Laporan Wartawan TribunTravel.com, Rizki A Tiara
TRIBUNTRAVEL.COM - Saat ke Yogyakarta, oleh-oleh yang tak boleh ketinggalan adalah kuliner tradisionalnya.
Makanan tradisional khas Yogyakarta yang bisa dibawa pulang adalah peyek dan geplak.
Bicara tentang oleh-oleh dari Yogyakarta, traveler bisa membeli peyek dan geplak Mbok Tumpuk.
Ternyata peyek dan geplak Mbok Tumpuk punya kisah sejarah tersendiri.
Dikutip TribunTravel.com dari laman TribunJogja, pada 1975 seorang perempuan asli Bantul mencoba memproduksi geplak dengan bekal kemampuan yang diperolehnya secara turun-temurun dan menjualnya.
Perempuan tersebut bernama Tumpuk.
Ia lahir dari keluarga yang kesehariannya membuat geplak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Saat ini nama Tumpuk atau yang lebih dikenal Mbok Tumpuk begitu terkenal, tidak hanya di Bantul, tetapi juga hampir di seluruh Yogyakarta.
Berkat kerja kerasnya, usaha yang hanya bermula dengan membuat geplak telah berkembang menjadi toko oleh-oleh besar dengan dua produk andalan berupa geplak dan peyek kacang.
Bahkan kini peyek dan geplak Mbok Tumpuk telah menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Bantul.

Geplak adalah makanan yang terbuat dari parutan kelapa dan dicampur dengan gula pasir.
Bentuknya bulat tidak beraturan dan beraneka warna.
Cita rasanya manis dan gurih, seiring berjalannya waktu terdapat beberapa varian rasa yang dimiliki geplak.
Saat ini varian rasa yang bisa dipilih oleh pembeli adalah durian, gula jawa, jeruk, dan frambozen.
Semua proses pembuatan geplak masih menggunakan cara tradisional, kwalinya terbuat dari tembaga dan dimasak menggunakan tungku dengan kayu sebagai bahan bakarnya.


Selain itu, Mbok Tumpuk juga terkenal akan peyek kacangnya.
Jika kebanyakan panganan ini berbentuk bulat pipih, tetapi Mbok Tumpuk membuat rempeyek yang tumpuk-tumpuk tidak beraturan, seperti bongkahan.
Dan hingga saat ini bentuk tersebut masih dipertahankan, bahkan telah menjadi ciri khas.
Tidak hanya bentuknya, bahan baku yang digunakan pun masih dipertahankan seperti saat pertama kali peyek ini dibuat.
Bahan baku cemilan renyah ini adalah tepung beras dan kacang tanah.
Beras yang digunakan untuk membuat tepung pun tidak bisa sembarangan, yaitu jenis IR 33.
Sebelum digiling menjadi tepung, beras tersebut direndam terlebih dahulu selama semalam.
Untuk membuat adonan peyek, tepung beras tersebut dicampur dengan sejumlah bumbu seperti, kemiri, ketumbar, kencur, serta ditambahi telur kemudian diadoni menggunakan santan.
Setelah adonan siap, kacang tanah dimasukan, baru kemudian digoreng.
Proses penggorengannya pun hingga tiga kali dengan menggunakan dua buah wajan.
Tahap pertama ialah pembentukan peyek.
Tahap kedua penggorengan hingga kering.
Setelah itu peyek didinginkan semalam.
Baru pada hari berikutnya peyek digoreng kembali hingga kering.
Pada proses penggorengan pertama dan kedua, suhu minyak di masing-masing wajan juga berbeda.
Di wajan pertama minyaknya lebih panas.
Sementara di wajan kedua tidak perlu terlalu panas, sebab jika terlalu panas nanti gampang gosong.
Selain bentuk, yang juga spesial dari peyek ini adalah jumlah kacangnya yang banyak di setiap bongkahanya.
Bagaimana tidak, perbandingan antara tepung beras dan kacangnya satu banding dua.
Jadi setiap satu kilo tepung beras, diberi campuran dua kilo kacang tanah.
Sama seperti membuat geplak, peyek pun masih diproduksi dengan cara tradisional menggunakan tungku kayu bakar.
Kedua jenis panganan produksi dari dapur Mbok Tumpuk ini hanya bisa anda dapatkan di toko oleh-oleh Geplak Mbok Tumpuk yang berada jalan KHA Wahid Hasyim nomor 104 Bantul.
Kedua oleh-oleh legendaris ini tidak dijual di tempat lain.
Untuk harga, satu kilo geplak dihargai Rp 34 ribu, sedang untuk peyeknya Rp 44 ribu.
Setiap hari, toko ini buka dari pukul 08.00 pagi hingga 19.30 WIB.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul "Liburan ke Jogja, Jangan Lupa Beli Oleh-oleh Peyek dan Geplak Mbok Tumpuk"