TRIBUNTRAVEL.COM - Bila di China terdapat kampung yang dihuni kaum cebol, lain halnya dengan desa di Tanzania, Afrika.
Di desa ini, tinggallah orang-orang penderita albino.
Keberadaan mereka di desa ini, bukan sesuatu yang alami.
Pemerintah setempat sengaja membangun tempat tersebut bagi orang-orang albino.
Tujuannya, melindungi penderita albino dari para pedagang manusia.
Para pedagang itu kerap memburu mereka untuk dijual organ tubuhnya kepada para dukun.
Dukun itu percaya organ tubuh itu bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu.
Perlu diketahui, albino merupakan sebuah kelainan genetik karena ketiadaan pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut.
Dilansir TribunTravel.com dari Surya Malang, kondisi ini menyebabkan tubuh mereka yang memiliki kelainan ini, seluruhnya berwarna putih pucat.
Di Tanzania, ada kepercayaan yang meyakini, orang-orang albino memiliki kekuatan magis.
Dukun-dukun setempat memanfaatkannya untuk membuat ramuan yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit.
Bagi sindikat perdagangan manusia, hal itu dimanfaatkan dengan menculik orang-orang albino untuk kemudian dibunuh dan organ tubuhnya dijual kepada dukun-dukun yang membutuhkan.
Selain itu, bayi-bayi albino juga kerap kali dibunuh ketika mereka baru lahir, sebagai bagian dari sebuah ritual pengorbanan.
Tidak cukup di situ, ada pula yang percaya, berhubungan intim dengan orang albino dapat menyebuhkan AIDS.
Alhasil menyebabkan mereka kerapkali menjadi sasaran pemerkosaan.
Kondisi-kondisi berbahaya seperti inilah yang kemudian menjadikan pemerintah Tanzania mendirikan sebuah shelter di sebuah desa.

dailymail.co.uk
Sehingga orang-orang albino itu dapat hidup dengan tenang dan aman.
Di tempat tersebut, setiap hari mereka bisa beraktivitas layaknya orang-orang normal.
Seperti dikutip dari Dailymail, menurut Tanzanian Albinism Society, di Tanzania terdapat sekitar 8.000 orang albino.
Namun itu hanya angka perkiraan.
Mereka yakin, masih ada orang-orang albino lainnya yang tidak berani muncul di hadapan publik. (Surya Malang/Eben Haezer Panca)
