Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Pilot 'Terlalu Percaya Diri', 48 Orang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ruang kokpit. Sebuah kecelakaan terjadi Tewas kan 48 orang akibat sang pilot 'terlalu percaya diri'.

TRIBUNTRAVEL.COM - Sebuah kecelakaan pesawat mengejutkan dunia karena diduga akibat pilot yang 'terlalu percaya diri'.

Kecelakaan pesawat tersebut menewaskan 48 orang termasuk penumpang dan awak kabin.

Ilustrasi Pesawat terbang di landasan pacu. (Flickr.com/ Bernal Saborio)

Dan kebenaran yang mengerikan adalah kecelakaan pesawat tersebut dapat dicegah.

Melansir Dailystar, Minggu (24/7/2022), delapan tahun lalu, tepat tanggal 23 Juli 2022, sebuah pesawat TransAsia Airways kecelakaan di hutan dan desa, menewaskan sebagian besar penumpangnya dan semua awaknya.

Baca juga: Dalam Kondisi Darurat, Bisakah Pramugari Mendaratkan Pesawat?

Penyelidikan memutuskan bahwa penyebab kecelakaan itu adalah pilot 'terlalu percaya diri' yang melewatkan landasan pacu dalam cuaca buruk.

Tonton juga:

10 penumpang pesawat selamat dari inferno dan berhasil merangkak ke tempat yang aman, tetapi lima penduduk desa terluka dalam insiden itu.

Peristiwa mengejutkan itu terjadi ketika TransAsia Airways penerbangan 222 lepas landas dari Bandara Kaohsiung di Taiwan dalam perjalanan ke Magong di Pulau Penghu Taiwan.

Itu adalah penerbangan penumpang domestik terjadwal dengan 58 orang di dalamnya, terdiri dari 54 penumpang dan empat anggota kru.

Namun, kecelakaan pesawat terjadi di dekat Bandara Magong menewaskan 48 orang yang terdiri dari 44 penumpang dan keempat anggota kru.

Ilustrasi pilot menerbangkan pesawat (Flickr/eflon)

Baca juga: Pramugara Peringatkan Jangan Pernah Tidur dengan Kepala Menempel di Jendela Pesawat, Mengapa?

Pesawat itu menabrak pohon sejauh beberapa ratus kaki di hutan kecil, sebelum terbang keluar dari hutan dan masuk ke desa Xixi. 

Pada titik ini pesawat kemudian menabrak dan menghancurkan beberapa rumah di desa

Kekuatan benturan merobek pesawat menyebabkannya meledak dan terbakar.

Mayat beberapa penumpang ditemukan di jalan-jalan.

Beruntung tidak semua penumpang tewas, 10 penumpang lainnya berhasil merangkak keluar dari reruntuhan dan mencari perlindungan di rumah-rumah terdekat.

Jendela pesawat penumpang (Eva Darron /Unsplash)

Baca juga: Viral Video Suasana Kabin Pesawat Citilink saat Mendarat Darurat di Bandara Juanda

Penduduk Desa Xixi menawarkan bantuan mereka kepada para penyintas, dan beberapa dari mereka merawat penumpang yang mengalami luka-luka termasuk luka bakar. 

Sementara, lima penduduk Desa Xixi juga menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut.

Penyelidikan diluncurkan oleh Dewan Keselamatan Penerbangan Taiwan (ASC) dan memberatkan dalam putusannya tentang apa yang terjadi, menempatkan kesalahan dengan tegas pada pilot.

Dikatakan selama hujan lebat dan guntur badai, pilot mencoba menemukan landasan pacu secara visual tetapi gagal.

Mereka juga mengabaikan prosedur keselamatan dan memutuskan untuk mendarat daripada tetap di udara dan terbang untuk melakukan pendaratan di tempat lain.

Laporan itu mengatakan, ini adalah masalah yang berulang di TransAsia.

"Perilaku yang tidak sesuai adalah masalah sistemik yang bertahan lama dan membentuk budaya keselamatan yang buruk," kata laporan itu.

Maskapai ini disarankan untuk mempekerjakan lebih banyak pilot untuk mengurangi beban kerja mereka, dan juga untuk berinvestasi dalam pelatihan keselamatan penerbangan, tetapi gagal melakukannya.

Baca juga: Jika Pilot Meninggal di Penerbangan, Bagaimana Nasib Kemudi Pesawat?

Pilot, Kapten Lee Yi-liang, ditemukan memiliki keterampilan terbang yang baik dan telah berhasil mendaratkan pesawat di masa lalu dalam kondisi cuaca buruk.

Hal inilah yang diduga menjadi salah satu alasan kecelakaan pesawat tersebut, karena sang pilot 'terlalu percaya diri'.

Sang pilot memutuskan untuk mencoba dan mendarat ketika orang lain tidak akan mengambil risiko.

Laporan ASC menyatakan, "Kapten tidak mematuhi (dan sepenuhnya mengabaikan) kebijakan, prosedur, dan peraturan. Jenis sikap berbahaya ini dicirikan sebagai 'anti-otoritas'."

Itu bukan kecelakaan fatal pertama yang melibatkan TransAsia.

Tahun berikutnya, Februari 2015, salah satu pesawatnya menabrak sebuah jembatan di Taipei dan jatuh di sungai, menewaskan 43 orang.

Sebelumnya, maskapai ini juga pernah terlibat dalam insiden mematikan pada 1995 dan 2002.

Tidak mengherankan, TransAsia tidak selamat dari insiden terbaru ini dan pada Juni 2018, perusahaan memasuki kebangkrutan dan lisensinya dicabut secara permanen pada 1 Juli.

Baca juga: Viral Aksi Heroik TikToker Selamatkan Nyawa Penumpang yang Kejang-kejang di Pesawat

(TribunTravel.com/ Rtn)

Baca juga selengkapnya seputar kecelakaan pesawat, di sini.