TRIBUNTRAVEL.COM - Harajuku di Tokyo, Jepang, tak hanya dikenal sebagai pusat mode dan budaya pop.
Harajuku juga menyimpan sisi spiritual yang tenang dan sarat sejarah.
Baca juga: 7 Oleh-oleh Unik di Tokyo Jepang, Lilin Harajuku Beraroma Musk hingga Sepatu Kets Kimono
Baca juga: 10 Toko Baju Paling Hits di Jepang, dari UNIQLO yang Simpel hingga WEGO Buat Penggemar Harajuku
Di balik jalanan Harajuku yang ramai, kamu bisa menemukan berbagai kuil bersejarah yang masih terawat hingga kini.
Dirangkum TribunTravel dari jw-webmagazine, berikut delapan kuil terbaik di Harajuku, Tokyo, Jepang, yang wajib masuk dalam daftar kunjunganmu.
Baca juga: Citayam Fashion Week Disebut Tak Sekadar Tren Libur Sekolah, Sandiaga: Bisa Seperti Harajuku
1. Meiji Jingu Shrine — Kuil Ikonik dan Favorit Pengunjung

Baca juga: Perbedaan Harajuku dengan Citayam Fashion Week, dari Asal Usul hingga Busana yang Dipakai
Meiji Jingu (明治神宮) adalah kuil paling banyak dikunjungi di Tokyo dan menjadi simbol kehormatan bagi Kaisar Meiji dan Permaisuri Shōken.
Didirikan tahun 1920, Meiji Jingu berdiri di tengah hutan pinus luas yang menyaring kebisingan kota.
Kamu akan melewati gerbang torii besar, kemudian memasuki kompleks kuil yang terasa sangat tenang meskipun ramai pengunjung.
Meiji Jingu sering digunakan untuk upacara pernikahan Shinto, festival musiman, dan perayaan Tahun Baru.
Di Meiji Jingu, kamu juga bisa melihat tong sake dan botol anggur yang dipersembahkan sebagai penghormatan serta papan kayu (ema) tempat orang menuliskan doa atau harapan.
2. Togo Shrine — Kuil Kecil dengan Nuansa Terpencil

Baca juga: 5 Toko Pakaian Bekas Terbaik di Tokyo Jepang, Berburu Kimono Antik ke Harajuku Chicago
Togo Shrine (東郷神社) populer meski sering terlupakan dibandingkan Meiji Jingu.
Terletak dekat Takeshita Street, Togo Shrine menghormati Admiral Heihachiro Togo, pahlawan Perang Rusia-Jepang.
Meski kecil, Togo Shrine menawarkan suasana hening: kolam koi, jalan setapak dari batu, dan museum mini yang memamerkan barang-barang milik sang admiral seperti seragam dan kaligrafi.
Di akhir pekan, pasar antik sering digelar di halaman kuil, menarik pengunjung yang ingin melepas lelah dari hiruk Harajuku.
3. Chosenji Temple — Zen Kontemporer dengan Sentuhan Minimalis

Chosenji (長泉寺) adalah kuil Soto Zen yang awalnya berdiri pada 1063 dan dibangun kembali tahun 1592.
Arsitekturnya memadukan beton mentah dan kayu pinus hangat—gaya minimalis yang menarik banyak wisatawan Barat.
Di halaman kuil terdapat lebih dari 200 patung batu Kannon dan Jizo, serta patung Kannon kuno yang menurut legenda memiliki kekuatan pelindung.
Sebagai satu titik ziarah “33 Kannon” di Tokyo, Chosenji memberikan ruang ketenangan dan refleksi di tengah kesibukan Harajuku.
4. Myoenji Temple — Kuil Praktis dan Bermakna

