Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUNTRAVEL, MAROS -- Masjid Lompoe Urwatul Wudska adalah masjid peninggalan kerajaan tertua di kecamatan Turikale, kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Masjid yang sudah berusia sekitar 162 tahun ini tetap berfungsi sebagaimana layaknya ketika awal didirikan di abad 19 silam.
Banyak keunikan bisa dijumpai di Masjid Lompoe Urwatul Wudska, termasuk mimbar berukir buah nanas yang ternyata sarat makna dan keberadaan makam para bangsawan.

Tribun Timur/Ansar Lempe
Mimbar Masjid Lompoe Urwatul Wudska, masjid tertua di Maros, Sulawesi Selatan yang berlokasi di Kelurahan Boribellaya, Kecamatan Turikale.
Berikut 10 fakta dan kisah seputar Masjid Lompoe Urwatul Wudska, Maros, Sulawesi Selatan
1. Berdiri di Pasar Tua
Masjid ini berada di wilayah Kelurahan Boribellaya, Kecamatan Turikale
Lokasinya berada di kawasan yang disebut Pasar Toa atau pasar tua di jalan poros Bantimurung.
2. Usianya Hampir Dua Abad
Masjid Lompoe Urwatul Wudska didirikan tahun 1854 oleh Raja Turikale ke-IV, Karaeng Andi Sanrima Dg Parukka, bergelar Syeikh Abdul Qadir Djaelani.
Masjid ini diresmikan pada 5 Oktober 1854.
3. Mirip Masjid Asal Demak
Hingga saat ini, sebagian besar konstruksi masjid masih berasal dari bangunan lama.
Modelnya menyerupai masjid asal Kerajaan Demak.
Meski sudah direnovasi, keaslian dan fasilitas masjid dari sejak didirikan masih ada yang tetap dipertahankan.
Bagian yang dipertahankan itu termasuk pendopo masjid yang digunakan oleh Raja Turikale saat mengumpulkan rakyatnya.

Tribun Timur/Ansar Lempe
Masjid Lompoe Urwatul Wudska, masjid tertua di Maros, Sulawesi Selatan
4. Ukiran Doa di 11 Pintu
Masjid dengan dominasi warna hijau ini memiliki 11 pintu dengan ukiran kaligrafi yang memuat 20 doa.
Pintu kayu Masjid Lompoe Urwatul Wudska semuanya didatangkan dari Jepara, Jawa Tengah.
5. Dua Tahun Membuat Kaligrafi
Salah satu doa yang diukir di pintu adalah doa masuk ke pintu Kaabah di Tanah Suci Mekkah.
Pemahat kaligrafi masjid ini, Muh Yusril, yang mengukir 20 doa tersebut, juga membuat kaligrafi ukiran Taus dan Basmalah yang saling berhadapan di atas pintu.
“Itu butuh waktu dua tahun mulai tahun 2000 hingga 2002. Kayu pahatan adalah Jati Raha,” katanya, belum lama ini, kepada Tribun Timur.
Ukiran Taus dan Basmalah itu sekilas tampak mirip tetapi jika diperhatikan seksama, tulisannya berbeda.
"Saya sengaja mengukir Taus dan Basmalah di pintu bagian atas supaya orang yang masuk masjid bisa langsung membacanya. Kalau sudah dibaca berarti orang itu suci kemudian masuk masjid," paparnya.
6. Makna Empat Tiang
Empat tiang yang berada di dalam masjid diartikan sebagai jumlah empat sahabat Rasulullah Muhammad SAW.
7. Makam di Depan Masjid
Di depan masjid terdapat bangunan yang berisi makam A Sanrima Dg Parukka dan belasan keluarganya.
Makam Raja Turikale IV itu ditutupi kelambu putih yang dimaknai bahwa sang raja selama ini hanya tertidur.

TRIBUN TIMUR/ANSAR LEMPE
Makam Raja Turikale IV dan keluarganya di komplek Masjid Lompoe Urwatul Wudska, Maros, Sulawesi Selatan
8. Perubahan Nama
Pada 26 Juni tahun 1999, Masjid Lompoe Urwatul Wudska direhab oleh pengurus masjid.
Awal didirikan, masjid ini sebetulnya hanya disebut sebagai Masjid Lompoe.
Seiring waktu, pemerintah kabupaten setempat dan masyarakat akhirnya sepakat menamainya Masjid Urwatul Wutsqa.
"Ini salah satu situs bersejarah. Masjid ini pertama kalinya digunakan untuk salat Jumat di Maros. Pendirinya raja dan ajaran khalwatiyah pertama kalinya disebarkan disini," ungkap.
Imam Masjid, A Muhammad Hidayat, belum lama ini.
9. Beduk Bersejarah
Beduk besar yang dimiliki masjid ini sejak dulu kala, masih tetap bisa dipergunakan.
"Kami masih menggunakan beduk lama. Kayunya tidak pernah diganti kecuali kulitnya, itu yang setiap tahun diganti. Kayu beduk ini jenis asam atau cempa," ujarnya.

TRIBUN TIMUR/ANSAR LEMPE
Ukiran di kayu mimbar Masjid Lompoe Urwatul Wudska, Maros Sulawesi Selatan
10. Buah Nanas di Mimbar
Masjid Lompoe Urwatul Wudska memiliki mimbar setinggi hampir dua meter.
Mimbar itu terbuat dari kayu dengan hiasan ukiran buah nanas di bagian atas mimbar.
Ukiran nanas yang juga dibuat pengurus masjid di atas mimbar itu bukan tanpa alasan.
Ukiran buah nanas diambil karena bermakna buah tersebut memiliki banyak manfaat.
Nanas dipercaya bisa menetralkan racun, daun berdurinya tetapi tidak saling menusuk dan rasa buah yang manis.