TRIBUN TRAVEL, JAKARTA - Kelezatan seafood sangat menggoda para penggemar makan-makan.
Tapi, pernahkah Anda merasakan bengkak, kulit memerah, serta gatal setelah makan seafood, padahal Anda tidak memiliki riwayat alergi seafood?
Atau, sebelumnya Anda merasa baik-baik saja mengonsumsi jenis hidangan tersebut namun mendadak menunjukkan gejala alergi sesudah menyantapnya.
Bengkak, eksim, bersin, pusing, hingga sesak napas kerap diderita orang begitu mengonsumsi hidangan laut atau seafood.
Padahal, orang tersebut sebelumnya tidak ada riwayat alergi seafood.
Bagi para penggemar seafood yang mengalami hal seperti ini, tentunya Anda tetap dapat mengonsumsi hidangan tersebut.
KompasTravel menghimpun tips menghindari efek dari makan seafood berdasarkan pengalaman koki yang kerap menangani seafood di restoran Satoo, Shangri-La Hotel, Jakarta, Sakirun Achmad, Kamis (19/5/2016) lalu.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Local Tuna yang tersaji satu ekor tiap malamnya dalam acara Pesta Hidangan Laut di SATOO Restoran Shangri-La hotel Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Menurut Sakirun Achmad, gejala-gejala alergi temporer setelah makan seafood disebabkan oleh beberapa hal dan dapat diantisipasi dengan tips-tips berikut:
1. Pastikan kondisi badan
“Ada alergi yang tergantung fisik, alias bukan bawaan. Saya juga pernah mengalami ketika badan kecapekan dan drop, lalu makan seafood. Itu reaksinya cepat bentol, kemerahan, hingga gatal,” ujar Sakirun.
Kondisi badan yang lemas dan stres akan berpengaruh terhadap reaksi pemicu alergi terhadap makanan laut.
Jadi, pahamilah dulu kondisi badan Anda sebelum melahap hidangan seafood yang menggoda.
2. Pastikan kebersihan bahan
Seafood identik dengan kesegarannya, lokasi seafood itu berasal, penyimpanan, hingga pengolahan sangat berpengaruh terhadap kebersihan.
Lokasi asal seafood yang terlalu banyak mengandung limbah atau tercemar logam akan membuat bahan laut tersebut buruk.
Sakirun lebih menyarankan memperoleh seafood dari tempat-tempat lokal yang masih belum terlalu dijamah limbah pabrik.
Contohnya, beberapa pesisir Kalimantan Selatan, perairan Bangka Belitung, dan Bali.

KOMPAS.com/Muhammad Irzal Adiakurnia
Local Tuna yang tersaji satu ekor tiap malamnya dalam acara Pesta Hidangan Laut di SATOO Restoran Shangri-La hotel Jakarta, Kamis (19/5/2016).
“Biasanya yang fresh itu daerah-daerah pedalaman, bisa jadi bukan di kota besar atau industri,” ujarnya.
Ia mengatakan, di restoran Shangri-La Hotel Jakarta sendiri menggunakan badan yang khusus memeriksa higienitas bahan pangan, yaitu Shangri-La Food Safety Management System.
3. Seafood tak bisa tahan lama
“Seafood itu hidangan yang high risk, cepat basi, cepat berubah ketika terlalu lama,” ujarnya.
Jadi, bagi Anda yang ingin mengonsumsi seafood, pastikan juga bahan yang digunakan bukan seafood yang terlalu lama di penyimpanan atau baru dipakai lama setelah ditangkap.
Chef Sakirun menyarankan seafood disimpan jangan lebih dari satu hari.
Selain itu, ketika tidak habis, seafood tidak dapat diolah kembali.
Jadi, jangan mau memakan seafood yang sudah dimasak dan karena tidak habis terjual lalu dimasak kembali.
Hal ini merupakan cara yang salah dalam mengolah seafood.
4. Memakan salad sebelum makan seafood
Untuk pencegahan terakhir, ia mengatakan, kebiasaan memakan salad sebelum menikmati seafood merupakan kebiasaan baik.
“Lettuce, terutama salad hijau, dapat mengurangi risiko alergi sebelum makan seafood,” ujarnya.
Sedangkan untuk hidangan penutup, menurut dia, tak terlalu berpengaruh atau terserah pada selera konsumen. (Kompas.com/Muhammad Irzal A)