Myoenji (妙圓寺) merupakan kuil Buddhis Nichiren yang dirintis pada 1627 dan akhirnya dipindah ke Harajuku pada 1706.
Kompleksnya memiliki aula utama dengan kursi, akses ramah bagi penyandang disabilitas, dan lift untuk kenyamanan pengunjung.
Terdapat aula khusus untuk Bishamonten dan Jōgyō Bosatsu, juga taman yang bisa dinikmati dari ruang tamu melalui jendela besar.
Di satu sudutnya terdapat monumen batu yang menandai tempat kelahiran Harajuku—petunjuk kecil namun penuh sejarah bagi pengunjung yang teliti.
5. Aoyama Kumano Shrine — Kuil Penting Bagi Komunitas Lokal
Aoyama Kumano Shrine (青山熊野神社) berkaitan erat dengan sejarah lokal Harajuku dan Aoyama.
Berdiri sejak 1619 dan berpindah lokasi beberapa kali hingga menetap di Jingūmae pada 1644, Aoyama Kumano menghormati dewa yang terkait hutan, kayu, dan konstruksi.
Aoyama Kumano memiliki peranan sebagai pelindung lingkungan utara Harajuku.
Festival tahunan diadakan setiap 21 September, menghadirkan warna lokal dan tradisi yang kuat.
6. Zenkoji Temple — Kuil Pure Land dengan Jalan Gelap Misterius

Zenkoji (浄土宗 南命山 善光寺) awalnya adalah cabang dari kuil Zenkoji di Nagano, kemudian dipindah ke Omotesandō setelah kebakaran.
Sebagai kuil penganut aliran Jōdo, simbol utamanya adalah Buddha Amitabha.
Bangunan kuil dilengkapi gerbang, menara lonceng, dan pengalaman lorong gelap “okaidan meguri” di bawah altar, serupa dengan kuil induk di Nagano.
Ada pula monumen dan makam ilmuwan Takano Choei, yang pernah mengabdi pada ilmu Barat di akhir periode Edo.
7. Hatonomori Hachiman Shrine — Kuil dengan Mini Gunung Fuji

Hatonomori Hachiman Shrine (鳩森八幡神社) terletak di Sendagaya, Shibuya.
Didirikan pada masa Edo, Hatonomori Hachiman punya fujizuka—miniatur Gunung Fuji yang bisa didaki dan dianggap berkah.
Pada awal Juni, iris mekar mengelilingi kolam di dekat fujizuka, menciptakan pemandangan fotogenik.
Hatonomori Hachiman diminati mereka yang mencari ketenangan atau keunikan sejarah lokal sebagai titik singgah di antara tempat ramai.
8. Onden Shrine — Kuil Kuno dengan Sentuhan Artistik dan Popularitas

Onden Shrine (穏田神社) dulunya adalah kuil pelindung desa Onden yang kini tergabung di Harajuku.
Usianya lebih dari 400 tahun, didedikasikan untuk dewa seni, kecantikan, dan perjodohan.
Ciri khas Onden adalah koleksi goshuin musiman (cap merah kuil) yang bergambar motif bunga plum, naga, hingga simbol festival.
Amulet kecantikan juga populer, terutama di kalangan anak muda dan seniman.
Keindahan dan kehadirannya dalam serial anime Love Live! Superstar!! menambah daya tariknya sebagai objek budaya pop.
Tips Kunjungan dan Etika Saat Mengunjungi Kuil Harajuku
Bawa Uang Tunai & Patuhi Etika Setempat
Sebagian besar kuil dan shrine hanya menerima uang tunai untuk membeli omamori (jimat pelindung) atau goshuin.
Beberapa tempat mungkin tidak menerima kartu maupun pembayaran digital.
Waktu Terbaik dan Cara Menikmati Kuil
— Kunjungi pagi hari untuk suasana tenang dan cahaya
— Sore hari juga menarik untuk langit keemasan, meski beberapa kuil menutup kantor kuil antara pukul 16.00–17.00.
Kesalahan Umum Pengunjung & Cara Menghindarinya
- Berjalan di tengah jalan (torii gate): Bagian tengah dianggap jalur dewa; berjalanlah di kiri atau kanan.
- Melewatkan ritual penyucian: Gunakan gayung untuk membasuh tangan dan bilas mulut (tanpa meminum langsung dari gayung). Jika ragu, cukup sikap hormat tetap baik.
- Menggunakan selfie stick atau kamera saat upacara: Hindari mengambil foto saat ritual atau bertepuk tangan di tempat ibadah Buddhis.
- Menyentuh objek yang bukan bagian ritual: Jangan menyentuh patung, benda upacara, atau area kuil tanpa izin atau konteks ritual.
Dengan delapan kuil ini di Harajuku, kamu bisa merasakan kontras Jepang masa kini dan masa lampau—tempat di mana spiritualitas, sejarah, dan estetika urban bertemu.
Selamat menjelajah Harajuku yang penuh makna.
Ambar/TribunTravel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.