Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika/Nurul Hayati
TRIBUNTRAVEL.COM, ACEH - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Drs Reza Fahlevi MSi menyatakan, Aceh sangat layak dan tepat dikunjungi para turis mancanegara karena Aceh unggul dari sisi alam dan budaya.
Letaknya yang strategis di jalur pelayaran dunia membuat provinsi di ujung barat Indonesia ini kaya akan akulturasi budaya.
Tercatat tak kurang dari 774 cagar budaya tersebar di seantero Aceh.
Sebanyak 1.146 sanggar kesenian dengan 8.214 seniman dan budayawan melestarikan dan mewariskan seni budaya yang hidup di dalamnya.
Mereka inilah yang menjadi pelaku, promotor, dan penjaga benteng budaya Aceh.
Selain itu, tak dapat dipungkiri pesona alam yang dimiliki memancarkan pesona yang menggoda pelancong untuk datang.
Reza menambahkan pantai Aceh memiliki keindahan yang luar biasa dan memiliki kaitan strategis dengan aspek pelayaran regional dan internasional karena kedudukan Sabang sebagai pintu masuk Indonesia dari jalur barat dan berada di jalur Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
“Pendeknya, seluruh situs budaya di Aceh memiliki daya tarik. Dan istimewanya Aceh kini memiliki situs tsunami yang tak dimiliki oleh daerah lain," kata Reza Fahlevi.
Hal itu dipaparkan Reza dalam Dialog Utara XVI Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia sebagai Peradaban Antarbangsa di Aula Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, baru-baru ini.
Dialog tersebut dihadiri 150 peserta yang berasal dari Malaysia, Pattani-Thailand, Sumatera Utara, dan Aceh.
Reza juga menyebutkan bahwa branding pariwisata Aceh tahun ini sudah diubah dengan tagline ‘The Light of Aceh’ (Cahaya Aceh).
Konsep ini diadopsi dari hakikat Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Dengan demikian, Aceh yang bersyariat Islam harus menjadi rahmat bagi Indonesia, bagi dunia Melayu, dan dunia secara mondial.
Dalam presentasi itu, Reza tampil bareng dengan Suhaimi Away, akademisi Melayu dari Pattani, Thailand, dan Muhammad Dakari dari Sumatera Utara.
Sebelumnya, tampil sejumlah narasumber. Di antaranya Pimpinan Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar dan Abdul Syani Yahya dari Malaysia.
Acara tersebut ditutup selepas Zuhur oleh Prof Dr Darwis A Soelaiman MA selaku Ketua Pusat Studi Melayu Aceh (PUSMA) Banda Aceh.