TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang peselancar layang terdampar di sebuah pulau terpencil California, Amerika Serikat.
Pria yang tak disebutkan identitasnya ini terdampar di pulau terpencil untuk beberapa waktu.
Baca juga: 8 Penumpang Terdampar di Afrika setelah Kapal Pesiar Menolak Mereka untuk Ikut Berlayar
Tak kehilangan akal, peselancar itu menemukan cara untuk meminta bantuan agar ada orang yang bisa datang menyelamatkannya.
Dikelilingi tebing tinggi dan air pasang di pantai sebelah selatan Davenport Landing, pria tersebut meletakkan batu-batu di pasir untuk membentuk huruf "HELP" atau "TOLONG" yang besar, sesuai dengan posting X oleh akun @CALFIRECZU yang dibuat oleh unit Santa Cruz dari Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California pada hari Minggu.
Baca juga: Misteri Munculnya Potongan Kaki Manusia yang Terdampar di Amerika dan Kanada Akhirnya Terkuak
Sebuah helikopter pribadi yang kebetulan melintas langsung melihat tanda itu dan memberi tahu pihak berwenang.
Sebuah helikopter penyelamat kemudian dikirim ke lokasi dan mengangkut peselancar layang itu keluar, menurut video yang diunggah oleh departemen tersebut.
Baca juga: Viral Fitur Rahasia iPhone yang Jarang Diketahui, Terbukti Bisa Selamatkan Pendaki Terdampar
Peselancar layang itu memulai dari Pantai Pendaratan Davenport tetapi tersapu ke bawah garis pantai, tempat ia terdampar, NBC Bay Area melaporkan.
"Ini adalah tempat yang sangat indah untuk bekerja dan tinggal," kata Kapten Cal Fire, Skylar Merritt.
"Meskipun demikian, orang-orang dapat merasa aman di sekitar tebing-tebing itu. Pantai-pantai itu terkenal karena angin kencang, pasang surut, dan air yang dingin."
Baca juga: Botol Penyihir Terdampar di Pantai Texas, Asal Muasalnya Bikin Bingung Para Ahli
Dilaporkan Business Insider, operasi penyelamatan serupa terjadi pada bulan April ketika militer Amerika Serikat menyelamatkan tiga pelaut yang terdampar di sebuah pulau Pasifik selama lebih dari seminggu.
Mereka menggunakan daun palem untuk menulis "HELP" di pantai di Atol Pikelot, sebuah pulau kecil di Negara Federasi Mikronesia.
Mereka ditemukan oleh pesawat pengintai Amerika Serikat dan diselamatkan pada tanggal 9 April.
Tonton juga:
Baca juga: Ikuti Google Maps, Sekumpulan Orang Malah Terdampar di Gurun hingga Tak Bisa Pulang
Berita lain - Cerita Dua Pria Selamat Setelah Sebulan Terdampar di Laut, Merasa Tenang Tak Dengar Kabar Soal Covid
Dua pria dari Kepulauan Solomon terdampar di laut selama hampir sebulan.
Anehnya, mereka justru mengaku itu sebagai momen "istirahat dari dunia luar yang menyenangkan".
Ketika kebanyakan orang mengatakan terdampar di laut adalah hal menakutkan, tidak demikian bagi kedua pria ini.
Pada tanggal 3 September, Livae Nanjikan dan Junior Qoloni meninggalkan Pulau Mono di provinsi Western, Kepulauan Solomon dengan perahu motor kecil berkecepatan 60 hp untuk berlayar ke Noro.
"Kami pernah melakukan perjalanan sebelumnya dan seharusnya tidak ada masalah," kata Nanjikan kepada Kantor Penyiaran Kepulauan Solomon.
Namun, masalah rupanya terjadi ketika perangkat GPS mereka kehabisan baterai.
Setelah cuaca buruk menghalangi, dua pria itu akhirnya keluar jalur dan tersesat di laut.
"Kami mengalami cuaca sangat buruk disertai hujan lebat, awan gelap tebal dan angin kencang selama perjalanan sekitar dua jam," kata Nanjikan.
Ia juga mengaku sudah tidak dapat melihat garis pantai, sehingga kehilangan arah ke mana harus pergi.
Dikutip TribunTravel dari lamanĀ UNILAD, "GPS mati adalah kondisi yang lebih menakutkan dari sekedar cuaca buruk," lanjut Nanjikan.
"Kami tidak tahu ke mana akan pergi, jadi kami memutuskan mematikan mesin dan menunggu untuk menghemat bahan bakar," ujarnya dalam interview oleh The Independent.
Beruntung mereka membawa bekal jeruk untuk perjalanan.
Sembilan hari kemudian, mereka terpasa bertahan hidup hanya dengan air hujan, kelapa dan iman kepada Tuhan.
"Kami berdoa siang dan malam," kata Nanjikan.
Kedua pria itu menceritakan cara mereka bertahan hidup menggunakan kanvas untuk menadahi air hujan.
Saat mencapai hari ke 27, mereka akhirnya melihat sebuah pulau di kejauhan.
Namun, mereka menyadari bahwa saat itu berada di Papua Nugini.
"Kami awalnya tidak tahu di mana kami berada saat itu, dan tidak menyangka rupanya sudah ada di negara lain," kata Nanjikan.
Dua hari kemudian mereka berhasil mencapai pulai dengan hampir tanpa bahan bakar.
"Saat itulah kami mulai berteriak dan terus melambaikan tangan kepada nelayan," lanjutnya.
Setelah ada nelayan mendayung ke arah mereka, Livae Nanjikan dan Junior Qoloni pun merasa mereka sudah aman,
"Nelayan itu pria yang baik. Setiba di darat, badan kami yang lemas dibawa oleh laki-laki itu ke rumah.
Kami kemudian diberi makanan lezat seperti talas, pepaya dan sayuran lainnya yang membuat kami kembali mendapat asupan energi."
Meski pengalaman ini cukup menakutkan antara hidup dan mati, Nanjikan mengaku justru menikmatinya.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Aku juga tidak lagi mendengar tentang Covid-19 atau apa pun. Inilah yang membuatku tenang.
Aku berharap bisa kembali lagi ke rumah, karena rumah adalah tempat istirahat paling nyaman dari segalanya," imbuhnya.
TribunTravel/nurulintaniar
Kumpulan artikel viral