Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Nurul Hayati
TRIBUNTRAVEL, ACEH – Berbagai cara diekspresikan untuk menyambut Hari Raya Idul Adha.
Jika di pesisir timur utara Aceh mengenal istilah meugang, maka di pesisir barat selatan Aceh tersebutlah nama ‘uroe pajoh-pajoh’
Keduanya bermakna sama yaitu ‘hari makan-makan’.
Lazimnya digelar selama dua hari berturut-turut menjelang lebaran.
Tradisi tersebut telah hidup turun temurun dan lestari hingga kini.
Namun ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaannya.

Serambi Indonesia/IST
Di pesisir barat selatan Aceh, hari makan-makan dilaksanakan di tempat wisata.
Jika H-2 dipakai untuk masak-masak, maka H-1 dipakai untuk makan-makan.

Serambi Indonesia/IST
Pada H-1 lebaran, kita akan mendapati objek-objek wisata dibanjiri pengunjung.
Sebut saja objek wisata Pantai Jilbab, Krueng Baro, Krueng Beukah, atau Pemandian Air Dingin.
Krueng diambil dari bahasa lokal yang bermakna sungai.
Selama seharian, tua muda laki laki perempuan menghabiskan waktu di alam bebas.
Tentu saja tak ketinggalan membawa serta makanan serba ada untuk acara santap siang.
Menyantap makanan di alam terbuka ditemani orang-orang tercinta tentu menjadi pengalaman menyenangkan.
Bagi mereka perantau, ritual tersebut mengingatkan akan kampung halaman.
Tak heran banyak dari mereka yang rela menempuh perjalanan jauh demi bisa menyambut dan merayakan lebaran bersama orang-orang tercinta.
Menuntaskan rasa rindu akan kampung halaman.
Ya, makanan bukan hanya soal cita rasa tapi juga cerita yang tersaji di dalamnya.