Desa Coal yang berada di Kecamatan Kuwus kini telah didandani sebagai sebuah desa wisata.
Baca juga: Pantai Watotena di Desa Nelerereng, Adonara Timur, Flores Timur, NTT Jadi Tempat Snorkeling Favorit
Suguhan utamanya adalah keindahan alam, budaya, maupun karya kerajinan tangan, kuliner lokal hingga spot wisata buatan serta agrowisata kopi.
Desa Wisata Coal dikelola Ikatan Pemuda Kreatif Desa Wisata Coal dikelola sekolompok pemuda yang terorganisir dalam wadah Ikatan Pemuda Kreatif.
Secara kelembagaan kelompok ini telah diperkuat dengan terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bukit Porong pada 6 Maret 2021 lalu.
Desa Wisata Coal dibentuk sebagai respon perubahan pariwisata Labuan Bajo yang semakin tersohor sebagai salah satu wisata super prioritas di Tanah Air dengan destinasi unggulan Taman Nasional Komodo.
"Kami ingin menangkap peluang dari pesatnya pariwisata Labuan Bajo untuk memajukan desa kami lewat wisata," ujar Ketua Pokdarwis Bukit Porong Alfonsius Sumarno Patut.
Ia mengatakan pengembangan desa wisata ini juga merupakan langkah kaum muda desa setempat untuk bangkit memperbaiki kondisi keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
Sedikitnya, sekitar 60-an orang muda yang terlibat dalam pengelolaan Desa Wisata Coal baik sebagai pengurus maupun anggota.
Mereka memiliki kelompok kerja (pokja) dengan program-progam yang dirancang untuk mendukung pengembangan wisata desa.
Setiap pokja akan berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti lembaga pemerintah/dinas terkait, lembaga pendidikan, LSM, dan biro perjalanan wisata untuk pengembangan Desa Wisata Coal yang berkelanjutan.
Desa Wisata Coal merupakan sebuah desa wisata baru yang dikembangkan dengan konsep Storynomic Village Tourism.
Konsep ini bermakna mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan kekuatan budaya.
Semua atraksi wisata baik alam, budaya, dan buatan akan dinarasikan dengan cerita menarik bagi wisatawan.
Selanjutnya, pengembangan konten kreatif di sosial media sebagai media promosi kepada wisatawan.
Pengunjung yang datang juga disuguhkan dengan living culture berupa aktivitas keseharian yang dilakukan warga desa sejak dahulu.
Baca tanpa iklan