Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNTRAVEL.COM, JAKARTA - Saat melintas di kawasan Kota Tua, kamu akan melihat bangunan berwarna merah yang tampak mencolok di antara bangunan-bangunan di sekitarnya.
Bangunan ini berada di pinggiran Sungai Ciliwung, tepatnya di Jalan Kali Besar Barat Nomor 11, Tambora, Jakarta Barat atau tidak jauh dari Museum Fatahillah.
Orang-orang menyebutnya dengan Toko Merah yang dahulunya merupakan kediaman Gustaaf Willem Baron van Imhoff selaku Gubernur Jenderal VOC pada masa 1743-1750.
“Bangunan cagar budaya Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, Gubernur Jenderal VOC 1743-1750 yang dilindungi Undang-Undang R.I. Nomor 5 tahun 1992,” tulis keterangan di atas prasasti.
Akibat lokasinya yang berada di kawasan bisnis Batavia (Jakarta) bangunan ini sempat beralih fungsi menjadi akademi maritim pada 1734-1755.
Lalu pada 1787-1808 digunakan sebagai rumah singgah bagi pejabat-pejabat tinggi pemerintahan Belanda.
Belasan kali bangunan ini berganti pemilik sebab dekat dengan pusat pemerintahan (Stadhuis), di tepi de Groote Rivier (Kali Besar) yang merupakan urat nadi lalu lintas air.
Pada jamannya, Kali Besar memang wilayah hunian elit di Batavia atau tempat tinggal orang-orang kaya dan para pejabat VOC.
Namun pada 1851, batu bata gedung ini dicat dengan warna merah setelah seorang pedagang Tiongkok membelinya.
Sejak saat itulah nama “Toko Merah” melekat dan dipakai hingga sekarang.
Unsur Bangunan
Bangunan Toko Merah begitu memikat dengan gaya arsitek Baroque abad ke-18.
Ornamennya merupakan campuran Eropa klasik yang dipadukan dengan dekorasi Tiongkok serta dilengkapi tangga Baroque hingga membuat terlihat sangat cantik.
Dahulu bangunan ini memang difungsikan sebagai rumah tinggal tetapi kini sudah berubah menjadi gedung serba guna PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.
Hanya saja ketika TribunTravel.com menjumpai Toko Merah, Senin (17/8/2015) pintu besar nan megah terkunci rapat menggunakan gembok.
Berdasarkan sumber terpercaya bangunan berwarna merah mentereng ini berdiri di atas luas tanah 2.455 m2.
Ini adalah bangunan kembar atau dua rumah di bawah satu atap berlantai batu sedangkan bagian atas berlantai kayu.
Arsitekturnya mencerminkan perpaduan gaya Cornice House (bangunan dengan dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran) dengan atap tropis.
Tembok depan tak diplester, bata merah ditampilkan, lalu diperkuat dengan cat warna merah hati yang juga merupakan warna dominan interior.
Unsur tradisional tampil pada motif kisi-kisi pipih di balustrade yang sudah tidak asing pada bangunan gaya Melayu.