TRIBUNTRAVEL.COM - Makam Panglima Minal dan Makam Dara Sembilan yang ada di Desa Senggoro Kecamatan Bengkalis merupakan makam bersejarah di Kabupaten Bengkalis.
Panglima Minal adalah seorang tokoh pada masa lampau yang ditinggal di Bathin Senggoro atau Desa Senggoro saat ini.
Baca juga: Jelajah Desa Wisata Jetis, Saptosari Gunungkidul Jogja dengan Paket Jip Tour Telo Wangi
Baca juga: Indahnya Pantai Tenggayun Bengkalis, Saat Air Surut Wisatawan Bisa Berjalan ke Rumah Ikan Nelayan
Dia berasal dari Batu Sangkar Sumatra Barat, dengan nama aslinya Gombak Bauk.
Gombak Bauk sampai ke tanah Negeri Junjungan saat masa Bengkalis dikuasai oleh lanun atau perampok laut.
Perampok ini sangat meresahkan masyarakat karena sering merampok kapal-kapal masyarakat yang melintas di perairan Selat Bengkalis dan Tanjung Jati .
Seringnya perampokan terjadi di sana membuat Raja Siak saat itu resah. Kemudian mengeluarkan sayembara untuk membasmi lanun-lanun di Selat Bengkalis ini.
"Raja Siak menjanjikan akan menjadikan panglima bagi siapa yang sanggup menumpas lanun atau perompak laut ini," cerita Azhar , seorang tokoh masyarakat di Desa Senggoro tempat makam Panglima Minal Berada.
Baca juga: 5 Destinasi Ngehits & Instagramable di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Gombak Bauk yang mendengar sayembara dari Raja Siak, kemudian secara diam-diam mengunakan perahu berangkat ke perairan Tanjung Jati .
Di sana dirinya menantang para lanun untuk adu kesaktian.
"Ternyata Gombak Bauk berhasil mengalahkan pimpinan lanun tersebut. Sehingga para Lanun ini ditawannya dan dibawa kehadapan raja Siak.
Sesuai janjinya, Raja Siak memberikan gelar Panglima kepadanya dengan nama Panglima Minal.
Memiliki gelar Panglima kemudian Gombak Bauk , pindah ke Pulau Bengkalis bersama istrinya.
Kehadirannya di Pulau Bengkalis sebagai Laksamana yang menjaga perairan Selat Bengkalis.
Sementara itu, Makam Dara Sembilan sendiri merupakan makam sembilan dara putri pimpinan Bathin Senggoro yakni Bathin Hitam.
Hal ini diceritakan Baharuddin (54) penjaga situs bersejarah tersebut.
Menurut dia asal mula makam adalah sebuah benteng menyerupai sebuah goa yang digunakan sebagai tempat menyembunyikan sembilan putri dari Bathin Hitam agar tidak diculik oleh Portugis.
"Saat itu orangtua sembilan dara ini takut akan keselamatan putri putrinya dari penculikan portugis. Maka dibangunkanlah benteng berbentuk goa yang ada ditanah dataran tinggi di Desa Senggoro," ungkap Burhanuddin.
Singkatnya cerita, saat portugis datang, ia langsung mengamankan kesembilan putrinya ke dalam benteng dan pintunya dikunci dari luar oleh penjaga benteng.
Baca juga: Tugu Daun Sirih Emas, Ikon Wisata Malam Tanjungpinang Riau yang Instagramable
Ketika Portugis hampir mendekati benteng persembunyian kesembilan dara itu tadi, penjaga kunci membuang kunci benteng ini guna menghilangkan jejak agar tidak diketahui oleh penjajah.
Penjaga kunci ini kemudian bergabung dan ikut bertempur dengan pasukan lainnya.
Saat itu Batin Senggoro bersama pasukannya berhasil memang dan mengusir mundur portugis.
Karena lama berada dalam benteng, akhirnya kesembilan dara tersebut meninggal dunia karena kelaparan. Sejak saat itulah tempat tersebut diberi nama Makam Dara Sembilan.
