Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

7 Cara Jepang Atasi Overtourism, Naikkan Harga Japan Rail Pass hingga Berlakukan Pajak Pulau

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beragam cara dilakukan Jepang buat mengatasi overtourism.

TRIBUNTRAVEL.COM - Jepang terkenal dengan budayanya yang menawan, keramahtamahannya yang hangat, dan masakannya yang lezat, menjadikannya magnet bagi wisatawan di seluruh dunia.

Namun, popularitas ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai overtourism di Jepang.

Baca juga: 3 Resep Masakan Teriyaki ala Jepang untuk Makan Siang, Simpel Banget Pakai Saus Instan

Kabukicho, distrik lampu merah di Jepang (Dovile Ramoskaite /Unsplash)

Baca juga: 5 Makanan Khas Jepang yang Cocok Buat Menu Sarapan Enak, Nikmati Segarnya Sup Miso

Bahkan menerapkan peraturan dan ketentuan baru, seperti untuk pendakian Gunung Fuji Jepang karena kerumunan dan sampah yang tak tertahankan.

Jepang mengatasi masalah ini dengan menerapkan berbagai langkah, termasuk menetapkan kuota pengunjung, menaikkan tarif pada jam sibuk, dan mengembangkan infrastruktur untuk membubarkan lalu lintas wisatawan.

Baca juga: 7 Tempat Wisata Terbaik di Chiba Jepang, Ada Tokyo DisneyLand hingga Kuil Naritasan Shinshoji

Baca juga: Harga Tiket Masuk Art Aquarium Museum Ginza, Surga Pecinta lkan Mas di Tengah Kota Tokyo Jepang

Ada dorongan untuk mempromosikan kunjungan ke prefektur yang tidak terlalu ramai namun sama indahnya secara nasional.

Namun, seperti halnya pemandangan Gunung Fuji yang terkenal di belakang toko serba ada Lawson, para pejabat hanya menghilangkan pengalaman tersebut.

Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk melestarikan integritas budaya Jepang sekaligus mengembangkan model pariwisata yang lebih berkelanjutan.

Ini juga merupakan cara terbaik untuk menghindari jebakan turis terburuk di Jepang.

Dilansir dari gaijinpot, berikut 7 cara Jepang mengatasi overtourism.

Baca juga: 5 Tempat Belanja Terbaik di Akihabara Jepang Buat Penggemar Anime, Manga dan Video Game

1. Biaya Baru bagi Wisatawan yang Masuk

Taman Nasional Kushiro Shitsugen, satu taman nasional terbaik di Hokkaido Jepang. (User:欅, CC BY-SA 3.0 , via Wikimedia Commons)

Meskipun pariwisata membantu perekonomian, membangun dan memelihara objek wisata membutuhkan biaya yang mahal.

Untuk mengimbangi biaya pengelolaan infrastruktur pariwisata dan memitigasi dampaknya terhadap komunitas lokal, Jepang sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan biaya baru bagi wisatawan yang masuk, yang kemungkinan akan tiba pada tahun 2024-2025.

Jumlah ini merupakan tambahan dari pajak akomodasi dan pajak bandara yang sudah ada.

Meskipun biayanya masih belum ditentukan, diperkirakan sebesar ¥500-¥1,000.

2. Mempromosikan Perjalanan Tanpa Bagasi

Bandara Narita Tokyo (Jepang) (Instagram/narita.airport_officia)

Dengan semakin banyaknya pengunjung yang membawa oleh-oleh dan obat-obatan saat pulang ke negaranya, Jepang menghadapi koper-koper besar yang menyita ruang di fasilitas transportasi yang sudah penuh sesak.

Hasilnya, Jepang memperluas fasilitas penyimpanan bagasi di pusat transit utama dan mempromosikan perjalanan tanpa bagasi melalui layanan inovatif seperti penerusan bagasi dari bandara Kansai dan Narita (Tokyo), loker koin di stasiun Kyoto , dan layanan pengangkutan sebagai bagian dari Hands- kampanye Kyoto gratis.

Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan mobilitas dengan mendorong pengunjung untuk melakukan perjalanan ringan.

3. Jalur Cerdas di bandara

Suasana malam Bandara Haneda, Tokyo Jepang (Taiki Ishikawa /Unsplash)

Dengan banyaknya wisatawan yang berangkat pada hari yang sama, bandara di Jepang kesulitan memproses keberangkatan tepat waktu.

Oleh karena itu, penumpang diimbau untuk menggunakan jalur pintar, di mana pengunjung memindai sendiri barang bawaannya untuk mempercepat prosesnya.

Ini akan mencakup empat bandara utama Narita dan Haneda di Tokyo, Kansai dan Chubu di Nagoya.

Bandara telah menerbitkan panduan terperinci untuk membantu pengunjung bersiap menggunakan jalur tersebut.

4. Penciptaan Destinasi 'Model'

Restoran Samurai, satu tempat wisata di Kabukicho Jepang. (Flickr/jackiembarr)

Untuk mendistribusikan lalu lintas wisatawan secara lebih merata di seluruh negeri, Jepang mempromosikan pengembangan destinasi “model” baru untuk membawa wisatawan ke daerah dan objek wisata yang kurang dikenal.

