Breaking News:

Gua Desa Bola - Inilah Saksi Bisu Penyiksaan Warga karena Nyalakan Lampu di Malam Hari

Selain jadi satu bukti Jepang pernah menjajah daerah ini, gua ini juga jadi saksi kekejaman tentara Jepang pada warga.

Editor: Sri Juliati
KOMPAS.com/DEFRIATNO NEKE
Goa Peninggaan jeang terdapat di Desa Bola, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan. Goa peninggalan jepang tersebut tidak terurus dengan baik. 

TRIBUNTRAVEL.COM - Bila satu ketika kamu berkesempatan menjelajah ke Sulawesi Tenggara, sempatkanlah mampir ke Pulau Buton.

Tak hanya sebagai penghasil aspal terbesar di Indonesia, pulau ini menyimpan banyak potensi wisata.

Satu di antaranya adalah gua peninggalan Jepang di Desa Bola, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan.

Selain jadi satu bukti Jepang pernah menjajah daerah ini, gua ini juga jadi saksi kekejaman tentara Jepang pada warga.

Di dalam gua juga terdapat ruang tahanan dan penyiksaan sehingga dipercaya banyak warga desa yang tewas di dalam gua.

Menurut seorang warga, La Ode Muhlar (60), pada zaman Jepang, warga dilarang memasang lampu minyak di malam hari.

"Kalau ada yang memasang lampu di malam hari, tentara Jepang langsung datang marah dan main pukul," kata La Ode Muhlar, Jumat (30/9/2016).

Letak gua tersebut berada di perbukitan yang tinggi.

Jaraknya sekitar 1 kilometer dari Desa Bola.

Tak jauh dari gua, terdapat bangunan pondasi delapan meter persegi.

2 dari 2 halaman

Bangunan terbuat dari beton dan merupakan radar milik pemerintah Jepang saat itu.

Selain itu, terdapat bak penampung air dan puing sisa bangunan rumah di sekitar gua.

Hingga saat ini, masih terdapat tembok rumah Jepang yang masih berdiri.

Kemudian terdapat pula tumpukan batu mirip sebuah benteng pertahanan dari depan mulut gua.

"Di dalam gua dan di rumah itu, dahulu banyak terdapat senjata, meriam dan samurai. Karena tidak diperhatikan, sehingga banyak yang mengambil dan menjualnya. Terakhir, atapnya yang diambil," ujarnya.

Kondisi gua saat ini sudah tak terawat dan tak terurus dengan baik.

Semak belukar dan pepohonan tumbuh di dalam bangunan bekas rumah Jepang tersebut.

Pintu masuk ke gua terdapat timbunan tanah yang belum dibersihkan.

"Dahulu kami suka melakukan gotong-royong mencabut rumput di sana, sekarang sudah tidak. Gua Jepang ini harus dijaga agar anak cucu mengetahuinya bila dahulu Jepang pernah menjajah di sini," ucap La Ode Muhlar. (Kompas.com/Defriatno Neke)

Selanjutnya
Sumber: Kompas.com
Tags:
Pulau ButonSulawesi TenggaraDesa Bola Sate Pokea Sinonggi Pulau Labengki Pulau Bokori
BeritaTerkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved