lihat foto
TRIBUNTRAVEL.COM - Glamping alias glamourous camping kian jadi tren di berbagai kalangan.
Camping tanpa perlu ribet packing namun tetap bisa menikmati suasana khas alam.
Terinspirasi dari tren tersebut, The White Desert mendirikan sebuah hotel kemah bintang lima.
Uniknya, hotel ini memiliki desain Iglo, rumah khas Suku Eskimo yang tinggal di daerah Kutub Utara.
Hotel tersebut dibangun di area Antartika, Kutub Selatan.
Wow, kebayang dinginnya seperti apa ya?
Hotel ini juga digadang sebagai satu hotel paling terpencil dunia.
Meski demikian, hotel ini memiliki tarif yang selangit karena akses yang sulit dan fasilitas mewah.
Untuk menginap di The White Desert Camp tamu dibanderol 95 ribu dolar AS atau hampir Rp 1,2 miliar untuk 11 malam.
"Hotel ini membutuhkan kiriman logistik paling rumit dan paling terpencil. Semuanya harus diantar dengan pesawat kargo Il-76 cargo. Satu kilogram pengantaran seharga 15 euro (Rp 230 ribu)," kata co-founder The White Desert, Robyn Woodhead.
Tentunya dengan harga tersebut, fasilitas serta pelayanan The White Desert ini begitu maksimal.
Ada enam "kemah" berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari serat kaca yang juga berfungsi sebagai pengantar panas.
Interior di dalam camp The White Desert. (NET)
Di masing-masing "kemah" terdapat ruang tidur, ruang tamu, toilet, dan perpustakaan.
Selain itu, tiap "kemah" juga dilengkapi perabotan mewah dengan kualitas terbaik dan ditata dengan apik.
The White Desert memiliki aturan hanya menerima maksimal 12 tamu.
Setiap waktu makan para tamu ini akan berkumpul untuk makan bersama.
Tentunya mereka tak menikmati makanan biasa, melainkan makanan masakan koki dari pebalap Formula One, Lewis Hamilton.
Terakhir, tamu juga tak perlu kerepotan membawa busana dingin untuk menangkal dinginnya Kutub Selatan.
The White Camp Desert telah menyediakan jaket khusus untuk menahan suhu di bawah nol derajat saat ingin melihat alam Kutub Selatan yang menakjubkan.
Fasilitas lainnya adalah antar jemput tamu dari Kutub Selatan menuju Cape Town, Afrika Selatan. (Kompas.com/Silvita Agmasari)
