Joni, salah satu karyawan, menjelaskan bubur ayam itu harum karena ditanak dengan beberapa rempah.
Berasnya pun berasal dari kualitas super yang didatangkan dari Cianjur, Jawa Barat.
Buburnya memang tawar, tidak terasa gurih.
Tidak ada kuah kaldu yang merendam bubur.
Rasa gurih disumbangkan dari suwiran ayam dan tongcai, sejenis sawi putih yang diasinkan.
Joni menjelaskan bubur tidak menggunakan garam dan msg. Bubur diolah dengan bahan-bahan alami saja.
"Bubur ini rasanya tawar. Disantap bersama tongcai dan suiran ayam agar terasa gurih karena ayamnya telah dibumbui," jelas Joni.
Bila kurang gurih, di atas meja tersedia kecap manis, kecap asin, dan lada sebagai penyedapnya.
Sambalnya pun juga menjadi kondimen yang melengkapi rasa bubur.
Perbedaan lain, topping cakwe sengaja digiling halus.
Ketika dihidangkan, bentuknya sudah tidak mirip seperti irisan cakwe.\
Baca juga: Bebek Perdikan, Kuliner Malam yang Tersembunyi di Gang Sempit Jakarta
Nah, putih telur yang sudah dipisahkan dari kuningnya menjadi salah satu bahan dasar pembuatan cakwe.
Porsi bubur ayam setengah dan telur sudah cukup bikin kenyang.
Suatu waktu, saya pernah juga menyempatkan datang ke sini memesan bubur ayam sekaligus dengan martabaknya.
Menyantap bubur ayam sembari menikmati martabaknya ternyata enak juga, lho.
Baca tanpa iklan