Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Kisah Masa Lalu Bengawan Solo, Jadi Andalan Kekuatan Maritim dan Jalur Perdagangan Vital

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aliran Sungai Bengawan Solo yang melintas di wilayah Bojonegoro, Jawa Timur.

TRIBUNTRAVEL.COM - Nama Bengawan Solo tentu sudah tak asing bagi masyarakat Solo dan sekitarnya.

Membentang hingga 548 kilometer, Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa.

Sungai Bengawan Solo. Membentang hingga 548 kilometer, Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. (TribunSolo.com/Muhammad Irfan)

Aliran Sungai Bengawan Solo bahkan melewati 20 kabupaten dan 3 kota.

Sungai ini telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat.

Baca juga: Masjid Agung Surakarta, Tempat Wisata Religi di Kota Solo yang Mirip Masjid Demak

Selain itu, Bengawan Solo juga menyimpan sejarah maritim pada masa lalu.

Melansir laman Pemkot Solo, Jumat (10/3/2023), Bengawan Solo pada masa Kerajaan Majapahit dan Mataram menjadi jalur yang cukup sibuk melayani kapal-kapal besar.

Kapal-kapal besar dari Kerajaan Majapahit banyak memuat aneka komoditas untuk didistribusikan melalui sungai-sungai besar lainnya di wilayah Solo pada zaman dulu.

Maka tak heran, bila Solo masa lampau merupakan wilayah dengan aliran sungai yang strategis untuk transportasi dan perdagangan.

Baca juga: 6 Oleh-oleh Khas Solo Lengkap dengan Rekomendasi Tempat Belanja & Sewa Motor Terdekat

Bahkan beberapa daerah di Solo juga sempat dibangun bandar atau pelabuhan untuk mendistribusikan berbagai komoditas dari Majapahit, Jawa Timur.

Sebelum terjadi sedimentasi (pendangkalan) berat, Bengawan Solo merupakan jalur pembuka perdagangan dari barat ke timur melalui kapal-kapal besar.

Aliran Sungai Bengawan Solo. Aliran Sungai Bengawan Solo melewati 20 kabupaten dan 3 kota. (KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA)

Pada era Paku Buwono II, Keraton Surakarta Hadiningrat mengalami kejayaan ekonomi, karena menguasai akses jalur transportasi yang sangat vital yaitu mengangkut berbagai komoditas dari berbagai wilayah kerajaan di Nusantara.

Kapal-kapal dagang dari Kerajaan Majapahit membawa hasil bumi, garam, ikan dan kain untuk diturunkan di sungai-sungai sekitar Solo pada waktu itu.

Kapal-kapal besar tersebut tentunya harus mengarungi Bengawan Solo terlebih dahulu.

Baca juga: Serunya Akhir Pekan di Solo Art Market, Bisa Berbelanja hingga Ikut Beragam Workshop Kesenian

Untuk sampai di wilayah pedalaman Solo, perahu-perahu mengangkutnya sebagai sarana transportasi membawa berbagai komoditas.

VOC sendiri juga memiliki kepentingan terhadap jalur-jalur sungai untuk perdagangan mereka.

Oleh karena itu, jalur-jalur sungai yang melintasi Solo dijamin keamanannya oleh VOC.

Karena banyaknya jalur-jalur sungai, maka sempat dibangun bandar besar atau pelabuhan Beton.

Sungai Bengawan Solo pada masa Kerajaan Majapahit dan Mataram menjadi jalur yang cukup sibuk melayani kapal-kapal besar. (TribunSolo.com/Bayu Ardi Isnanto)

Kampung Beton sendiri saat ini masih ada dan berada di wilayah Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Solo.

Di dermaga Beton, yang masuk lintasan Bengawan Solo, berlabuh kapal-kapal bertonase besar serta banyak pedagang-pedagang dari etnis Arab dan China terlibat perdagangan dengan pribumi.

Baca juga: 5 Hotel Murah di Solo Dekat Masjid Raya Sheikh Zayed, Tawarkan Fasilitas Lengkap Mulai Rp 110 Ribuan

Dari Bandar Beton, kapal-kapal hilir mudik menuju Sragen dan Jawa Timur.

Sungai-sungai penghubung yang ada di Solo, juga menjadi jalur perahu-perahu hingga ke Kali Jenes, Laweyan.

Perahu-perahu tersebut membawa komoditas kain, kapas, benang dan kain tenun, karena di Laweyan menjadi sentra industri batik kala itu.

Kali Jenes menjadi saksi bisu perdagangan batik di Laweyan dan kali ini menjadi jalur vital transportasi perahu-perahu kecil.

Sungai lain yang sangat vital sebagai jalur transportasi dan perdagangan adalah Kali Pepe.

Kali Pepe yang membelah Kota Solo, pada zaman dulu merupakan jalur penting yang menjadi penghubung Bandar Beton, Semanggi dan Pasar Gede.

Sementara sungai-sungai kecil yang tidak digunakan sebagai jalur transportasi air, juga banyak terdapat di Solo.

Sungai-sungai tersebut difungsikan sebagai pengendali banjir di Solo, seperti Kali Larangan (yang sudah ditutup), Kali Anyar dan Kali Gajah Putih.

Kali Larangan dahulu dikenal memiliki air yang sangat jernih, maka sangat diandalkan untuk kebutuhan keraton.

Baca juga: Bebek Mropol dan 3 Kuliner Malam Enak di Solo, Lokasinya Dekat dengan Hotel dan Tempat Sewa Motor

(TribunTravel.com/mym)

Untuk membaca artikel terkait berita viral, kunjungi laman ini.