daun bawang, bawang goreng, serta pangsit ayam.

Editor: Sri Juliati
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Yammie Pathuk 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Gaya Lufityanti

TRIBUNTRAVEL.COM - Nama Yammie Pathuk tentu sudah akrab di telinga pecinta kuliner Yogyakarta.

Berawal dari bisnis yang dijalankan kecil-kecilan, kini Yammie Pathuk memiliki beberapa cabang di sudut-sudut Kota Yogyakarta.

Adalah Martinus Triyanawarsa yang awalnya membuat resep Yammie.

Kemudian, ia memiliki gagasan untuk membisniskannya.

Kala itu, pada tahun 1999, referensi kuliner masih terbatas.

Saat lidah masyarakat Yogyakarta menggemari makanan bercitarasa manis, Yammie Pathuk hadir menjadi pembeda dengan menawarkan citarasa gurih nan asin.

Martin meracik Yammie-nya dengan beragam bumbu khas, di antaranya minyak sayur, kecap asin, kaldu ayam, dan gula.

Yammie Pathuk

Setiap mangkoknya berisikan yammie buatan sendiri berbentuk pipih, potongan ayam, daun bawang, bawang goreng, serta pangsit ayam buatan sendiri.

"Ayamnya menggunakan bagian dada yang mengandung banyak serat. Semuanya memakai resep sendiri," ujarnya.

2 dari 3 halaman

Usaha Kecil-kecilan

Martin, panggilan akrabnya, mengawali berjualan Yammie dengan cara menjualnya secara terbungkus dan dititipkan ke toko-toko.

Bersama sang istri, usaha kuliner kecil-kecilan ini dijalaninya selama dua tahun.

Kemudian pada tahun 2001, Martin mendapat kesempatan untuk menyewa sebuah tempat di Pasar Pathuk.

Kemudian memulai berjualan di warung sederhana tersebut.

Sejak menempati warung ini, respon masyarakat sangat positif, sehingga bisnisnya pun mulai berkembang.

"Saat itu kemungkinan juga karena kami hadir pada waktu yang tepat. Di tempat itu tidak ada penjual sarapan, dan makanan kami mungkin dinilai pas untuk sarapan," ungkapnya.

Yammie

Saat market hampir terbentuk, Martin pun membuka cabang di kawasan Jalan Kemetiran Kidul pada tahun 2006.

Upaya ini membuahkan hasil yang manis, hingga kini Yammie Patuk dapat ditemui juga di kawasan Sagan dan Nologaten.

Jaga Kualitas Produk

3 dari 3 halaman

Untuk menjaga kualitas produknya, Yammie Pathuk sudah meracik semua bumbunya sebelum dikirimkan ke cabang-cabangnya.

Termasuk semua daging sudah dibumbui, sehingga cabang hanya tinggal memasak minya saja.

Sekali pun ada perbedaan rasa, hal itu dikarenakan beda cara memasak minya.

Awalnya, Martin konsisten berjualan hanya menu Yammie saja dengan pangsit sebagai pelengkapnya.

Seiring berkembangnya pasar, ia pun menambah menu berupa bakso goreng dan siomay yang tak kalah untuk dicoba.

Yammie Pathuk

"Pada bakso goreng dan siomay, kami banyak menggunakan udang dan daging, sementara tepungnya hanya sedikit sekali. Karenanya harganya juga lumayan mahal," ucapnya.

Setiap harinya, Yammie Pathuk mampu menjual rata-rata 100 mangkok untuk semua cabangnya.

Martin mengaku tidak berupaya untuk mempromosikan hidangannya, namun perkembangan sosial media kini membawa pelanggan-pelanggan baru dari kalangan anak muda.

Jika dulu segmen bisnisnya adalah pekerja, kini warungnya banyak dikunjungi pula oleh pelajar maupun mahasiswa.

Selanjutnya
Sumber: Tribun Jogja
Tags:
Yammie PathukYogyakartaMartinus Triyanawarsa
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved