Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina
TRIBUNTRAVEL.COM - Kain tenun merupakan satu di antara berbagai buah tangan yang dapat dibawa saat liburan dari Nusa Tenggara Timur.
Satu di antaranya adalah kain tenun yang diproduksi oleh masyarakat Timor.
Kain Timor umumnya perpaduan warna marun, cokelat, biru, dan merah bata.
Di tempat asalnya, kain tenun digunakan saat upacara adat, di antaranya upacara pernikahan, upacara kematian, dan saat menyambut tamu.
Keunikan kain tenun Timor, proses produksinya cukup panjang dan menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan.
Tak heran jika kain tenun harganya menjadi sangat mahal mengingat prosesnya yang tak sebentar.

TRIBUNTRAVEL.COM/Sinta Agustina
Kain tenun ini disebut juga dengan tenun sotis, sebab proses pembuatannya menggunakan benang yang sebelumnya telah diwarnai.
Selain di daerah Timor, kain sotis juga diproduksi di daerah Kupang, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, dan Ngada.
Kain tenun di daerah ini umumnya diproses dengan cara tradisional, mulai dari proses pewarnaan hingga menenun benang menjadi kain.
Sebelum menjadi kain tenun dengan motif yang cantik, benang terlebih dahulu diwarnai.
Warnanya pun berasal dari pewarna alami, misalnya kunyit untuk warna kuning atau kulit kayu untuk warna cokelat.
Proses pewarnaannya tak sebentar.
Kunyit terlebih dahulu diparut dan diambil sarinya, setelah itu dicampur dengan air.
Benang kapas yang berwarna putih kemudian dicelupkan ke dalam air tersebut hingga warnanya berubah menjadi kuning.
Tak hanya sekali, proses pewarnaan ini harus dilakukan berkali-kali untuk menghasilkan warna yang diinginkan.
Setelah proses pewarnaan, barulah proses menenun dimulai.

TRIBUNTRAVEL.COM/Sinta Agustina
Dengan menggunakan alat tenun tradisional, pengrajin tenun dapat menghabiskan waktunya dalam sehari untuk duduk dengan memangku mesin tenun.
Selain juga menggerakkan alat tersebut untuk menyatukan benang yang kemudian menjadi kain tenun dengan motif khas.