TRIBUNTRAVEL.COM - Upacara Baayun Maulid rutin dilaksanakan setiap tahun di Desa Banua Halat, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Tradisi ini bukan sekadar perayaan Maulid Nabi.

Akan tetapi juga menjadi ajang bagi warga Banua Halat untuk kembali ke kampung halaman.
Pelaksanaan Baayun Maulid berlandaskan pada warisan dan ajaran para leluhur terdahulu.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Hits di Jebres Solo Jawa Tengah: Pasar Gede & Solo Safari
Hal itu diungkapkan oleh Akhmad Suriansyah, Panitia sekaligus Kepala Desa Banua Halat Kanan, Jumat (5/9/2025).
"Kami sebagai generasi penerus melanjutkan agar tetap lestari," tambahnya.
Ia menjelaskan, mulanya prosesi Baayun Maulid hanya berlangsung di sekitar Masjid Al-Mukarramah Banua Halat.
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut makin populer hingga menarik kedatangan warga Banua Halat dari berbagai daerah, bahkan luar Kalimantan, untuk pulang pada 12 Rabiul Awal.
“Kalau bertepatan dengan hari Jumat, biasanya ada penyesuaian. Bisa dimajukan ke Kamis atau mundur ke Sabtu. Kebanyakan kami laksanakan pada 13 Rabiul Awal,” jelasnya.
Baca juga: Biaya Camping di Pantai Lala Alena Dairi, Sumatera Utara: Fasilitas Lengkap & Tiket Masuk Gratis
Masjid Al-Mukarramah disebut sebagai pusat Baayun Maulid karena memiliki kekhasan dibanding daerah lain.
Dari masjid inilah kemudian tradisi serupa berkembang ke berbagai tempat.
“Yang pernah bahayun, pernah bahajat, pernah banajar, biasanya ikut menghidupkan tradisi di kampungnya masing-masing.

Tapi sepengetahuan kami, yang pertama melaksanakan prosesi Baayun Maulid ini adalah Banua Halat,” pungkasnya.
Tradisi Baayun Maulid tahun ini berbeda.
Tradisi kearifan lokal turut dimeriahkan, sejumlah lapak UMKM kuliner. Beragam jajanan dan makanan siap saji tersaji untuk pengunjung.
Baca juga: Liburan ke Bali Bareng Pasangan, Jajal Itinerary Kuliner Kuta Sehari Penuh Bujet Rp 890 Ribuan
Salah satunya komunitas kuliner dari Kabupaten Tanah Laut yang hadir membawa produk andalan, aneka makanan gerobak.
Muhammad Yahya, pelaku UMKM asal Kelurahan Saranghalang, Kecamatan Pelaihari, mengaku senang bisa ikut serta.
Kendati kali pertama berpartisipasi, Yahya mengaku kagum dengan antusias masyarakat setempat yang melestarikan budaya Baayun Maulid dan dimeriahkan dengan aneka lomba dan stand kuliner.
“Alhamdulillah respon masyarakat bagus. Kalau diundang lagi tahun depan, Insya Allah kami siap hadir lagi,” ujarnya.

Senyum ramah pun tersungging di wajah Yunia Rahmah saat tangannya lincah merangkai helai demi helai daun hanau (nipah) menjadi hiasan ayunan.
Perempuan asal Desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin ini dikenal sebagai perajin hiasan ayunan tradisi Baayun Maulid.
Baca juga: Seharian Kuliner Berdua di Surabaya, Cek Itinerary dengan Bujet Rp 900 Ribuan
“Ini namanya halilipan, ada untuk laki-laki dan ada untuk bini. Bahannya dari daun hanau.
Kalau yang berbentuk gelang-gelang, itu sebenarnya rantai yang sambung-menyambung, melambangkan hidup rukun, bersama-sama,” tutur Acil Rahmah, sapaan akrabnya ditemui di rumahnya, Jumat (5/9/2025).
Makna filosofis itu menurutnya jadi ruh dari hiasan ayunan.
“Halilipan bini biasanya banyak kakinya dua-dua dalam sebarisnya. Sementara halilipan laki hanya satu kaki saja,” jelasnya.
Yunia mengaku tahun ini sudah merangkai sekitar 35 ayunan. Semua dikerjakan dengan tangan sendiri.
“Bahan dari daun hanau atau nipah bisa disiapkan sendiri atau dibeli dari panitia. Tiga pelepah harganya Rp100 ribu, bisa jadi sekitar 60 ayunan,” ujarnya.
Meski sederhana, kreativitas perajin lokal seperti Acil Rahmah membuat tradisi Baayun Maulid semakin semarak.
Hiasan ayunan dari daun hanau bukan sekadar estetika, tapi juga simbol kebersamaan dan gotong royong warga Banua.
Tradisi Baayun Maulid menjadi wisata religi dan ribuan ayunan berbahan kain sarung berlapis tiga dengan hiasan terpajang di bawah tenda.
Ribuan warga tumpah ruah menyaksikan persiapan tradisi Baayun Maulid sekaligus mengecek nomor peserta mereka di kawasan lahan milik Masjid Al-Mukarramah.
Tradisi sakral yang diwariskan turun-temurun ini kembali menarik minat masyarakat di Kabupaten Tapin dan sekitarnya.
Tahun ini tercatat lebih dari 3.000 ayunan sudah dipesan peserta untuk prosesi bayun, yakni mengayun anak atau keluarga yang diniatkan melalui nazar.
Salah satu peserta, Ibu Amalia asal Kota Kandangan, Hulu Sungai Selatan, mengaku sudah beberapa kali berkunjung dan mengikuti Baayun Maulid.
Kali ini, ia membawa keluarganya untuk melaksanakan nazar kesembuhan.
“Bukan kepada masjid kita meminta, tapi kepada Allah. Bayun ini bentuk ikhtiar atas doa dan hajat yang ingin dikabulkan,” ucap Amalia.
Tak hanya dari Kandangan, peserta juga berdatangan dari berbagai kabupaten di Kalimantan Selatan.
Akses menuju lokasi pun cukup mudah. Desa Banua Halat Kiri dapat ditempuh dengan jarak sekitar 1,5 kilometer dari bundaran Tugu Sirang Pitu atau rumah jabatan Bupati Tapin.
Baca juga: Serunya Mengunjungi Show Art Room di Badri Gallery Banjarmasin, Kalsel, Ada Spot Foto hingga Kafe
Rute bisa dilalui melalui Jalan Perintis ke arah Desa Banua Halat Kanan. Alternatif lain, pengunjung juga bisa melewati Jalan Pahlawan dan Jalan Bir Ali untuk sampai ke kawasan Baayun Maulid.
Transportasi pun mudah dijangkau, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat karena seluruh jalan menuju lokasi sudah beraspal.
Lokasi itu sekaligus melihat Masjid Al-Mukarramah, masjid tertua yang kini menjadi cagar budaya dan masuk dalam kawasan Geopark Meratus Kabupaten Tapin.
(Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid)(TribunTravel.com/mym)
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul sebagai berikut:
Wisata Kalsel: Tradisi Baayun Maulid Tapin Jadi Wisata Religi, Ribuan Ayunan Terpajang
Wisata Kalsel: Tradisi Baayun Maulid di Tapin Jadi Berkah Rezeki Perajin Hiasan Ayunan
Wisata Kalsel: Para Pelaku UMKM Kuliner Ikut Meriahkan Baayun Maulid di Tapin
Wisata Kalsel: Baayun Maulid di Tapin, Tradisi Tetuha Pulang Kampung yang Dilestarikan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.