Breaking News:

Sebelum Terjadi Perang, Afganistan Jadi Negara yang Indah dan Damai. Ini Buktinya!

Afghanistan pada 1969 adalah tempat yang sangat berbeda dengan negara yang dilanda perang seperti saat ini.

Dailymail/Francois Pommery
Afganistan sebelum perang. 

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Novita Shinta

TRIBUNTRAVEL.COM - Afganistan pada 1969 adalah tempat yang sangat berbeda dengan negara yang dilanda perang seperti saat ini.

Beberapa jepretan gambar yang berhasil diabadikan oleh Francois Pommery, dari Perancis yang diambil selama kunjungannya ke Afghanistan pada tahun 1969 dan 1974 ini bisa menjelaskannya.

Dilansir Tribuntravel.com dari Dailymail, jepretan gambarnya seolah mengungkapkan pemandangan di sana adalah bangsa dengan orang-orang yang ramah, senang berbicara, dan suka ketika foto-foto mereka diambil.

Pommery mengunjungi beberapa wilayah di Afghanistan menggunakan beasiswa wisata yang didapatnya selama belajar di Nevers, Perancis.

Nah, coba lihat jepretannya berikut guys.


Foto-foto: Dailymail

Pommery kembali ke Afghanistan pada 1974 bersama istri dan teman-temannya.

Gambar ini diambil di luar Hotel Spinzar di Kabul.

Gambar ini sungguh menarik karena menunjukkan seorang wanita yang mengenakan pakaian ala orang barat saat dia berjalan di kerumunan.

2 dari 4 halaman

Kota Kabul pada 1974, terlihat sebagai sebuah kota yang ramah.

"Kami tinggal satu bulan. Tidak ada yang berubah (dari kunjungan kami 1969) terlepas dari kenyataan bahwa raja telah dibuang oleh perdana menteri pada saat itu, Maoud," ungkap Pommery.

Pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi di mana seorang pria menunjukkan seorang anak muda, bagaimana menggunakan alat tenun tenunnya.

Seorang anak laki-laki di ambil di Herat pada 1974.

Suasana di jalan saat itu bermandikan matahari dengan nuansa yang santai dan ramah.

Seorang pria dan wanita di Waigal pada 1969.

Pommery mengatakan bahwa orang-orang yang ia temui, senang untuk berpose dan berfoto.

3 dari 4 halaman

Nah, satu daerah yang diperlukan izin khusus untuk ke sana adalah Nuristan.

Ia harus rela berjalan panjang karena beberapa lembah hanya dapat diakses dengan berjalan kaki.

Orang-orang di Nuristan dikatakan keturunan dari Alexander Agung, ada beberapa dari mereka yang memiliki rambut pirang dan mata biru.

Mereka hidup di ketinggian 6000 kaki dalam puluhan gubuk-gubuk kayu.

Sebelumnya, Nuristan digambarkan sebagai wilayah pegunungan yang tidak ramah dan tempat berisiko untuk dikunjungi.

Namun pada kenyataanya Pommery tidak menemukan fakta itu sama sekali.

"Orang-orang yang sangat ramah. Setelah tiga hari berjalan aku tiba di desa Waigal, saya bertemu orang Perancis lainnya dalam perjalanan," ungkapnya.

Selama disana, Pommery disambut dan ditampung oleh kepala desa dan diperlakukan sangat baik.

4 dari 4 halaman

Beberapa pemandangan menarik pada kunjungannya berhasil ia abadikan.

Patung budha dalam tebing di Bamiyan setinggi 170 kaki, sayang patung-patung ini telah dihancurkan Taliban pada 2001.

Selanjutnya
Tags:
AfganistanKabulPerancis SC Bastia Tanguy Ndombele Hugo Lloris Ibrahima Konate FC Nantes Paris Saint-Germain Hibatullah Akhundzada
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved