TRIBUNTRAVEL.COM - Bulan Ramadhan memang selalu disambut dengan suka cita di Indonesia.
Bahkan beberapa daerah menyambut bulan Ramadhan dengan sebuah tradisi yang penuh makna.
Tradisi menyambut Ramadhan pun seakan menjadi daya tarik tersendiri.
Tak jarang bila tradisi-tradisi menyambut Ramadhan di suatu daerah sangat dinantikan oleh masyarakat setempat.
Baca juga: Grebeg Sudiro Solo, Tradisi Kelurahan yang Menjelma Jadi Event Nasional
Pasalnya selain meriah, tradisi menyambut Ramadhan juga sebagai salah satu bentuk melestarikan budaya dan adat istiadat.
Tak mengherankan jika setiap tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan menyimpan makna mendalam.
Nah, berikut 8 tradisi menyambut Ramadhan di Indonesia yang telah dirangkum dari laman kemenparekraf.go.id.
1. Marpangir (Sumatera Utara)
Beberapa daerah di Sumatera Utara memiliki tradisi menyambut Ramadhan yang dikenal dengan Marpangir.
Tradisi mandi secara tradisional menggunakan dedaunan atau rempah.
Seperti daun pandan, daun serai, bunga mawar, kenanga, jeruk purut, daun limau, akar wangi, dan bunga pinang sebagai wewangian.
Tradisi Marpangir dilakukan masyarakat Sumatera Utara sebagai bentuk membersihkan diri sebelum masuk bulan Ramadhan.
2. Malamang (Sumatera Barat)
Tradisi menyambut Ramadhan berikutnya rutin dilakukan masyarakat Sumatera Barat.
Masyarakat lokal akan melakukan Malamang sebagai tradisi menyambut Ramadhan dengan penuh suka cita.
Tradisi Malamang dilakukan dengan membuat makanan tradisional lemang.
Di balik kesederhanaan makanan tersebut, tradisi Malamang dilakukan untuk memupuk rasa kebersamaan antar masyarakat Minangkabau.
Baca juga: Rute Pawai Dugderan Semarang 2024 dan Jadwal Rangkaian Acara Meriah Sambut Ramadhan
3. Megibung (Bali)
Umat Muslim yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali juga memiliki tradisi menyambut Ramadhan yang dinamakan dengan Megibung.
Tradisi Megibung dilakukan dengan kegiatan memasak dan makan bersama sambil duduk melingkar.
Uniknya, tradisi Megibung memiliki tata penataan makanan yang unik.
Nasi akan diletakkan di wadah yang disebut dengan gibungan.
Sedangkan, lauknya disajikan di sebuah alas karangan.
Menurut kepercayaan, tradisi Megibung merupakan bentuk mempererat persaudaraan dan kebersamaan.
Baca juga: 5 Tempat Ngabuburit di Tawangmangu Karanganyar yang Asyik Dikunjungi saat Bulan Ramadhan
4. Mattunu Solong (Sulawesi Barat)
Selanjutnya ada tradisi Mattunu Solong, sebuah tradisi menyambut Ramadhan yang dilakukan masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Tradisi menyambut Ramadhan ini dilakukan dengan menyalakan pelita tradisional yang terbuat dari buah kemiri dan ditumpuk dengan kapuk, lalu dililitkan pada potongan bambu.
Pelita tersebut ditempel di pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, hingga dapur.
Menurut kepercayaan, tradisi Mattunu Solong bertujuan mendapatkan keberkahan dari Sang Pencipta dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Selain itu, tradisi tersebut juga dilakukan sebagai permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa agar senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa dengan lancar.
5. Cucurak (Jawa Barat)
Selanjutnya ada tradisi Cucurak atau dalam bahasa Sunda diartikan sebagai bersenang-senang dan berkumpul bersama keluarga besar dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Selain berkumpul, tradisi Cucurak biasanya diisi dengan makan bersama beralas daun pisang sambil duduk lesehan.
Menu yang disajikan mulai dari nasi liwet, tempe, ikan asin, serta sambal dan lalapan.
Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tradisi Cucurak tidak hanya sebagai kegiatan kumpul-kumpul dan makan bersama saja.
Tapi menjadi momen silaturahmi dan ajakan untuk saling bersyukur atas segala rezeki yang diberikan oleh Tuhan.
Baca juga: 3 Tempat Ngabuburit di Solo yang Gratis, Cocok Dikunjungi Selama Ramadhan 2024
6. Nyorog (Jakarta)
Masyarakat asli Jakarta atau suku Betawi memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Salah satunya adalah tradisi Nyorog atau kegiatan memberikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua.
Baik itu orang tua atau mertua yang sudah berbeda rumah, maupun ke tokoh daerah setempat.
Tradisi Nyorog tidak semerta-merta sebagai kegiatan berkirim makanan saja.
Justru, tradisi menyambut Ramadhan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar sesama.
7. Meugang (Aceh)
Tradisi menyambut Ramadhan di Aceh juga sangat menarik, yakni tradisi Meugang atau Haghi Mamagang.
Sebuah tradisi menyambut Ramadhan yang sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam, atau sudah berlangsung sejak abad ke-14.
Tradisi Meugang diisi dengan kegiatan memasak daging sapi, kambing, atau kerbau sehari sebelum bulan Ramadhan.
Olahan daging tersebut disantap bersama dengan seluruh anggota keluarga, kerabat, atau yatim piatu.
Selain dilakukan saat menyambut Ramadhan, tradisi Meugang juga dilaksanakan saat menyambut Idul Adha dan Idul Fitri.
8. Padusan (Jogja)
Masyarakat Jogja turut memiliki tradisi dalam menyambut Ramadhan yang masih dilakukan hingga sekarang.
Namanya adalah Padusan, atau dalam bahasa Jawa diartikan dengan padus (mandi).
Padusan dilakukan sebagai bentuk penyucian diri, sekaligus membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.
Jika ditelaah lebih dalam, Padusan juga bisa diartikan sebagai momen untuk merenung dan intropeksi diri atas kesalahan yang pernah diperbuat.
Sehingga, umat Islam bisa menjalankan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin.
Baca juga: Ancol Hadirkan Festival Keajaiban Ramadhan, Ada Tiket Gratis hingga Konser Musik
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita Ramadhan, kunjungi laman ini.