TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang penumpang Qantas mengatakan dia merangkak di sepanjang lorong menuju tempat duduknya setelah seorang anggota staf menyebabkan dia terjatuh dari kursi rodanya.
Nikita Bennett, penderita Cerebral Palsy, sedang dalam perjalanan pulang dari Melbourne, Australia ke kota regional Mildura, pada hari Selasa.
Baca juga: Penumpang Memaksa Masuk Ruang Kokpit, Sempat Berusaha Buka Pintu saat Pesawat Lepas Landas
Baca juga: Penumpang Minta Refund Tiket Pesawat karena Duduk di Dekat Anjing yang Terus Kentut dan Berliur
Ada keterlambatan dalam membawakannya kursi roda di gerbang meskipun sudah membuat permintaan sebelumnya, katanya kepada 7News.
Dilansir dari insider, ketika dia akhirnya naik ke pesawat, Bennett mengatakan kursi roda tersebut dipegang dengan kasar oleh seorang pekerja Qantas dan menyebabkan dia terjatuh.
Baca juga: Video Viral, Penumpang Batik Air Terjebak di Pesawat, Lampu & AC Mati Bikin Panik dan Histeris
Baca juga: Penumpang Terjebak di Pesawat Selama 8 Jam, Penerbangan Kemudian Dibatalkan
'Dia menarik cukup keras dan kursi itu terlepas dari bawah saya, dan saya pada dasarnya terjatuh di atas diri saya sendiri,' katanya kepada outlet tersebut.
Adiknya, Sarah Bennett, yang bepergian bersamanya, mengatakan kepada 7News: "Dia mulai menarik Nikita, Nikita berkata, 'tolong berhenti, aku terjatuh' dan kemudian dia meraihnya dan dia berkata, 'Aku ikut nyeri'."
Setelah terjatuh dari kursi rodanya, Nikita Bennett mengatakan dia menyeret dirinya sepanjang lorong untuk mencapai tempat duduknya, dan menambahkan bahwa dia "terkejut".
Qantas telah meminta maaf kepada Bennet atas insiden tersebut, katanya dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh NCA NewsWire , namun menambahkan bahwa dia telah menolak bantuan.
“Tim kami di dalam pesawat jelas sedih dengan situasi ini, meminta maaf dan menawarkan bantuan untuk duduk, namun dia menolaknya,” bunyi pernyataan tersebut.
Insiden ini terjadi pada minggu yang sama ketika CEO Qantas Alan Joyce mengumumkan pengunduran dirinya dua bulan lebih awal menyusul serangkaian kontroversi .
Maskapai ini digugat oleh Komisi Persaingan dan Konsumen Australia karena menjual tiket penerbangan yang sudah diketahui telah dibatalkan dan menyesatkan pelanggan tentang pengembalian uang.
Joyce juga menghadapi kritik karena diberikan paket $24 juta saat dia pergi setelah 15 tahun bertugas.
Maskapai ini juga mendapat kecaman karena memberhentikan 1.700 staf darat pada tahun 2020 dalam sebuah tindakan yang mungkin melanggar Undang-Undang Fair Work Australia.
Baca juga: Cara Dapat Diskon Tiket Kereta Api Sebesar 20 Persen untuk Penumpang Disabilitas
Kisah lain - Seorang penumpang pesawat tertembak saat penerbangan.
Peluru tersebut ditembakkan dari darat menembus dinding pesawat.
Pria yang tertembak itu sedang bepergian naik pesawat Myanmar Nation Airlines yang akan mendarat di Loikaw, Myanmar.
Dilansir dari mirror, sebuah foto memperlihatkan korban di tempat duduknya, tersungkur dan memegang tisu di sisi kanan leher.
Di sampingnya ada banyak tisu yang berlumuran darah.
Setelah pesawat mendarat, pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit.
Gambar lain menunjukkan lubang di badan pesawat yang dibuat oleh peluru.
Di mana peluru tersebut menghantam pesawat ketika terbang di ketinggian 3.500 kaki, sekira 4 mil di utara bandara.
Semua penerbangan ke kota itu, yang merupakan ibu kota negara bagian Kayah, dibatalkan tanpa batas waktu, kata kantor Myanmar National Airlines di Loikaw.
Pemerintah militer negara itu menyalahkan pasukan pemberontak, meskipun kelompok pemberontak menyangkal ada hubungannya dengan penembakan itu.
Mayor Jenderal Zaw Min Tun, juru bicara dewan militer yang berkuasa di Myanmar, mengatakan kepada TV pemerintah: "Saya ingin mengatakan bahwa serangan semacam ini terhadap pesawat penumpang adalah kejahatan perang.
"Orang-orang dan organisasi yang menginginkan perdamaian perlu mengutuk masalah ini secara menyeluruh."
Telah terjadi pertempuran sengit antara militer dan kelompok pemberontak di negara bagian Kayah di timur sejak tentara menggulingkan pemerintah yang dipilih secara demokratis Februari lalu dan mengambil alih.
Kudeta itu menyebabkan protes damai - yang ditindak dengan kejam oleh pemerintah baru.
Hal ini pada gilirannya menyebabkan ribuan warga sipil membentuk unit-unit milisi sebagai bagian dari Angkatan Pertahanan Rakyat untuk melakukan pembalasan.
Pemerintah militer mengklaim Partai Progresif Nasional Karenni - sebuah milisi yang memerangi pemerintah - dan sekutunya di Angkatan Pertahanan Rakyat bertanggung jawab atas penembakan itu.
Namun Khu Daniel, seorang pemimpin Partai Progresif Nasional Karenni, bersikukuh bahwa partainya tidak memerintahkan para pejuangnya untuk menembaki warga sipil atau pesawat penumpang.
"Militer selalu menyalahkan organisasi lain atas penembakan itu. Sayap bersenjata kami tidak menembak pesawat pagi ini," katanya.
Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni, kelompok pemberontak lainnya, menyebut tuduhan itu tidak lebih dari "propaganda fitnah terhadap kekuatan revolusioner oleh Dewan Militer.
Ditambahkannya, landasan pacu dan sisa lapangan terbang dikelilingi oleh batalyon infanteri dan daerah keamanan tinggi, sehingga sangat sulit bagi anggota untuk melakukan penembakan seperti itu.
Pemerintah mengatakan telah meningkatkan keamanan di sekitar bandara.
Ambar/TribunTravel