Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Potret Rumah Batu di Balangan, Kalsel, Tempat Kumpul Pejuang Kemerdekaan yang Kini Jadi Cagar Budaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Surianysah dan Misna berdiri pada bagian teras rumah yang dikenal sebagai Rumah Batu di Desa Ninian Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dan jadi cagar budaya di Kabupaten Balangan.

TRIBUNTRAVEL.COM - Rumah Batu di Kabupaten Balangan, Kaliimantan Selatan memang sangat menarik untuk dikunjungi.

Daya tarik Rumah Batu memang cukup sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Rumah Batu di Desa Ninian yang didirikan tahun 1926 ini termasuk cagar budaya di Balangan. (Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)

Bagaimana tidak, Rumah Batu memiliki gaya dan bentuk bangunan yang begitu unik.

Rumah Batu juga punya sisi sejarah yang menarik untuk dibahas lho.

Baca juga: Tampil dengan Wajah Baru, Taman Giat Tanjung di Tabalong, Kalimantan Selatan Kini jadi Favorit

Lokasi Rumah berada di depan kantor Desa Muara Ninian.

Lebih tepatnya di Jalan Paringin Nomor 86, Muara Ninian, Juai, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.

Rumah Batu termasuk dalam daftar cagar budaya pada tahun 2027.

Bangunan yang didominasi dengan warna putih dan hijau tersebtu dibandung pada 1926 silam.

Kini, bangunan Rumah Batu masih bertahan dan ditempati.

Baca juga: Suguhkan Suasana Pantai Berbeda, Kunjungi Jorong Beach Galam di Jorong, Tanah Laut, Kalsel

Misnawati bersama keluarga dipercaya oleh pewaris rumah untuk menempati bersama keluarga, bahkan sejak dari sang kakek dan kedua orangtuanya.

Dinamai rumah batu karena lantainya terbuat dari batu kramik yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Rumah bersejarah dan satu-satunya di Balangan ini memiliki konsep arsitektur yang berbeda dari rumah banjar pada umumnya. Bangunannya memperlihatkan gaya arsitektur eropa yang nampak mewah pada zamannya. 

Rumah Batu di Desa Muara Ninian, Balangan berbentuk U. (Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)

Pada bagian depan rumah diletakkan riwayat dari rumah, rumah yang memiliki banyak pintu dan jendela berukuran besar khas tempo dulu. Hingga kini masih sering dikunjungi warga atau juga dari sekolah yang mengajak siswanya study tour.

"Dari sekolah tingkat dasar yang biasanya datang, pihak sekolah selalu menghubungi terlebih dahulu dan kami mempersiapkan untuk kunjungan serta menceritakan ke anak anak mengenai rumah ini," ungkapnya. 

Rumah Batu berukuran 20 x 20 memiliki bentuk rumah yang menyerupai huruf U. 

Baca juga: Tak Kalah Indah, Intip Pesona Riam Pagat Batu di Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalsel

Saat memasuki rumah akan langsung menuju ruang tamu dan juga satu kamar menuju kebagian tengah terdapat ruang keluarga dengan dua buah kamar.

Bangunan dengan mengusung gaya eropa jaman dulu ini memiliki lorong penghubung yang dijadikan sebagai ruang tamu. 

Sedangkan bangunan utama disamping adalah ruang penyimpanan, dapur dan juga kamar mandi dan toilet.

Lantainya Keramik rumah batu membuat dingin bangunan cagar budaya ini. (Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)

Baca juga: Lokasi dan Harga Tiket Grand Elty Krakatoa, Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan, Lampung

Menuju bagian depan ruangan samping ada ruangan yang saat ini digunakan untuk keluarga Misnawati. Pada zaman dulu ruangan tersebut sempat digunakan untuk kantor desa. 

"Pernah juga digunakan untuk kantor kepolisian, memiliki halaman yang luas juga jadi dulu sering digunakan untuk mengadakan acara," ujarnya. 

Jika dilihat dari depan seperti terdapat dua rumah padahal ada lorong penghubung diantara keduanya. 

Disebut rumah batu karena lantainya terbuat dari batu keramik yang tebal dan licin.

Saat memasuki rumah yang dibangun tahun 1926 ini, akan merasakan dingin walaupun cuaca sedang panas.

Isnawati mengatakan dirinya bersama keluarga bahkan tidak membeli kipas angin karena pada saat siang haripun di dalam rumah tetap terasa dingin, begitupun saat malam hari. 

"Pada saat bulan Ramadan sangat nyaman karena sejuk, biasanya tidur di lantai karena lantainya dingin," ujarnya. 

Pemilik pertama rumah yang sudah dijadikan cagar budaya ini adalah pasangan H Napiah dan Hj Karang yang merupakan saudagar karet yang sukses.

Misnawati yang saat ini dipercaya untuk merawat dan tinggal di rumah batu ini mengatakan bahwa pemilik pertama rumah batu merupakan saudagar karet yang sukses.

H Nafiah membeli hasil perkebunan karet di Balangan dan menjualnya ke perusahaan karet masa itu. 

Hampir seluruh petani karet di Balangan mengenal sosok H Napiah yang biasa disapa Hanafie, selain saudagar yang kaya juga merupakan tokoh masyarakat.

Baca juga: Pantai Karang di Denpasar Bali, Tempat Wisata Favorit Bagi Penggemar Snorkeling

"Dari cerita kekek saya dulu, rumah ini juga sempat menjadi tempat berkumpul sebelum Indonesia merdeka oleh tokoh tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan," ungkapnya. 

Sebagai saksi dalam perebutan kemerdekaan, rumah ini juga menjadi tujuan warga sekitar karena pemilik rumah juga dikenal sebagai orang yang dermawan. Saat ini pewaris dari rumah ini ada yang tinggal di Banjarmasin dan Jakarta. 

Hingga saat ini, rumah ini  masih belum pernah ada rencana untuk dijual, tetap dijaga keaslian bangunan.

Meskipun sudah tua namun masih terlihat kokoh meskipun sempat dilakukan penggantian atap namun dengan bagan yang sama yaitu atap sirap.

(Banjarmasinpost.co.id/Reni Kurniawati)(TribunTravel.com/mym)

Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Wisata Kalsel : Rumah Batu, Bangunan Tempo Dulu yang Dijadikan Cagar Budaya di Balangan dan Wisata Kalsel : Lantainya Keramik dan Banyak Jendela, Rumah Batu Terasa Dingin Meskipun Cuaca Panas