Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Unik Playa de Las Teresitas, Pantai di Spanyol yang Terbuat dari Pasir Gurun Sahara

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesona Playa de Las Teresitas, satu pantai hits di Spanyol yang pasirnya dari Gurun Sahara.

TRIBUNTRAVEL.COM - Playa de Las Teresitas di Tenerife, Spanyol, adalah satu pantai paling populer di Kepulauan Canary, tetapi pantai itu tidak alami.

Playa de Las Teresitas diciptakan pada 1970-an dengan mengimpor 270.000 ton pasir dari Sahara Barat.

Baca juga: Hidup di Gua 500 Hari, Wanita Asal Spanyol Mengaku Betah Banget

Playa de Las Teresitas, satu pantai hits di Spanyol yang pasirnya dari Gurun Sahara. (dronepicr, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Baca juga: Maskapai Ryanair Ledek Timnas Spanyol usai Tersingkir di Piala Dunia 2022

Playa de Las Teresitas sangat berbeda dengan pantai yang biasa dikunjungi turis saat ini.

Dulunya merupakan pantai berkerikil dan pasir vulkanis hitam dan perairannya tidak tenang seperti sekarang.

Baca juga: 10 Destinasi Terbaik di Dunia untuk Dikunjungi Tahun 2023, dari Australia sampai Spanyol

Baca juga: Lionel Messi Pernah Dikecam Beli Hotel Mewah di Spanyol, Ternyata karena Pecat Puluhan Staf Lama

Playa de Las Teresitas adalah pantai yang sangat berbahaya, di mana air menghantam bebatuan dengan keras.

Namun Playa de Las Teresitas satu-satunya pantai yang paling dekat dengan Santa Cruz.

Sisanya perlahan menghilang saat perusahaan konstruksi memanen pasir dari pantai.

Dilansir dari amusingplanet, Pelabuhan Santa Cruz de Tenerife juga merambah garis pantai.

Pada 1953, Dewan Kota Santa Cruz memutuskan untuk membangun pantai buatan di Las Teresitas.

Butuh delapan tahun untuk menghasilkan desain dan empat tahun lagi untuk mendapatkan persetujuan dewan dan kementerian Spanyol.

Langkah pertama yang diambil adalah melindungi pantai dari ombak yang kuat, untuk itu dibangun pemecah gelombang besar.

Sebuah anak tangga menuju ke laut dibuat untuk mencegah air menyeret pasir yang nantinya akan tercurah ke Las Teresitas.

Pasir putih didatangkan dari Gurun Sahara—sekitar 270.000 ton—dan digunakan untuk membuat pantai sepanjang 1,3 kilometer dan lebar 80 meter.

Pantai dibuka pada 1973, dan segera menjadi tujuan favorit bagi penduduk lokal dan turis.

Baca juga: Traveler yang Liburan ke Spanyol Bisa Naik Kereta Gratis Mulai September 2022

Suasana di Playa de Las Teresitas, satu pantai hits di Spanyol yang pasirnya dari Gurun Sahara. (Pxhere)

Pasir secara teratur diimpor dari Sahara Barat oleh Kepulauan Canary untuk membangun kembali pantai dan juga untuk digunakan dalam konstruksi berskala besar.

Sayangnya, sebagian besar impor ini terjadi secara ilegal.

“Pengambilan pasir ini memiliki banyak konsekuensi bagi Sahara Barat dan rakyatnya,” jelas ENACT Africa , sebuah organisasi yang memerangi kejahatan transnasional di Afrika. “Secara ekonomi, terutama otoritas dan perusahaan Maroko yang mendapat keuntungan dari perdagangan ini. Secara lingkungan, ekstraksi seperti itu merusak lanskap, seperti yang terjadi di tempat lain di dunia, dan mengikis ekologi yang sensitif.”

Meskipun kelihatannya tidak demikian, pasir adalah sumber daya yang terbatas dan dunia tampaknya kehabisan pasir karena banyaknya bahan yang digunakan orang untuk konstruksi.

Menurut sebuah perkiraan, dunia menggunakan 50 miliar metrik ton pasir setiap tahun—cukup untuk membangun tembok setinggi 88 kaki dan selebar 88 kaki di seluruh dunia.

Yang membuat penambangan pasir merusak adalah banyak operator ilegal yang mencuri pasir dari pantai dan dasar sungai, bukan dari gurun karena pasir gurun terlalu halus untuk digunakan sebagai bahan pengikat beton.

Ekstraksi pasir dari daerah sensitif menekan keanekaragaman hayati dan menciptakan risiko lingkungan tambahan, seperti perlahan menghilangnya Delta Mekong Vietnam.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak aktivis dan akademisi menyerukan kepada PBB dan Organisasi Perdagangan Dunia untuk berbuat lebih banyak untuk membatasi kerusakan yang disebabkan oleh penambangan pasir.

Berbicara tentang Sahara, gurun ini dulunya punya pohon paling terisolasi di dunia.

Namanya L'Arbre du Ténéré.

L'Arbre du Ténéré yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Pohon Terene, adalah pohon paling terisolasi di Bumi.

Pohon Terene berjarak lebih dari 400 kilometer.

Berada di Gurun Sahara, pohon jenis akasia ini pernah menjadi bagian dari hutan yang lebat dan berpenduduk.

Arbre du Ténéré pada tahun 1961. Pohon itu dihancurkan pada tahun 1973 dan telah digantikan oleh sebuah monumen. (Michel Mazeau, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)

Sayang karena perubahan alam dan ulah manusia, pohon-pohon mulai menghilang.

Tersisa hanya satu pohon yang bertahan hingga ratusan tahun.

Dilansir dari laman treehugger.com, orang- orang Tuareg, suku nomaden di wilayah Ténéré, sejak lama menghargai pohon itu.

Sampai pada akhir 1930-an, pohon ini juga menarik perhatian orang luar.

Para pegiat militer Eropa mengagumi akasia kesepian di padang pasir ini, menyebutnya sebagai L'Arbre du Ténéré (Pohon Tenere), dan dimasukkannyanya dalam peta-peta kartografer sebagai pohon yang paling terisolasi di bumi.

Komandan Pasukan Sekutu Prancis menggambarkan L'Arbre du Ténéré sebagai sesuatu yang benar-benar istimewa karena kemampuannya bertahan hidup di padang pasir yang gersang.

Pada 1939, sebuah sumur digali di dekat pohon, menawarkan petunjuk bagaimana pohon itu berhasil bertahan di padang pasir.

Monumen Tenere (Amaouibrahim2, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

Pohon itu, tingginya hanya sekitar 10 kaki namun memiliki akar yang membentang lebih dari 100 kaki ke permukaan air.

Diperkirakan telah hidup sekitar 300 tahun, satu - satunya yang selamat dari hutan kuno yang ada ketika wilayah itu masih hijau.

Sayang nasib pohon ini tak bertahan lama.

Menurut sebuah laporan, pada 1973 seorang sopir truk menabrak pohon itu, mematahkan batangnya.

Dalam sekejap, satu tindakan kecerobohan itu menghancurkan pohon yang sudah ada selama ratusan tahun.

Pengemudi, yang tetap tidak diketahui hingga hari ini, diduga mabuk pada saat kecelakaan.

Tidak lama kemudian, kerangka pohon dipindahkan ke Museum Nasional Niger dan ditempatkan di sebuah mausoleum.

Tempat di mana L'Arbre du Ténéré tumbuh didirikan patung logam sederhana, menandai tempat di mana pohon yang benar-benar luar biasa itu telah begitu lama berdiri.

Ambar /TribunTravel