TRIBUNTRAVEL.COM - Temuan bunga langka di satu kebun menghebohkan warga Desa Tuhemberua, Kecamatan Amandraya, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Bukan tanpa alasan sebab bunga tersebut mengeluarkan aroma bau amis dan berlendir.
Pejabat Sementara Kepala Desa Tuhemberua, Fatiero Halawa mengaku, mendapat laporan dari warga di satu kebun milik warga pada malam hari mengeluarkan bau amis.
"Seminggu lalu sejumlah warga datang ke rumah dan melaporkan, pada malam hari saat melewati kebun tercium aroma menyengat seperti bangkai," kata Fatiero di Amandraya, Kabupaten Nias Selatan, Kamis (22/9/2016).
Dari informasi itu, warga sepakat untuk mencari sumber aroma yang menyengat itu.
Lantas mendapati sebuah bunga yang diduga mengeluarkan bau tersebut.
Sebagian warga berencana membakar bunga tersebut.
Pasalnya, bunga itu dianggap sebagai racun yang bisa membunuh siapa yang mencium aromanya.
Namun, warga lalu menghubungi pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kabupaten Nias Selatan, untuk memastikannya.
"Untuk menjaga bunga tersebut agar jangan terganggu oleh orang-orang yang merusaknya, itu sudah diberi pagar," kata dia seperti dikutip TribunTravel.com dari Kompas.com.
Pihak desa sudah melarang warga untuk melakukan aktivitas dalam radius 100 meter dari lokasi bunga itu tumbuh.
Bunga tersebut juga sudah dipagari untuk sementara.
Ricaman Halawa, Petugas Penyuluh Lapangan di Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara mengatakan, bunga ini diduga termasuk dalam klasifikasi bunga bangkai atau Suweg Titan Arum (Amorphpophallus titanium).
"Tidak biasanya ditemukan dan baru kali ini ditemukan di Kepulauan Nias. Sebelumnya tidak ada cerita atau kisah pernah ditemukan," katanya.
Bunga yang ditemukan memiliki tinggi 30 cm dan lebar 40 cm.
"Bungai bangkai suweg raksasa Titan Arum kerap menarik perhatian warga meski faktanya bunga bangkai jenis ini tidak sama dengan bunga Rafflesia arnoldi," kata dia.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Nias Selatan berencana melakukan penelitian terhadap bunga tersebut.
"Kami membuka peluang bagi para ahli dan peneliti untuk bisa bekerja sama dalam hal penelitian atau temuan bunga tersebut," kata dia. (KOMPAS.COM/HENDRIK YANTO HALAWA)