Tanggal 30 Juli tiap tahunnya diperingati sebagai hari jadi Bengkalis, dan pada 2021 ini Bengkalis sudah memasuki umur ke-509
Pada Rapat Paripurna Istimewa Peringatan Hari Jadi Bengkalis digelar di Gedung Paripurna DPRD Bengkalis, Jumat (30/7) lalu.
Ketua DPRD Bengkalis Khairul Umam mengajak seluruh yang hadir merefleksi perjuangan di Pulau Bengkalis ini dimasa penjajahan portugis.
Perjuangan rakyat Bengkalis dari gempuran penjajah pada tahun 1512 menjadi hari jadi Bengkalis yang diperingati setiap tahunnya.
Menurut Khairul Umam, sejarah perjuangan ini sangat heroik dimasa lampau, terjadi pada tanggal 30 Juli 1512, masyarakat Bengkalis saat itu dibawah pemerintahan Bathin Senggoro berhasil mengusir portugis yang berencana menduduki Bengkalis.
"Putra putri Bathin Senggoro atau Bengkalis saat ini dengan semangat perjuangannya bersambung nyawa melawan keangkuhan penjajah yang ingin menduduki Bengkalis," kata Khairul Umam.
Pada tahun 1512 Sultan Mahmud Syah dari Melaka mengutus Hang Nadim ke Bengkalis, Bukit Batu dan Siak Gasib. Hang Nadim diutus untuk memperbincangkan kesiapan melawan portugis di Melaka.
"Bengkalis yang saat itu bernama Bathin Senggoro menyiapkan pasukan di bawah pimpinan Laksamana Bathin Hitam, begitu juga Bukit Batu menyiapkan pasukan dibawah pimpinan Tuan Megat. Pasukan ini kemudian berkumpul di Kuala Muar dan Bergabung dengan pasukan Hang Nadim," kata Khairul Umam.
Baca juga: 10 Tempat Wisata Paling Populer di Batam Riau, Pesonanya Mirip Luar Negeri
Kemudian memasuki bulan Juli 1512 pasukan gabungan dari Bengkalis ini menyerang portugis di Melaka.
Terjadilah perlawanan yang sengit antara portugis dan pasukan Bengkalis di Melaka dan mampu mengeser pasukan portugis mundur hingga ke Muar.
"Selanjutnya pasukan dibawah pimpinan Hang Nadim termasuk pasukan pimpinan Laksamana Bathin Hitam dari Bengkalis kembali Pulau Bengkalis untuk mengatur kesiapan perang lagi," terangnya.
Pertempuran di Melaka tersebut membuat portugis tidak puas hati dan melakukan penyerangan ke Bengkalis dan Bukit Batu. "Namun dengan strategi yang mantap dibantu pasukan dari Siak, Pasukan dari Pulau Bengkalis Berhasil mempertahankan tanah Bengkalis dari penjajahan Portugis," terangnya.
Kemampuan menangkis serangan dan mempertahankan wilayah pulau Bengkalis ini terjadi pada 30 Juli 1512 lalu menjadi peristiwa paling bersejarah bagi masyarakat Bengkalis. Sehingga ditetapkan sebagai hari jadi Bengkalis yang diperingati sejak tahun 2004 lalu dan sudah ditetapkan dalam Peraturan daerah Bengkalis.
"Esensi dari perjuangan ini bukan persoalan menang atau kalah, tetapi kita menunjukkan kepada penjajah tanah Bengkalis adalah tanah yang bermarwah dan bertuan dan negeri yang memiliki putra putri yang rela mati mempertahankan marwah," katanya lagi
Untuk itu prosesi peringatan hari jadi ini merupakan ikhtiar untuk mengingatkan bahwa masyarakat Bengkalis memiliki rasa hormat kepada pendahulu dengan apa yang mereka lakukan saat mempertahankan Bengkalis dari para penjajah.
"Melalui peringatan ini kita semua memuliakan pejuangan para pendahulu kita. Menghormati sejarah sama dengan menghormati diri sendiri karena hari ini berpangkal dari masa lalu," tutupnya.
(TribunTravel.com)