TRIBUNTRAVEL.COM - Ambisi Arab Saudi menyaingi Uni Emirat Arab (UEA) dalam pengembangan pencakar langit, tampaknya belum bisa menjadi kenyataan.
Pembangunan Jeddah Tower, menara yang dirancang setinggi 1 kilometer, terhenti untuk alasan yang tidak diketahui secara pasti.
Dari video yang diunggah di Youtube, terlihat tidak terdapat aktivitas konstruksi sejak 4 September 2016.
Meskipun beberapa tower crane masih berdiri tegak, namun tidak tampak para pekerja melakukan aktivitasnya.
(Baca juga: Open Trip Murah Bandung - Liburan Mewah Nggak Harus Mahal, Ini Buktinya)
Padahal struktur menara yang dulu bernama Kingdom Tower ini sudah mencapai 45 lantai atau 182 meter dari total 200 lantai dalam bangunan 1 kilometer.
Menurut harian Saudi Gazette, untuk membangun Jeddah Tower, membutuhkan sekitar 5,7 juta kaki persegi beton dan 80 ribu ton baja serta menelan dana 1,23 miliar dolar AS.
Terletak di kawasan pantai, pembangunan menara ini memang tak mudah karena potensi air asin yang akan merusak.
Pondasi sedalam 200 kaki atau 60 meter di bawah tanah pun dibangun guna menahan air asin dari laut.
(Baca juga: Open Trip Kalimantan Barat - Siapkan Diri, Tonton Atraksi Unik si Pria Kebal Perkasa)
Oleh karena itu, perusahaan Advanced Construction Technology Services akan menguji kekuatan beton yang berbeda.
Masalah lain yang terungkap untuk bangunan tertinggi di dunia ini adalah angin.
Untuk mengatasi tantangan ini, menara akan berubah bentuk secara teratur.
"Karena perubahan bentuk setiap beberapa lantai, beban angin berputar di sekitar gedung dan tak akan se-ekstrim pada blok yang benar-benar rapat," kata Gordon Gill kepada Construction Weekly seperti dikutip di CNN Travel.
(Baca juga: Open Trip Lampung - Dibius Tingkah Lucu Lumba-lumba, Cuma di Sini Bisa Snorkeling Sepuas Hati)
Gordon Gill adalah partner di Adrian Smith dan Gordon Gill Architecture yang merupakan arsitek untuk proyek menara Jeddah Tower.
Tantangan lain, mengirimkan beton untuk lantai yang lebih tinggi.
Hal yang mungkin dilakukan, para teknisi dapat menggunakan metode serupa yang digunakan ketika membangun Burj Khalifa yakni 6 juta kaki kubik beton didorong melalui pompa tunggal.
(Baca juga: Open Trip Kulon Progo - Rp 300 Ribuan, Kamu Puas Jalan-jalan di Tempat Paling Instagram-able di Sini)
Proses tersebut biasanya akan dilakukan pada malam hari ketika suhu cukup rendah untuk dapat memastikan hal itu terlaksana.
Meskipun terkesan ambisius, menurut Direktur Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH), Sang Dae Kim pembangunan Jeddah Tower layak dilakukan.
"Pada titik ini, kami dapat membangun menara setinggi satu kilometer atau mungkin dua kilometer. Bahkan bisa lebih tinggi dan kita punya pekerjaan rumah yang banyak," kata Kim kepada Construction Weekly.
Berikut video progres pembangunan Jeddah Tower:
Nama Indonesia Berubah
Nama Indonesia berubah penulisannya di Arab Saudi.
Hal ini terlihat pada tutup boks makanan dari jasa catering.
Tulisannya bukan Indonesia, melainkan Indonisia.
Penulisan yang tidak tepat itu terdapat pada semua cetakan pada tutup makan.
Baik untuk makan pagi, siang, dan makan malam.
Hal ini dikonfirmasikan pembimbing ibadah haji yang juga Kepala Seksi Pendidikan Diniyah Pontren Kementerian Agama, Abdul Karim.
Ia mengatakan, penulisan pada boks makanan itu menjadi tanggung jawab pihak maktab.
"Mungkin kesalahannya pada saat pencetakan," kata Abdul Karim saat dikonfirmasi SURYA.co.id, Senin (12/9/2016).
Kesalahan serupa juga terlihat pada pada stiker sejumlah pengumuman di hotel-hotel.
"Banyak kok penyebutan yang salah tentang Indonesia," kata dia.
Sekadar catatan, kata Indonesia jika ditulis dalam aksara Arab akan terbaca Indunisi karena tidak ada vokal "O" dan 'E" dalam Bahasa Arab.