Laporan Wartawan TribunTravel.com, Novita Shinta
TRIBUNTRAVEL.COM - Guys apakah kamu pernah mendengarkan cerita kakek atau ibumu saat berjuang menempuh pendidikan?
Tak jarang beberapa orang harus rela berjalan puluhan kilometer hanya menimba ilmu di sekolah.
Mungkin, hal itu jamak kita temui di zaman dahulu.
Nah, bagaimana kalau sekarang?
Menurut UNESCO, sekitar 57 juta anak-anak tidak bersekolah di dunia ini.
Sementara ribuan anak yang tinggal di sudut-sudut terpencil di planet ini, menantang bahaya dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk pergi ke sekolah dengan cara yang tak terbayangkan.
Telah dilansir TribunTravel dari laman Wonderlist, berikut lima perjalanan mengancam jiwa yang dilakukan oleh anak-anak untuk pergi ke sekolah.
Anak-anak pemberani yang pertama datang dari tanah air, yaitu dari Desa Sanghiang Tanjung.
Sekolah yang berada di seberang desa yang dipisahkan oleh Sungai Ciberang, membuat mereka terpaksa menyeberanginya setiap hari untuk mencapai sekolah.
Sebenarnya ada jembatan alternatif aman untuk menyeberangi sungai ini, tetapi membutuhkan 30 menit dengan berjalan kaki untuk mencapainya.
Namun, anak-anak menggunakan jembatan lama yang rusak tanpa pengamanan sama sekali, dengan alasan agar waktunya lebih efektif.
Mereka melangkahkan kaki sedikit demi sedikit, kadang-kadang berteriak sepatu mereka tergelincir.
Setelah cerita anak-anak pemberani ini viral, akhirnya ada sebuah perusahaan bernama PT Krakatau Steel yang bekerjasama dengan beberapa LSM, membangun jembatan untuk mereka.
2. Zhang Jiawan, China Selatan
Nah, nggak jauh dari perjuangan anak-anak dari tanah air kita, anak-anak dari Zhang Jiawan juga harus berjuang agar bisa bersekolah.
Desa Zhang Jiawan terletak jauh di Pegunungan Badagong dan medan tempuh untuk ke sana cukup sulit.
Anak-anak menempuh perjalanan berbahaya dengan tangga kayu sempit setiap hari dengan minimnya alat keselamatan.
Satu-satunya cara lain untuk mencapai sekolah adalah jalan memutar yang membutuhkan waktu empat jam.
Walaupun para orang tua desa ini merasa cemas, namun sangat penting untuk memastikan anak mereka mengenyam pendidikan.
3. Kolombia
Anak-anak yang tinggal did ekat Sungai Rio Negro, menggunakan kabel baja yang menghubungkan lembah satu ke lembah lain untuk pergi ke sekolah.
Kabel baja ini berada 400 meter di atas sungai dengan panjang yang membentang kurang lebih 800 meter.
Untuk mencapai satu sisi ke sisi lain, biasanya ada karung yang dikaitkan dengan katrol ataupun alat pegangan yang bisa untuk meluncur.
Kecepatannya meluncur dengan kawat baja ini yaitu 50 mil per jam dalam waktu sekitar satu menit.
4. Pili, China
Di Pili, China, anak-anak juga menantang bahaya untuk mencapai sekolah.
Mereka harus melalui jalur berbahaya di pegunungan daerah otonom Xinjiang dengan tebing yang curam dan hanya dengan pijakan beberapa inci saja.
Parahnya lagi, dibutuhkan dua hari penuh untuk mencapai asrama sekolah.
Mereka juga harus menyeberangi sungai beku melalui jembatan rantai menakutkan yang terbuat dari papan.
5. Desa Batu Busuk, Padang, Indonesia
Perjuangan anak yang terakhir kembali datang dari Indonesia guys.
Mereka menyeberangi sungai dengan hanya berpegangan dan menginjak pada satu utas kawat baja.
Meskipun telah rusak parah dan hanya menyisakan untaian kabel, para siswa tersebut tetap nekat melewati jembatan tersebut.
Mereka juga pergi sejauh tujuh mil melalui hutan untuk mencapai sekolah mereka di kota Padang.
Hi, ngeri banget ya guys perjuangan anak-anak ini.
Jika sedikit saja apes dan terpeleset, bisa-bisa nyawa yang jadi taruhannya.