Rencana yang diusulkan juga menguntungkan wisatawan, karena menjanjikan pembukaan lokasi yang sulit diakses dan menawarkan pengalaman unik.

Saat ini, 11 tujuan model telah dibuat:

- Gunung Hachimantai di Iwate

- Aktivitas alam di Nasu di Tochigi

- Budaya samurai Hokuriku

- Pegunungan Alpen Nagano/Gifu

- Kuil Agung Izumo Taisha dan sekitarnya di Tottori

- Rute bersepeda di Setouchi

- Taman nasional di Hokkaido Timur,

- Kuil Ise di Mie

- Rute ziarah di Nara

- Gunung berapi di Kagoshima

- Budaya Ryukyu yang unik di Okinawa.

5. Berhenti Mengganggu Geisha

Kawasan Gion Kyoto Jepang yang sering dilewati Geisha. (Boudewijn Huysmans /Unsplash)

Apa yang lebih melambangkan Jepang selain geisha (artis pertunjukan wanita tradisional Jepang) yang bergerak dengan anggun di jalan-jalan sempit Kyoto?

Ini adalah bidikan klasik yang diinginkan semua orang.

Namun, banyak wisatawan yang mengabaikan bahwa geisha tidak mencari ketenaran namun merupakan wanita pekerja yang memilih untuk tidak diganggu.

Baru-baru ini, dewan warga Gion menyatakan keprihatinannya mengenai pelecehan, mulai dari menyentuh kimono mahal hingga mengambil foto yang mengganggu.

Menanggapi kekhawatiran ini, peraturan baru telah diterapkan di distrik geisha Gion di Kyoto.

Pengunjung sekarang dilarang mengakses jalan-jalan pribadi, dan fotografi dilarang keras di area tersebut.

Mereka sangat disarankan untuk membatasi pergerakan mereka di jalan umum untuk menghindari potensi denda ¥10,000.

Namun, penegakan aturan ini masih belum pasti karena denda dikenakan oleh pemilik tanah swasta yang tidak memiliki kewenangan hukum, sehingga proses pengumpulannya tidak mungkin dilakukan, terutama bagi pengunjung jangka pendek.

Beberapa gang kini sepenuhnya terlarang bagi pengunjung.

Menurut The Guardian , seorang anggota dewan warga Gion berkata, “Kami tidak ingin melakukan hal ini, tapi kami tidak punya pilihan.”

Tanda-tanda akan dipasang untuk memberi tahu pengunjung tentang pembatasan baru tersebut.

Namun, Jalan Hanamikoji utama di Gion, yang merupakan jalan umum, akan terus menyambut wisatawan.

6. Pajak Pulau

Itsukushima Jinja, satu kuil Shinto terbaik di Jepang. (Flickr/Daa Nell)

Satu lokasi paling ikonik di Jepang adalah Hatsukaichi, rumah bagi Kuil Itsukushima yang ikonik di Pulau Miyajima.

Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pulau ini memberlakukan pajak turis.

Setiap pengunjung ke Miyajima, titik akses pulau untuk Kuil Itsukushima yang terkenal, akan membayar ¥100 sebagai pajak turis.

Pendapatan yang dihasilkan dari pajak akan diinvestasikan kembali ke proyek konservasi dan peningkatan infrastruktur.

Selain Hatsukaichi, destinasi pulau populer lainnya seperti Taketomi, Izena, dan Sado menerapkan langkah serupa untuk mengatasi overtourism dan memastikan keberlanjutan jangka panjang komunitas mereka.

Dengan mengenakan retribusi terhadap wisatawan, pulau-pulau ini bertujuan untuk menyeimbangkan jumlah pengunjung dan pelestarian lingkungan, sehingga generasi mendatang dapat terus menikmati keindahan alam dan warisan budayanya.

7. Kenaikan Harga Japan Rail Pass

Bagian dalam Japan Rail pass yang bisa digunakan untuk sejumlah transportasi di Jepang (Jennifer Feuchter, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Untuk mengatur jumlah pengunjung dan menjaga kualitas layanan transportasinya, Jepang menerapkan kenaikan harga Japan Rail Pass yang populer.

Meskipun hal ini mungkin menghalangi sebagian wisatawan yang memiliki anggaran terbatas, hal ini mencerminkan biaya sebenarnya dari penyediaan infrastruktur kereta api kelas dunia.

Tiket masuknya meningkat sebagai berikut:

Tiket masuk 7 hari:

- Kursi reguler: Meningkat dari ¥29,650 menjadi ¥50,000

- Kursi Green car: Meningkat dari ¥39,600 menjadi ¥70,000

Tiket masuk 14 hari:

- Kursi reguler: Meningkat dari ¥47,250 menjadi ¥80,000

- Kursi Green car: Meningkat dari ¥64,120 menjadi ¥111,000

Ambar/TribunTravel